Share

Part 5

Mas Arsen masih mengendongku menaiki tangga, aku masih menatap wajahnya yang menatap kedepan datar tanpa ekspresi. Selepas sampai di lantai atas dia tanpa bilang apa-apa melepas diriku begitu saja hingga aku mendarat dengan mulus di lantai. 

"Aaww!" aku menjerit kaget

"Lain kali hati-hati jika berjalan, aku tidak mau kamu terluka dirumah ini," mas Arsen berkata sambil berlalu menuju ruang kerja yang ada di antara kamar mas Arsen dan mas Riko

Aku mendengus kesal, bisa-bisanya dia melepasku begitu saja. Ah, setidaknya aku tidak mengelinding di tangga tadi

Aku mengikuti mas Arsen masuk ke dalam ruang kerjanya. Ruang kerja yang luas dan nyaman, ada rak berisi buku-buku, dan ada sofa juga didalamny

Mas Arsen sudah duduk di belakang meja dan terlihat sibuk dengan berkas-berkas. Sedangkan aku memilih duduk di sofa dan sibuk dengan pikiranku sendiri, akupun tidak mengerti kenapa pula tadi aku ikut masuk keruangan ini

Karena tidak ada obrolan antara kami, akhirnya aku memilih untuk keluar

"Besok saya sudah ke kantor," ucap mas Arsen saat aku sudah sampai didepan pint

"Aku ikut!" jawabku cepat sambil membalikkan badanku sepenuhnya kearah di

"Ikut?" dia bertanya hera

"Bu bukan, maksudnya ikut bareng ke butik. Arah kantor mas kan melewati butikku jadi aku mau bareng kesana," kataku terbata. "Aku tidak ada kesibukan dirumah, lebih baik aku kesana," aku menjelaskan lag

"Oke," jawab mas Arsen data

Setelah dirasa tidak ada omongan akhirnya aku keluar ruangan itu dan pergi ke kamar. Lebih baik aku istirahat siang, melepas lelah dan penat dihatiku

*

Dimalam hari kami tidur tanpa drama, mas Arsen tidur di sisi kanan dan aku di sisi kiri. Tempat tidur ukuran King size dan kami yang sama-sama tidur dengan tenang jadi tidak ada drama saling tiba-tiba berdekatan atau apalah.

Pagi harinya kami berangkat bersama, mas Arsen ke kantornya dan aku ke butik. Tidak membutuhkan waktu lama, kami sudah sampai di depan butik. Aku tidak segera turu tapi malah melamun, apa aku harus berpamitan dan mencium tangannya? Gimana caranya selama, ini kami tidak pernah sedekat it

"Ehemm... apa kamu tidak mau turun dan akan terus melamun seperti itu," suara berat itu mengangetkanku lag

"I i itu...," aku tidak bisa meneruskan kata-kat

"Cepat katakan! aku bisa terlambat,

"Gak jadi!" ucapku ketus dan segera keluar dari mobil itu dan berlalu menuju ke arah buti

Dasar laki-laki tidak punya perasaan, biasanya bicara keras dan memerintah. Aku mengomel panjang pendek sambil membuka pintu butik, dan kulihat dia pergi begitu saja dengan mengendarai mobilny

Sejak kecil aku suka menggambar desain-desain baju, dengan bantuan orang tuaku tanpa kesulitan aku bisa sekolah khusus design dan kemudian punya butik sendiri. Aku memilih membuat dan menjual baju-baju muslimah, meskipun aku belum berjilbab tapi aku tidak ingin menjual baju yang membuat orang menampakkan auratnya

Papa membuatkan sebuah bangunan berlantai 2 di pinggir jalan dengan ditambah bangunan masjd yang cukup megah di samping. Masjid itu kemudian di wakaf kan dan bangunan ini menjadi butikku sekarang. Komposisi yang sangat pas menurutku, customerku tidak akan kesulitan beribadah jika sedang asyik berbelanja tiba-tiba sudah waktu masuk sala

Tidak lama setelah aku datang, datang juga ketiga karyawanku. Mereka yang membantuku mengurus butik ini, Ada mbak Ani yang lima tahun lebih tua dariku, dan ada mbak puji dan Desi yang seumur dengank

"Loh mbak, kok sudah masuk kerja aja," tanya mbak Des

Mbak Ani segera menyenggol lengan mbak Desi mengisyaratkan untuk tidak banyak bicara. Mereka tahu apa yang terjadi di hari pernikahanku karena mereka juga ada disana

"Gak apa-apa mbak, bosan dirumah mending disini ada kalian jadi rame," aku menjawab dengan senyuman

Mereka menghambur ke arahku dan memberiku sebuah pelukan, kami berpelukan berempat. Hubungan kami memang tidak seperti karyawan dan bos tapi seperti teman. Pelukan mereka memberikanku kekuatan meskipun mereka tidak berkata apa-apa

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, matahari sudah tergelincir di sebelah barat. Terdengar suara mobil berhenti di depan butik. Sepertinya mas Arsen sudah datang, tanpa menunggu dia keluar mobil aku segera keluar dari butik, aku sudah berkemas-kemas tadi sebelum dia datang

"Mbak, aku pulang dulu yaa, jangan lupa kunci pintunya." aku berpamitan pada mereka bertig

Aku segera bergegas menuju mobil dan masuk kedalam, tak ada obrolan diantar kami. Kami berkendara sampai rumah dalam dia

