Sudah 4 minggu lamanya program laktasi Asma jalani. Selama itu juga dia rutin memijat dadanya setiap 3 jam sekali untuk merangsang ASI agar cepat keluar.
Seperti kata Dokter Juanda, untuk melakukan program ini dibutuhkan kesabaran dan komitmen. Dan selama ASI-nya belum keluar, Dokter menyarankan Dika untuk meminum susu kedelai atau susu formula.Saat ini Asma tengah mencuri kesempatan untuk memijat dadanya di dalam kamar. Sedangkan Dika tengah digendong oleh bapak sambungnya di teras rumah.Sampai sekarang Asma selalu diam-diam melakukan kegiatannya itu tanpa sepengetahuan Basuki. Selama sepuluh menit itu dia habiskan untuk memijat serta memerah dadanya.Selama menjalani program ini, Asma mulai merasakan perubahan pada dadanya. Dari ukurannya yang bertambah besar dan ketat, serta dadanya yang mulai terasa berat.Sibuk memerah dadanya di tepi ranjang, Asma sampai tidak menyadari jika seorang pria tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya bersama bayi yang ada digendongannya. Suara terkesiap dari pria itu lah yang justru membuat Asma akhirnya tersadar."Ya Tuhan." kejut Basuki saat tak sengaja melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat.Asma yang menyadari akan kehadiran bapaknya buru-buru berbalik. Wajahnya terlihat merah padam. Asma mencengkram bajunya dengan erat demi menahan rasa malunya."Ma-Maaf Bapak em.. ""Ng-Nggak papa, Pak. Asma juga udah selesai." jawab Asma kikuk, sengaja menyela ucapan Basuki. Dia sadar jika bapaknya itu pasti merasa malu.Setelah membenahi bajunya, Asma segera beranjak dari ranjang. Dengan muka merah dia mendekati Basuki yang masih senantiasa memunggunginya. Pundak pria itu terlihat naik turun dengan napas terengah. Sepertinya Basuki benar-benar syok dengan apa yang baru saja dia lihat beberapa menit lalu."Sini, Pak. Biar Asma yang gendong Dika." pinta Asma mencoba untuk mencairkan kecanggungan di antara mereka. Berusaha untuk tidak mempedulikan gemuruh di jantungnya.Masih dengan muka memerah, Basuki membiarkan putra kecilnya digendong oleh kakak tirinya. Beberapa kali dia menarik napas dalam untuk menghilangkan rasa terkejutnya.Asma kini fokus menidurkan Dika yang berada digendongannya. Bersenandung pelan sembari menimangnya. Yang membuat bayi itu terbuai dan akhirnya tertidur dengan mudahnya.Basuki berdecak kagum dalam hati karena Asma begitu pandai menidurkan Dika. Padahal sudah hampir satu jam dia mencoba menidurkan bayi itu. Namun tak juga kunjung tertidur. Maka dari itu dia berniat membawa Dika ke kamar Asma untuk meminta bantuannya. Namun dia justru tidak sengaja melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat.Lagi-lagi Basuki menarik napas dalam. Bayang-bayang gunung kembar Asma terus terngiang di dalam pikirannya. Bagaimana pun juga dirinya adalah lelaki normal.Sudah hampir 3 bulan dia menduda. Dan selama itu dia hanya bisa menuntaskan hasratnya seorang diri. Sungguh malang sekali nasibnya."Sshhh.. "Lamunan Basuki terjeda saat mendengar suara rintihan pelan yang keluar dari bibir Asma. Pria itu mengernyit bingung sembari menatap wajah putri tirinya yang terlihat kesakitan."Kamu kenapa, Ma?" tanya Basuki tampak khawatir.Basuki merasa ragu untuk mendekat ke arah Asma. Mengingat apa yang baru saja terjadi di antara mereka. Tapi melihat raut kesakitan yang tergambar jelas di wajah Asma saat ini membuat Basuki merasa tidak tega.Asma menggigit bibir bawahnya dengan wajah memerah. Gadis itu menggeleng kecil