Share

Dinikahi CEO berstatus Duda
Dinikahi CEO berstatus Duda
Penulis: AkaraLangitBiru

Anna Dirgantara

Kebahagiaan itu terlahir pada setiap manusia, tergantung manusianya itu sendiri yang akan menyikapi rasa bahagia yang telah Allah berikan.

Jika manusianya bersyukur, maka ia kan merasakan kebahagian yang telah di beri namun jika tidak kebahagian yang telah diberikan tidak akan pernah ia rasa.Sebab hanya penderitaanlah yang selalu ada dalam pikirannya.

            🍃🍃🍃

"Mia, laporannya sudah selesaikan? Saya minta segera letakan di meja saya ya, oh iya jika stok obat-obatan datang. Segera laporkan pada saya" 

"Siap bu, katanya nanti sore stok obat-obatan datang dan seseorang juga akan menemui ibu untuk menawarkan produk obat-obatannya" ucap suster Mia.

"Oke, nanti kabari saya. Saya masih ada urusan di dalam" Mia mengangguk, lalu membiarkan gadis tersebut meninggalkan ruang apoteker dengan santai.

"Sayang!"

Terdengar suara seseorang yang tak asing lagi, memanggil dirinya dengan sebutan sayang. Ia tersenyum manis sambil menoleh ke arah suara.

Laki-laki berparas bule dengan potongan rambut yang rapi kini tengah berjalan menghampiri dengan senyum mengembang, tak lupa tangannya menggengam sebuket bunga yang ia sembunyikan kebelakang.

Gadis tersebut menoleh ke kanan dan kekiri untuk memastikan senyuman yang terlontar hangat dari pria di depannya hanya untuk dirinya saja, tidak dengan yang lain. Seolah menjawab keraguan yang tampak di wajah gadis tersebut, pria itu kembali tersenyum manis sembari mengangguk.

"Hei apa kabar Anna? lama tak jumpa" sapa pria tersebut pada gadis dihadapannya yang bernama Anna dirgantara. Seorang ketua apoteker muda, yang begitu sangat ia cintai.

"Mario? Kapan kamu pulang?!" Anna bertanya girang, membungkam mulutnya seolah tak percaya jika yang berada dihadapannya ialah Mario Atmaja. Kekasihnya yang telah lama menetap di Canada demi menyelesaikan pendidikan profesinya.

Mario mengangguk, ia berjongkok, sebelah kakinya bertekuk lutut dengan tangan yang menyerahkan sebuket bunga mawar untuknya.

"Ya, saya Mario Anna. Kekasihmu sejak empat tahun silam, terimakasih telah setia menungguku. Terimalah bunga ini sebagai rasa terimakasih aku ke kamu" 

Tak bisa berkata-kata, Anna memandang Mario penuh haru. Ia kira selama empat tahun menjalani LDR dengannya hanya akan menyisakan ruang hampa serta harapan kosong semata, tapi nyatanya? Mario, laki-laki yang selalu memegang teguh ucapan janjinya kini kembali hadir.

"Terimakasih juga, telah menepati janji akan kembali" Haru Anna menerima buket mawar tersebut. Matanya kini tak bisa lagi menahan tangis bahagia.

Lagi, Mario mengangguk. Ia bangkit, berdiri tepat dihadapan Anna untuk menyeka air mata di pipi tirus kekasihnya.

"Jangan menangis sayang, sungguh aku tak bisa melihat kamu seperti ini. Tersenyumlah" pinta Mario, telapak tangan besarnya kini menangkup kedua pipi Anna penuh kasih sayang.

"Aku kangen sama kamu" sontak Anna memeluk hangat tubuh atletis yang sudah hampir sekian tahun tak lagi anna rasakan.

Mario terkekeh, ia membalas pelukan Anna tak kalah hangatnya. Seakan kini keduanya hanyut dalam tuaian rindu yang kian usang di makan waktu.

"Mau terusan kaya gini atau habiskan menikmati waktu bersama dengan jalan-jalan ke mall nih? Kalau mau terus begini, jangan disini sayang. Mas malu" goda Mario yang masih asik merasakan hangatnya dekap pelukan Anna.

"Ish, Mas apaan sih. Cari kesempataan dalam kesempitan" protes Anna mencubit perut sick pack Mario.

"Aduh, sakit sayang. Haha" Mario mengaduh dengan tawa lebarnya membuat Anna yang masih memeluknya kini melepaskan pelukan tersebut.

