Share

4

Author: Alfylla
last update Last Updated: 2025-12-01 11:32:42

Savira duduk merenung di kamarnya. Dia tak sendirian, karena sekarang ada sang nenek yang sedang menemaninya. Savira masih memikirkan perkataan Abian tadi tentang pria itu yang memilih untuk menjadi pengganti Xavier di hari pernikahan nanti.

"Kamu masih kepikiran?" Nenek Savira yang bernama Mia bertanya seraya menyentuh lembut baju Savira.

"Bagaimana mungkin aku gak kepikiran, Nek?" tanya Savira dengan suara pelan dan serak. Mia tersenyum kecil mendengar itu.

"Jelas kamu kepikiran. Tapi, tak ada untungnya juga kamu memikirkan semua ini terus-menerus. Kamu harus percaya saja kalau semua yang terjadi adalah takdir dari Tuhan." Mia berucap. Tangan keriputnya bergerak meraih telapak tangan Savira dan menggenggamnya dengan lembut.

"Sematang apapun rencana yang sudah kita buat, tetap tak akan terjadi jika Tuhan tak memberikan izin. Mungkin, memang sudah takdir dari Tuhan juga kalau kamu dan Xavier tidak berjodoh." Mia berkata dengan nada suara yang lembut. Savira semakin menundukkan kepalanya saat mendengar itu. Perih di hatinya semakin terasa setelah mendengar perkataan neneknya barusan. Apa mungkin Xavuer memang bukan jodohnya? Makanya ini semua terjadi.

"Ayah Xavier sudah sanggup untuk bertanggung jawab. Kita turuti saja saran darinya. Setelah hari pernikahan selesai, kita bisa berunding lagi tentang yang terbaik harus bagaimana." Mia berucap. Yang dia katakan barusan persis seperti yang Abian katakan tadi.

"Sudah. Jangan terus menangis ya." Mia menyentuh kepala Savira dengan lembut kemudian mengusapnya pelan. Setelah itu Mia beranjak keluar dari kamar Savira. Tak lama setelah neneknya pergi, datanglah kakak iparnya, Trisha. Saat keadaan seperti ini, Savira memang harus ditemani. Takutnya dia semakin kalut jika dibiarkan sendiri dan memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Papa mendesak ayahnya Xavier tadi. Dan beliau bilang katanya Xavier kabur keluar negri bersama seorang perempuan. Ayahnya Xavier tahu itu dari mantan istrinya katanya." Trisha langsung memberitahu hal yang tak sempat Savira dengar tadi. Wajah kecewa dan sedih di wajah Savira semakin terlihat jelas sekarang.

"Apa selama ini ada tanda-tanda kalau Xavier memiliki selingkuhan?" Trisha bertanya. Savira diam, tak langsung memberikan jawaban. Dan hal tersebut malah membuat Trisha merasa curiga.

"Savira?"

Trisha lalu duduk di samping adik iparnya tersebut dan menyentuh bahu Savira.

"Aku pernah tak sengaja melihat dia jalan dengan mantannya, Kak. Tapi dia bilang tak ada hubungan apa-apa di antara mereka." Savira memberikan jawaban dengan suara yang sangat pelan, hampir tidak terdengar. Trisha langsung menghembuskan nafas kasar saat mendengar itu.

"Memang aku yang salah, Kak. Memaksa Xavier untuk tetap berada di sisiku, padahal ibunya tidak merestui hubungan kami. Dan lagi, aku tak bisa memenuhi keinginannya. " Savira berkata dengan sangat lirih. Trisha terdiam beberapa saat setelah mendengar itu. Dia memang tahu dan bisa melihat dengan jelas sebesar apa rasa cinta Savira untuk Xavier. Tapi ternyata, Savira terlalu bucin.

"Apa maksud dari kamu tak bisa memenuhi keinginannya?" Trisha bertanya lagi. Savira terlihat sedikit gugup dan takut saat akan bicara, walau pada akhirnya tetap berkata dengan jujur.

"Xavier beberapa kali mengajak aku untuk melakukan hubungan badan, tapi aku menolaknya. Karena itu aku mendesak dia untuk segera menikah saja agar kami bebas saat mau melakukan apapun."

Trisha berusaha keras untuk tidak marah pada adik iparnya tersebut yang sekarang sedang bersedih. Tapi, gemas juga setelah tahu hal tersebut.

"Berarti, semua ini memang yang terbaik untukmu, Vira. Xavier mengajak kamu berhubungan badan sebelum menikah itu sudah salah. Lalu kamu pernah melihat dia jalan dengan mantannya. Tak mungkin tak ada apa-apa di antara mereka. Lalu sekarang dia kabur dengan seorang perempuan menjelang hari pernikahan kalian yang sudah ditentukan sejak lama. Dia adalah seorang pengecut, Vir. Kamu harus bersyukur karena tidak jadi menikah dengan lelaki sepertinya." Trisha berkata dengan nada kesal yang kentara. Savira memang tak banyak bercerita tentang hubungannya dengan Xavier. Saat bercerita pun, Savira selalu saja memuji-muji Xavier.