sembari menundukkan wajahnya. Tak ingin bertemu pandang dengan netra kelam bapak sambungnya yang menyorotnya dengan penuh kekhawatiran.Basuki diam setelah melihat gelengan yang Asma berikan. Namun iris matanya terus menatap setiap pergerakan dari gadis berusia 20 tahun itu. Rasanya dia tidak percaya jika saat ini Asma baik-baik saja. Mengingat tadi dia sempat melihat wajah gadis itu yang memerah dengan bulir keringat menghiasi pelipisnya."Ssshhh.."Lagi-lagi Basuki kembali mendengar suara rintihan Asma. Membuat dirinya merasa janggal dengan hal itu."Kamu kenapa? Jujur sama Bapak." desak Basuki sembari memegang pundak Asma agar mau menatapnya.Setelah cukup lama terdiam, Asma akhirnya mendongak. Iris beningnya yang berkaca-kaca kini bertemu pandang dengan netra kelam milik Basuki yang menyorotnya khawatir."Dada Asma sakit, Pak." cicit Asma dengan mata berkaca-kaca.|•|Asma yang memang telah memberikan dirinya pada Basuki tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk.Dengan liar, Basuki mulai memainkan bukit tembam Asma. Mencium, menjilat, mengulum dan menghisapnya dengan rakus. Bahkan cairan hangat yang baru saja keluar dari inti gadis itu tak luput dari hisapannya.Asma hanya bisa melenguh merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ini dia rasakan. Entah berapa kali dia mencapai puncak karena permainan bibir dan tangan Basuki.Wajah Basuki terlihat merah padam dengan sudut bibirnya yang basah. Raut puas tampak jelas di wajah pria itu. Semua yang ada pada diri Asma benar-benar sempurna di matanya. Gadis itu menjaga dirinya dengan baik.Iris gelap Basuki semakin bernafsu melihat posisi berbaring Asma saat ini. Dimana gadis itu tengah telentang dengan kedua kaki terbuka lebar. Menampakkan bukit tembamnya yang merah merekah.Jakun Basuki naik turun melihat pemandangan indah tersebut. Gelora dalam dirinya kian membara, seiring dengan desakan kuat yang
Seorang gadis muda dengan parasnya yang cantik, tampak terbaring pasrah di bawah kungkungan pria dewasa berbadan kekar yang berparas tampan. Siapa lagi kalau bukan Asma, yang terlihat pasrah saat Basuki mendorongnya ke atas ranjang. Dalam posisi kaki yang masih menjuntai di atas lantai.Gaun pengantin yang beberapa waktu lalu melekat di tubuh Asma, kini telah berganti dengan gaun malam yang mengekspos lekuk tubuhnya. Menampilkan beberapa bagian yang menonjol karena ukurannya yang memang di atas rata-rata.Sebelumnya, sesaat setelah Basuki keluar dari kamar untuk kembali menitipkan Dika pada Sekar, Asma buru-buru meloloskan gaun pengantin yang dia kenakan dari tubuhnya. Lalu menggantinya dengan sebuah gaun malam yang diberikan oleh Rahayu.Asma pikir baju yang Rahayu berikan adalah baju-baju normal seperti pada umumnya. Namun ternyata Rahayu sengaja memberikan gaun malam yang memang telah Basuki siapkan untuk Asma. Benar-benar kerjasama yang bagus.Asma yang memang baru pertama kali in
Acara resepsi yang diadakan selama empat jam tanpa jeda iklan itu akhirnya telah selesai. Tamu undangan yang memenuhi pelataran rumah Asma yang telah disulap bak gedung tempat acara pernikahan berlangsung, kini berangsur sepi. Hanya segelintir orang yang masih bertahan di sana.Malam memang semakin beranjak larut. Dan orang-orang juga mulai mengantuk. Ingin segera terlelap di atas ranjangnya yang empuk.Seorang gadis dengan sanggul yang masih terpasang di belakang kepalanya, kini tengah terduduk di depan cermin rias bersama seorang wanita yang berdiri di belakangnya."Apa Mbak bilang.. kalau kamu tenang, semuanya pasti berjalan lancar." ujar Rahayu yang tengah sibuk melepaskan segala properti yang ada di atas kepala Asma.Asma mengulum senyum sebelum kemudian mengangguk. Dia memang sempat gugup ketika acara pengucapan janji pernikahan berlangsung. Takut Basuki salah berucap. Atau lebih parahnya lagi salah menyebut namanya. Ada-ada saja memang yang Asma takutkan."Iya, Mbak. Gugup yang