"Mana yang sakit? Aduh kekencengan ya nyubitnya" raut wajah khawatir begitu kentara di wajah Anna. Ah gadis ini, masih saja tak berubah meski empat tahun telah ia tinggalkan. Masih penuh dengan kekhawatiran.

"Tidak mengapa sayang, Mas bercanda" ujar Mario menatap lekat manik mata coklat milik kekasihnya itu.

"Yakin? Kalau masih sakit, hayuk aku siap obatin kamu"

Hahahaha ... Tawa Mario kini pecah, membuat atensi semua orang yang berlalu lalang dikoridor rumah sakit, menatapnya aneh.

"Gak usah lebay sayang, aku ini dokter. Masa iya, dicubit segitu aja sakitnya sampe ke usus. Ternyata kamu masih tetap sama ya, selaku mengkhawatirkanku" kekehnya di sela-sela tawa yang menggema.

"Selagi kamu menyayangiku, aku akan tetap khawatir sebab aku mencintaimu tanpa tapi. Sangat mencintai"

Diam! Mario terdiam dari tawanya dengan mulut menganga. Sungguh kekasihnya ini benar-benar tak dapat lagi ia ragukan cintanya. Perkataannya sungguh begitu membuat hatinya seakan terbang melayang tinggi keangkasa.

"Kok malah bengong? Ih Mas aku serius ini loh" geram Anna saat melihat ekspresi Mario padanya begitu terkaget, bengong.

"Eh iya sayang, aduh. Mas juga sangat mencintaimu, i love tou three thousand" ungkap Mario cepat saat tersadar dari lamunannya.

"I love you tou" jawab Anna kembali memeluk Mario.

"Acara peluk-pelukannya udah ya, kita jalan sekarang" pinta Mario.

"Jalan kemana? Aku kan masih ada kerjaan Mas," ucap Anna lesu dengan melepaskan pelukannya.

"Kemana aja yang kamu mau, tenang kerjaannya sudah ada yang handle lagi pula Mas juga udah izin sama ayah kamu" seru Mario senang.

"Benarkah?" tanya Anna kegirangan, Mario mengangguk ia membawa kekasihnya pergi dari rumah sakit.

***

Sebuah kepala menyembul keluar jendela kaca mobil untuk menikmati udara sore yang serasa menyegarkan dengan senyum bahagia yang tak henti-hentinya ia terbitkan.

"Gimana apa kamu suka dengan quality time kita sayang? Tanya Mario yang masih saja fokus mengemudikan mobilnya, dengan sesekali menatap Anna penuh perhatian.

"Suka, teramat suka. Kapan-kapan ajakin aku jalan-jalan lagi ya," jawab Anna dengan penuh kegembiraan masih melekat indah di dirinya.

Mario,menoleh. Ia tersenyum, mengacak hangat rambut sebahu milik kekasihnya itu.

"InsyaAllah, kalau ada waktu nanti Mas ajakin kamu jalan-jalan lagi"

Anna mengangguk cepat, ia paham betul kesibukan Mario. Usai kepulangannya dari Canada, bukan berarti Mario akan selalu ada untuknya 24 jam. Tapi ia juga harus mengurus-urus pekerjaannya yang telah lama tertinggal disini apalagi kini ia sudah menjadi dokter ahli bedah. Ada kemungkinan, waktu kebersamaannya akan terampas oleh para pasien yang mengharapkan kehidupan darinya.

"Tapi Mas janji ya, sesibuk-sibuknya Mas. Mas akan tetap mencintai aku!" pinta Anna dengan bergelayut manja di tangan Mario.

"Siap sayang, itu pasti" ucap Mario mengecup lembut puncak kepala Anna.

Ah, rasanya kebahagiaan yang telah lama ia rasakan dengan hampa kini kembali tumbuh berkembang dengan Mario yang saat ini berada disampingnya. Memang benar, kebahagiaan itu dirasakan dengan penuh syukur bukan dicari dengan penuh takabur sehingga membuat hati yang menjadi kufur dan pencipta pun tak akan pernah mau memberikan kebahagiaan pada para manusia yang seperti itu.

Ingat! Kebahagiaan itu bukan dicari, melainkan dirasakan dengan penuh syukur! Meski hidup penuh penderitaan tapi jika hidupmu di penuhi syukur maka kau akan merasakan kebahagiaan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status