*

Sudah hampir dua minggu kami beraktivitas bersama, mas Arsen ke kantor dan dan aku ke butik. Tidak ada kemajuan dalam hubungan kami, semua masih sama seperti orang asing. Entahlah sampai kapan akan seperti ini akupun tidak pedul

Hari ini aku berniat tinggal dirumah saja, berniat menyelesaikan sketsa yang aku buat di ruang kerja mas Arsen. Sepertinya disana damai dan tenang akan sangat membantuku

"Mas, aku pinjam ruang kerja sama laptop yang ada di mejamu ya. Aku mau menyelesaikan desain disana," ucapku pagi itu sebelum dia berangka

"Pakailah, tapi jangan merubah posisi apapun disana," ucapny

Setelah itu dia berjalan kearah pintu dan pergi, aku memandang punggungnya hingga menghilang dibalik pintu. Aku menarik nafas panjang dan mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, aku lihat dompet mas Arsen tertinggal di atas nakas. Bergegas aku mengambil dan mengejar dia, untung dia belum naik mobil

"Mas dompetnya ketinggalan," Aku berteriak sambil mengacungkan dompet padanya. Dia yang sudah akan membuka pintu mobil menutupnya kembali dan menunggu aku menghampirinya. Aku ulurkan dompet kearahnya dengan tangan kanan saat jarak kami sudah dekat. Dia mengulurkan tangannya mengambil dompet dariku, seketika aku tangan kiriku ikut memegang tangannya kemudian aku cium punggung tangannya

Sepertinya dia kaget, dompetnya terjatuh. Aku tidak peduli, yang aku pikirkan sekarang adalah segera meninggalkannya. Aku segera mengambil langkah seribu masuk kedalam rumah tanpa menoleh lagi

Setelah sampai di dalam rumah aku langsung ke ruangan kerja, aku berniat segera menyelesaikan pekerjaan ku ini. Aku nyalakan laptop mas Arsen, dan mendownload pekerjaanku yang aku simpan di draf. Setelah itu aku pindah ke penyimpanan, aku tertarik pada file punya mas Arsen yang disimpan dengan nama my hobi

Segera aku buka file itu, didalamnya berisi banyak puisi dan novel. Aku baca satu persatu puisi itu, kok puisi ini adalah puisi-puisi yang pernah dikirim oleh mas Riko padaku untuk merayuku dahulu. Puisi itu adalah salah satu yang membuat aku jatuh cinta padanya, aku fikir itu romanti

Apa puisi itu sebenarnya mas Arsen yang buat. Hatiku berdebar tidak jelas, setelah aku membaca puisi-puisi itu aku segera mengupload novel-novel itu ke draf di email. Aku berniat membacanya nanti di handphon

Aku tidak jadi bekerja dan pergi ke dapur menemui bi Sumi. Dia sudah bekerja cukup lama disini pasti dia tahu banyak hal tentang mas Arsen dan mas Rik

"Bi, dulu mas Arsen waktu disekolah atau kuliah kegemarannya apa?" aku coba memancing pertanyaan

"Seingat bibi sih dulu mas Arsen suka bikin puisi non, dulu sering menang kalau ikutan lomba. Waktu kuliah mau ambil jurusan sastra tapi sama tuan tidak di kasih. Tuan memaksa mas Arsen kuliah bisnis." bi Sumi cerita panjang lebar.

"Oh... gitu ya bi

Puisi romantis-romantis tapi kenapa orangnya dingin kayak es kutub. Aku pergi meninggalkan bi Sumi, tujuanku saat ini kamar. Aku ingin membaca novel-novel yang mungkin saja di buat oleh mas Arsen itu

Seharian aku dikamar karena keasyikan, aku cuma turun untuk makan. Tak terasa waktu sudah sore menjelang Maghrib, kok tumben mas Arsen belum pulang. Aku memutuskan untuk mandi dan membersihkan diri

Sampai habis isya mas Arsen masih belum pulang, smartphoneku berdering ada pesan masuk dari mas Arsen " [ aku pulang terlambat ].

Baguslah dia kirim pesan, setidaknya dia ingat punya istri yang mungkin mengkhawatirkan dirinya. Aku masih asik membaca sampai malam sambil menunggu mas Arsen. Tiba-tiba pintu kamar di buka dengan keras sampai aku kaget dibuatny

Terlihat mas Arsen masuk dengan rambut acak-acakan dan dasinya pun miring-miring berantakan

Aku segera bangun dan mendekatinya "kenapa mas?

"Kamu harus membantuku," dia berkata dengan suara bergetar. Dia mengunci pintu dan membuka jas dan dasinya kemudian melemparkannya begitu saja

Aku merasa ada yang tidak beres dengan suamiku ini, aku reflek mundur ketakutan. Tapi dia meraih tanganku dan menarik diriku dalam pelukannya

"Aku suamimu, aku punya hak atas dirimu," dia berkata tertaha

"Iya mas, tapi bukan begini caranya," aku masih berusaha menyadarkannya. Tapi percuma, matanya sudah di selimuti oleh nafsu. Dia terus mendorongku hingga aku terjatuh diatas tempat tidur

***

Duh... si mas Arsen kesurupan jin apa pula ini, Happy reading semuanya ❤️❤️❤️

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Indah Sri Jayanti
bagus ceritanya ...️ lanjutkan
goodnovel comment avatar
Sumiati Hamid
ceritanya bagus, dan bkn penasaran
goodnovel comment avatar
Lia Helita
Masih banyak typo
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status