Share

Bab 4

Author: GadihJambi
last update Last Updated: 2025-06-28 10:49:44

Avin baru saja kembali lagi ke rumah dan mengunci pintunya dengan benar. Ia pergi sebentar keluar karena ada panggilan darurat yang tia rahasiakan, termasuk Dea istrinya. Saat melewati kamar, ia melihat istri tercintanya sedang tidur di kasur bersama dengan putri cantiknya dengan lelap.

Ia menghela napasnya dengan pelan melihat dua kesayangannya tidur dengan damai. Ia pun lanjut ke belakang sambil mengambil handuk yang tergantung karena mau mandi lagi. Biarpun baru satu jam lebih ia keluar dari rumah, ia harus mandi jika ingin memeluk gadis kecilnya karena sudah terkontaminasi kuman di luaran sana.

Deasy yang mendengar suara guyuran air menjadi terbangun. Ia terkejut melihat jendela kamarnya sudah mulai agak gelap.

"Astaghfirullah, sudah mau gelap ternyata! Kecapekan nangis membuatku tidur kebablasan. Pasti A'a Avin sudah pulang lagi. Sayangku, ayo bangun, Nak!" ucap Deasy mengusap kasar mukanya dan menepuk pelan bokong putri kecilnya agar terbangun.

Usahanya membuahkan hasil, si montok itu pun menggeliat dengan menggemaskan sehingga Deasy tidak kuasa untuk tidak menghujani wajah anaknya dengan ciuman gemas.

"Uluh-uluh, anaknya Bubu gemesin banget sih!" ucap Ibu muda tersebut dengan gemas.

Terdengar gelak tawa bayi tersebut saat Dea menciumi perutnya dengan brutal sehingga Avin yang selesai mandi tidak bisa untuk tidak tersenyum lebar melihat tawa bahagia dua kesayangannya.

"Asyik banget kesayangannya Baba sampai gak ngajak Baba untuk bermain," ucap Avin sembari memasuki kamar dengan menggunakan handuk di pinggangnya.

Deasy menoleh dan menelan ludah melihat suaminya dengan santai bertelanjang dada, sehingga ia dengan leluasa melihat otot perutnya yang sangat sempurna dengan kotak-kotak enam, membuat siapapun melihat itu menjadi tergoda.

Avin yang melihat mata sang istri mengulum senyum menyeringai.

"Gak cuma dilihat dong sayang, di sentuh lebih menyenangkan apalagi kalau dibelai," goda Avin dengan menaikturunkan alisnya.

Muka Deasy langsung memerah karena malu ketahuan melihat sang suami dengan tatapan lapar.

"Ih, A'a nyebelin! Cepetan sana pakai baju sebelum aku terkam!" sungut Deasy pura-pura kesal dan mulai melucuti pakaian sang putri.

"Hehehehe, kalau gitu eksekusinya nanti malam saja ya, Yang!" kekeh Avin gemas melihat sikap Deasy yang selalu membuatnya bergairah.

"Dih, itu memang maunya A'a yang gak pernah libur kecuali palang merah," cibir Deasy sambil mengambil perlengkapan mandi sang putri.

Avin semakin terkekeh mendengar cibiran sang istri, ia pun memakai pakaian yang ada di lemari plastik. Begitu Deasy memandikan sang putri, Avin menyiapkan pakaian bayi kecilnya dan meletakkannya diatas kasur.

Sambil menunggu Deasy memandikan sang putri, Avin mengambil kantong kresek yang berisi uang hasil jualannya dan mengeluarkannya untuk di hitung.

"Habis jualannya A'a?" tanya Deasy memasuki kamar dengan menggendong sang putri yang dibalut handuk putih.

"Alhamdulillah habis, Neng! Maaf ya Aa kebablasan di luar tadi, padahal udah pulang cepat," jawab Avin sambil menghitung uang tersebut.

"Alhamdulillah, gak papa. Eneng cuma gak mau Aa sakit karena pontang panting cari uang. Rezeki sudah ada yang ngatur dan gak perlu dikejar sampai mengabaikan kesehatan," sahut Deasy dengan penuh syukur.

"MasyaAllah, pengertian banget istrinya A'a ini! InsyaAllah A'a akan selalu ingat nasihat Eneng. Beruntungnya A'a punya istri yang pengertian, cantik, dan seksi lagi," ujar Avin dengan sangat bangga sambil mencolek pinggang ramping sang istri.