"Sekarang, kamu pasrahkan saja semua pada Tuhan, Vira. Mungkin, garis takdirmu memang tidak berjodoh dengan Xavier, tapi bisa saja jodohmu adalah ayahnya. Siapa yang tahu kan?"

Savira mengangkat kepalanya dan menatap kaget ke arah Trisha, karena perkataan Trisha barusan. Tak pernah terbersit sedikit pun dalam benak Savira kalau jodohnya adalah ayah dari laki-laki yang dia cintai. Dan Savira yakin, itu adalah hal yang keliru. Abian sanggup menggantikan Xavier pun karena merasa memiliki tanggung jawab sebagai ayah kandung Xavier.

"Kita lihat saja ke depannya bagaimana. Yang jelas, semua orang di sini sekarang berharap yang terbaik untukmu."

***

Ana berjalan menuju ruang keluarga dengan secangkir teh hangat di tangannya. Sesampainya di ruang keluarga, Ana menyimpan cangkir teh tersebut di atas meja. Ana sengaja membuat teh hangat tersebut untuk Abian, yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Jadi, bagaimana respon keluarga Savira?" Ana akhirnya bertanya karena penasaran.

"Mereka marah dan merasa dipermainkan. Walau akhirnya mereka tetap menerima dengan berat hati dan terpaksa tentu saja." Abian menjawab. Ana menghela nafas pelan mendengar itu. Dia juga tak kalah kaget saat Abian berkata kalau dirinya sendiri lah yang akan menggantikan posisi Xavier. Namun alasan-alasan yang diungkapkan oleh Abian memang masuk akal.

Mereka tak mungkin memilih pria secara acak dan sembarangan untuk menggantikan posisi Xavier. Di keluarga mereka pun tak ada laki-laki dewasa yang masih lajang, dan semuanya sudah memiliki pasangan masing-masing. Jika di paksa, takutnya malah menimbulkan masalah lain nantinya.

"Jadi, sekarang Xavier berada di mana?" Ana bertanya lagi.

"Dia pergi ke London dengan seorang perempuan bernama Syila, mantannya saat masih SMA. Kepergiannya ke sana dibantu oleh Wanda, karena Wanda tak merestui hubungan Xavier dengan Savira." Lagi-lagi Ana menghela nafas saat mendengar itu. Benar-benar tak paham dengan cara berpikir mantan kakak iparnya tersebut.

"Dia menjerumuskan anaknya sendiri pada kehancuran. Seharusnya kamu bisa memaksa Xavier untuk kembali tinggal bersamamu, Kak. Wanita itu benar-benar menghancurkan kehidupan Xavier dan tak bisa mengarahkan Xavier pada hal yang benar," ujar Ana dengan kesal. Dia kesal saat Abian membiarkan Xavier tinggal dengan Wanda. Memang sih niat Abian baik, tak mau menjauhkan Xavier dari ibu kandungnya sendiri. Tapi lihat sekarang. Kehidupan Xavier semakin tak tentu arah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Calon Mertua   8

    Savira menatap sekeliling kamar di rumah Abian yang mulai hari ini akan dia tempati. Kamar tersebut sangat luas menurut Savira, dan didominasi warna putih. Ada ranjang berukuran king size di tengah-tengah ruangan, lalu sebuah sofa panjang berwarna cream di dekat jendela, dan ada juga sebuah televisi berukuran besar yang dipasang berhadapan langsung dengan ranjang. Kamar tersebut, cocok untuk melakukan segala aktivitas, bukan hanya untuk sekedar tidur saja. Savira tersenyum, merasa suka dengan warna cat dan juga segala interiornya. Sepertinya, dia akan mudah beradaptasi. Savira membawa dua koper pakaian, dan dia sudah menyimpan semua pakaiannya ke dalam lemari. Dia juga sudah membereskan tas, buku, sepatu, dan barang-barangnya yang lain di tempat yang sudah disediakan. Sebelum meninggalkan Savira tadi, Abian sempat menawarkan untuk cat ulang dinding kamar jika Savira merasa kurang suka dengan warnanya sekarang. Namun, Savira menyukai suasana yang cerah dan tenang di kamar tersebut.

  • Dinikahi Calon Mertua   7

    Setelah mengatakan kalimat tak terduga dan mengejutkan, jelas Savira langsung disidang oleh keluarganya sendiri, sementara Abian hanya bisa menunggu dengan perasaan bingung di ruang tamu. "Apa maksud perkataanmu tadi, Savira?" Chandra bertanya dengan serius. Savira diam dengan kepala sedikit menunduk. Entahlah, dia sendiri tak begitu paham kenapa kata-kata tadi bisa keluar dengan mudah dari mulutnya. "Kamu ingin mencoba menjalani hubungan dengan Abian? Kerasukan apa kamu Savira?" Nina bertanya dengan nada tak percaya. Jelas mereka heran, karena mereka ingat kemarin Savira masih menangisi Xavier. "Ini keputusanku," jawab Savira singkat. Chandra dan Nina saling bertatapan saat mendengar itu. Sementara Nathan dan Trisha, hanya bisa menyaksikan saat Savira ditanyai. "Savira, pikirkan lagi. Jangan mengambil keputusan yang gegabah. Ini untuk kelanjutan hidupmu." Chandra berucap. Savira menghela nafas pelan mendengarnya. Dia sudah bisa menebak kalau keluarganya pasti akan memberikan resp