"Dika dimana?" tanya Basuki saat tidak melihat batang hidung anaknya sedari tadi pagi. Tidak melihatnya beberapa jam saja, dia sudah merindukannya. Asma yang tengah menikmati suasana pesta pernikahan mereka lantas menoleh. Dan mendekatkan bibirnya pada telinga Basuki. Suara bising sound system yang dinyalakan cukup keras membuat suaranya teredam. "Asma titipin adiknya Mbak Rahayu." jawab gadis itu. Dia tidak perlu khawatir karena adik Rahayu bisa memomong Dika dengan baik. Adik tiri yang sekarang resmi menjadi anak sambungnya itu tampak nyaman dengan pemuda remaja itu. Basuki mengangguk dan bernapas lega. Seharian ini dia memang belum sempat bertemu dengan putra kecilnya. Setelah sesi foto bersama, Dika kembali menghilang begitu saja. Sehingga kini dia tampak kebingungan mencarinya. Iris gelap Basuki melirik Asma dari ekor matanya. Jika hari-hari biasa dia terbiasa melihat gadis itu tanpa polesan make up. Di hari bahagia ini dia akhirnya bisa melihat Asma dengan riasan yang membua
Jarak wajah mereka semakin dekat. Hanya tinggal maju sedikit saja, bibir keduanya pasti akan saling bertemu. Namun seruan bernada gurauan yang MC layangkan, membuat keduanya spontan menjauhkan wajah masing-masing. Baik Asma maupun Basuki tampak kikuk dan malu karena hampir lepas kendali. Acara resepsi dimulai, dengan berbagai ritual yang harus dijalani oleh keduanya. Mulai dari penyerahan kembang mayang, ngidak endhog sampai dulangan. Acara kemudian berlanjut dengan ucapan selamat bagi pengantin dan sesi foto bersama. Banyak dari para warga yang dengan senang hati ikut berfoto bersama Asma dan juga Basuki. Sempat menjadi tanda tanya besar mengapa tidak ada keluarga dari kedua belah pihak yang datang di acara sakral tersebut. Namun setelah menyimak apa yang MC katakan, membuat pertanyaan tersebut akhirnya terjawab sudah. "Selamat ya, Asma.. Mas Basuki. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan." ujar Roni yang memang datang di acara pernikahan tersebut. Tentu saja d
Suasana khidmat tampak menyelimuti pernikahan antara Asma dan juga Basuki. Setelah mengucapkan janji pernikahan yang disaksikan oleh para saksi dan tamu undangan, maka status keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri.Basuki telah berdiri di atas panggung seorang diri. Menanti kedatangan Asma yang sebentar lagi akan datang menemani. Wajahnya terlihat sumringah karena baru saja melepas masa dudanya. Apalagi di pernikahannya yang ketiga kalinya ini dia mendapat seorang gadis muda yang cantik jelita. Ehem, yang muda lebih menggoda ya Pak Bas. Sstt.. lupakan ocehan author.Alunan musik gamelan terdengar, begitu Asma muncul dari balik pintu rumah yang telah dipasangi gedebog pisang yang telah dihias di sisi kanan dan kirinya. Hiasan tersebut berupa anyaman daun kelapa muda yang dibentuk seperti keris dan semacamnya. Juga terdapat hiasan janur kuning, bunga kertas dan dedaunan yang ditancapkan di batang pisang tersebut.Asma mulai berjalan mengarah ke atas panggung dengan ditemani d