"Iya dong, istrinya A'a gitu!" sahut Deasy dengan membanggakan dirinya sehingga membuat Avin tergelak kencang melihat kenarsisan sang istri.

---

Di rumah, Maisarah masih menyusun rencana jahat agar ia dan anaknya tidak membayar kembali uang panas yang diberikan Juragan Handi saat kampanye pilkada beberapa waktu lalu. Ia memasuki kamar pribadinya sambil berpikir keras.

“Apa aku ambil anaknya saja dan jadikan anak itu untuk mengancam Dea untuk meninggalkan mereka berdua ya? Kalau dia tidak diancam begitu, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya bisa memisahkan mereka dan menikahkan Dea dengan Juragan Handi,” gumamnya dengan pelan dan masih ada keraguan untuk melakukan rencana itu.

Wanita paruh baya itu sampai ketiduran saat asyik menimbang apakah akan melakukan rencana tersebut atau tidak.

Malam harinya saat makan malam, Raisa mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit tempat mertua laki-lakinya dirawat. Mereka mengabarkan jika Tuan Wirata Kusuma tiba-tiba saja kritis.

“Bu, pihak rumah sakit mengabarkan jika Ayah tiba-tiba kritis dan sekarang mereka sedang memindahkannya ke ruangan ICU. Alatas tidak ada di sana jadi rumah sakit menelepon ke sini,” ucap Raisa memberitahu Maisarah saat wanita paruh baya itu hendak keluar dari kamarnya.

“Apa???” pekik Maisarah dengan wajah terkejut.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 106

    Seperti kemarin, Avin meninggalkan Dea di ruangan Ayah mertuanya setelah menemani sang istri terapi dengan Dokter Ana. Ia sudah berada di ruangan kantornya yang sementara ini dipegang oleh kakaknya Kaisar. “Di mana Lendra? Katanya mau bawa gebetannya ke sini, kok belum nongol juga?” tanya Kaivan sambil memakan snack kentang yang ia bawa tadi. Kaisar fokus mengerjakan berkas-berkas di meja dengan dibantu Keenan yang duduk di depannya. Sedangkan Saloka asyik sendiri mengutak-atik laptopnya melakukan tugas mencari informasi tentang Bik Ira dan Warti pengasuh Audrey. Kaivan mendengkus kesal karena tidak satu pun yang menanggapi pertanyaannya. Ia semakin kencang mengunyah camilannya agar mengganggu konsentrasi semua orang saking kesalnya. Tingkah kekanakan pria itu tidak membuahkan hasil karena tidak satu pun yang terpengaruh pada bunyi kunyahan yang berisik itu. “Assalamualaikum, Abang-abangku!” teriak Syailendra membuka pintu secara tiba-tiba lalu masuk sambil memegang pergelan

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 105

    Andre terkejut melihat kliennya dan kenalan barunya ternyata saling kenal. Ia dengan jentelmen menarik kursi untuk Raisa, dan wanita itu tidak bisa untuk tidak tersipu dengan perlakuan seperti itu dari seorang pria. Tetapi karena tidak ingin dianggap tidak pantas, Raisa dengan cepat menunduk dengan memasang kembali wajah kagetnya. “Jadi klien Mas Andre adalah Juragan Handi?” tanya Raisa begitu ia dan Andre sudah duduk di depan Juragan Handi. “Iya, Mbak, Sebenarnya Juragan klien ipar saya, tapi karena ipar saya harus pergi ke Kalimantan karena kakak saya mau melahirkan, maka saya yang menggantikannya sebagai pengacaranya dalam menghadapi kasus ini,” jawab Andre dengan santai sambil memanggil pelayan Cafe. Raisa mengangguk paham, ia menyapa Juragan Handi dengan agak takut-takut karena tidak mau pria paruh baya itu marah padanya. “Aku tidak makan orang, Raisa! Jadi, tidak usah takut seperti itu! Asal kamu tahu saja, masalah yang aku alami ini berhubungan erat dengan suamimu!” u