  • Dinikahi Calon Mertua   6

    Savira duduk termenung di pinggir ranjang. Matanya melihat sekeliling, pada kamarnya yang sudah didekorasi dengan indah. Seulas senyum miris terukir di bibirnya, tak menyangka kalau nasibnya akan semenyedihkan ini. Savira sudah selesai membersihkan tubuh dan kini memakai piyama polos berwarna biru muda. Dia tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, yang jelas Savira memikirkan nasibnya ke depan. Abian memakai namanya sendiri saat akad tadi, bukan memakai nama Xavier. Dan itu berarti, pernikahan dia dan Abian sah di mata agama. Yang berarti juga, sekarang Savira sudah sah menjadi istri Abian. Savira memejamkan mata dengan erat. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing lagi sekarang. Mungkin, dia butuh istirahat malam ini. Masalah status dia dan Abian, bisalah dipikirkan lagi besok. Savira menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang lalu menarik selimut tebal miliknya yang hangat. Saat hendak membaringkan tubuh, ponselnya yang berada di atas laci bergetar pelan. Karena penasaran, Savira menga

  • Dinikahi Calon Mertua   5

    Dua hari berturut-turut, Savira terus menangis dan merenung. Hal tersebut membuat keadaannya jadi kurang baik ketika hari pernikahan tiba. Selama dirias, Savira merasakan sakit di kepala. Mungkin hal tersebut karena dia terus saja menangis, masih belum sepenuhnya menerima kenyataan tentang Xavier yang meninggalkannya. Keadaannya yang kurang sehat bisa dilihat oleh MUA yang meriasnya. "Sepertinya keadaan calon pengantin kurang baik." Asisten MUA menginfokan hal tersebut pada keluarga. Chandra dan Nina bergegas melihat keadaan Savira yang masih di rias oleh MUA. Savira terlihat memaksakan senyuman walau kepalanya terasa sangat berat sekarang. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing," ucap Savira, berusaha untuk tidak membuat keluarganya khawatir. Akhirnya Nina pun memberikan obat pada Savira. "Mas, mungkin seharusnya kita tidak memaksakan keadaan. Kondisi Savira jauh dari kata baik." Nina berkata pada suaminya. Semua orang sudah berdandan rapi untuk ikut merayakan pernikahan Savir

  • Dinikahi Calon Mertua   4

    Savira duduk merenung di kamarnya. Dia tak sendirian, karena sekarang ada sang nenek yang sedang menemaninya. Savira masih memikirkan perkataan Abian tadi tentang pria itu yang memilih untuk menjadi pengganti Xavier di hari pernikahan nanti. "Kamu masih kepikiran?" Nenek Savira yang bernama Mia bertanya seraya menyentuh lembut baju Savira. "Bagaimana mungkin aku gak kepikiran, Nek?" tanya Savira dengan suara pelan dan serak. Mia tersenyum kecil mendengar itu. "Jelas kamu kepikiran. Tapi, tak ada untungnya juga kamu memikirkan semua ini terus-menerus. Kamu harus percaya saja kalau semua yang terjadi adalah takdir dari Tuhan." Mia berucap. Tangan keriputnya bergerak meraih telapak tangan Savira dan menggenggamnya dengan lembut. "Sematang apapun rencana yang sudah kita buat, tetap tak akan terjadi jika Tuhan tak memberikan izin. Mungkin, memang sudah takdir dari Tuhan juga kalau kamu dan Xavier tidak berjodoh." Mia berkata dengan nada suara yang lembut. Savira semakin menundukkan kep

  • Dinikahi Calon Mertua   3

    Perkataan Wanda sebenarnya cukup mengganggu bagi Abian. Karena itu, Abian berusaha keras menemukan keberadaan Xavier. Keluarganya yang sudah tahu tentang kaburnya Xavier ikut panik dan khawatir. Mereka jelas akan menanggung malu jika sampai pernikahan Xavier dan Savira batal. Rani, ibu kandung Abian pun terus mendesak anaknya tersebut untuk segera menemukan Xavier sebelum hari pernikahan tiba. Namun, yang dikatakan Wanda ternyata benar. Abian akan kesulitan menemukan di mana Xavier berada. Karena kepergian Xavier di bantu oleh Wanda sendiri. Mengetahui fakta tentang Wanda yang tak menyukai Savira pasti membuat Wanda mengerahkan segala yang dia bisa untuk menyembunyikan keberadaan Xavier sekarang. Abian tak paham kebebasan apa yang ingin Wanda berikan pada Xavier. Membiarkan Xavier pergi dengan wanita lain menjelang hari pernikahannya bersama Savira? Hal tersebut bukanlah tindakan yang bijak. Jika memang tak mau, harusnya Wanda bukan membantu Xavier kabur. Tapi memberikan pengertian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status