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 104

    Raisa terduduk di trotoar jalan hingga sikunya membentur pembatas dan meninggalkan luka baret di sikunya. Jantungnya berdebar kencang karena takut sekaligus terkejut hampir menjadi korban tabrakan akibat melamun. Seketika air matanya mengalir deras hingga terdengar isakan lirih yang membuat penolongnya malah tambah khawatir. “Mbak, apa lukanya sakit sekali? Mau saya antar ke rumah sakit terdekat?” tanya pria itu dengan wajah khawatir. Ia bahkan belum melihat rupa perempuan yang ia tolong karena posisi Raisa menunduk sehingga rambut panjangnya menutupi seluruh mukanya. Raisa menangis bukan karena rasa sakit pada sikunya tetapi pada perasaannya yang semakin yakin jika suaminya pasti punya hubungan yang tidak biasa dengan wanita yang bersama Siska tadi. Ia menangis menyesali kebodohannya selama ini yang selalu patuh dan menurut setiap perkataan Ghufron. Ia bahkan patuh saat Ghufron menunda untuk punya anak sehingga Raisa rutin mengonsumsi pil penunda kehamilan sejak enam bulan

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 103

    Lima bersaudara itu terdiam sesaat setelah Kaisar bicara. Selain Avin mereka semua masih terkejut dan antara percaya atau tidak percaya dengan perkataan Dea tentang Bik Ira. “Jujur gue syok, dan masih ragu dengan perkataan Dea tentang dugaannya itu! Bukan gue bilang Dea salah duga, tapi gue merasa ragu jika itu suara Bik Ira versi laki-laki. Pasalnya selama ini Bik Ira tidak pernah menunjukkan gelagat yang aneh baik di depan kita maupun saat bersama Dea,” ucap Kaivan dengan pemikirannya. “Gue juga kaget dan syok, Bang! Tapi balik lagi ke Kak Dea, dia gak akan ngomong kayak gitu kalau ia merasa gak yakin. Apalagi Bang Keenan bilang kalau Kak Dea yakin suara itu seperti suara Bik Ira tapi dalam versi laki-laki. Itu artinya ada laki-laki yang punya hubungan kekerabatan dengan Bik Ira yang sengaja meneror Kak Dea. Tapi yang jadi masalahnya setahu gue Bik Ira belum menikah sampai sekarang!” sahut Saloka ikut memberikan pendapatnya. “Benar juga ya? Setahu gue Bik Ira masih sendiri sej

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 102

    "Itu istrinya Ghufron ya Sis?" tanya Ela ketika mereka sudah di dalam mobil. "Iya, itu istri sahnya simpanan kamu!" jawab Siska dengan santai tanpa nada menghina seolah-olah itu kata-kata yang biasa di ucapkan. "Cantik juga, tapi kenapa Ghufron tidak menyukai istrinya sendiri? Malah mencari kesenangan di luar rumah," sahut Ela dengan heran. "Cih, Mau secantik bidadari pun kalau laki-lakinya memang doyan jajan gak bakalan betah di rumah!" cibir Siska dengan tersenyum sinis. "Yah, laki-laki yang baik dan setia sungguh jarang! Eh, Sis, suami elo kan sopir dan jarang pulang, gimana kalau dia juga punya simpanan diluar sana kayak adiknya si Ghufron? Elo memangnya gak marah?" timbal Ela sambil bertanya tentang suaminya Siska. "Gue gak peduli dia mau punya simpanan atau tidak! Aku juga jarang memberikannya jatah saat ia pulang, asalkan setiap ia pulang bawa uang yang tidak kurang dari biasanya, aku tidak peduli lagi!" jawab Siska dengan nada acuh tak acuh. "Hehehehe, dasar matr

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 101

    Saat ini Grandpa Brandon duduk sendirian di dalam kamar di kediaman Manggala sambil memeluk surat-surat yang selama ini di tulis Angelina setiap hari ulang tahunnya. Ia memeluk kertas yang warna sudah menguning karena dimakan usia, dan untung saja menantunya merawat surat-surat itu dengan telaten dan hati-hati sehingga tidak rapuh dan hancur dimakan rayap. Surat-surat itu melebihi harta berharga yang ia kumpul sehingga ia begitu menjaganya dengan hati-hati agar tidak mudah rusak. Sementara Alatas masih terus menatap album foto lama yang berisi kenangan tentang Ibu kandungnya selama masih remaja sampai ia menikah dan punya anak. "Ibu cantik banget ya, Yah!" ucap Alatas sambil mengusap foto wanita Bule yang tersenyum manis dengan perutnya yang buncit. Usapan pada foto itu bagi Alatas usapan nyata pada wajah cantik ibunya yang tidak pernah ia ketahui selama ini. Setetes air mata jatuh di atas foto itu sebagai ungkapan kerinduan yang tiba-tiba datang memasuki relung hati Alatas.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status