Share

Bab 5

Penulis: GadihJambi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-28 11:15:47

“Cih, bikin orang repot aja! Kenapa gak langsung mati aja sih, pakai kritis segala. Buang-buang duit lama-lama di rumah sakit dan buang-buang tenaga untuk mengurusnya,” omel Siska misuh-misuh sendirian dalam kamarnya.

Saat itu, Maisarah dan Raisa sudah bergegas ke rumah sakit dan meninggalkan Siska di rumah yang mengeluh sakit kepala. Padahal ia baik-baik saja dan mengurung diri di kamarnya karena malas menemani ibu mertuanya itu ke rumah sakit.

Bu Maisarah duduk di bangku luar ruangan ICU bersama Raisa. Melihat suaminya terbaring dengan semua alat penunjang hidup di tubuhnya membuat wanita paruh baya itu sedih. Walau bagaimanapun, ia masih mencintai suaminya yang sudah memberikan ia dan anak-anaknya hidup nyaman selama ini.

“Bu, bagaimana dengan ancaman Juragan Handi pada Ibu? Apa dia benar-benar ingin kita membayar semua uang yang diberikan pada kita lima kali lipat dari jumlah awal?” tanya Raisa dengan wajah bingung dan gelisah bersatu padu dalam pikirannya.

“Ssstttt, jangan keras-keras suaranya? Kamu lupa sekarang kita ada di mana?” bentak Bu Maisarah dengan suara dibuat pelan sambil melotot tajam pada Raisa.

Raisa langsung menciut mendengar bentakan mertuanya diiringi tatapan tajam wanita paruh baya itu. Ia sungguh takut jika benar-benar harus membayar kembali semua uang yang digunakan suaminya Ghufron pada pilkada beberapa bulan lalu.

Ia baru saja mencicipi manisnya menjadi istri pejabat daerah dua bulan belakangan ini. Dan ia tidak ingin apa yang ia nikmati sekarang hilang begitu saja hanya karena ancaman Juragan Handi yang menjadi donatur terbesar dalam karier suaminya.

Meski kasihan pada Dea, ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti rencana mertuanya.

“Bu, bagaimana dengan biaya pengobatan Ayah? Semakin lama di sini membuat biayanya semakin besar, dan dari mana kita dapat uang untuk membayarnya? Satu-satunya kita meminta bantuan sama Juragan Handi, tapi karena masalah ini pasti Juragan Handi belum tentu mau meminjamkan uangnya sama kita.”

Bu Maisarah tertegun mendengar ucapan menantunya yang benar adanya. Ia sejujurnya juga bingung mau minta bantuan siapa untuk membayar biaya tagihan rumah sakit suaminya. Sebenarnya dia masih punya simpanan harta. Namun, sebagai wanita yang menyukai perhiasan, ia mana mau menjual asetnya untuk membayar biaya rumah sakit sang suami.

“Lebih baik kita pulang saja, dan kita pikirkan lagi nanti di rumah,” ucap Bu Maisarah sembari bangkit dari duduknya.

Begitu sampai di rumah, Siska menyambut mereka sambil memasang wajah khawatir. “Gimana keadaan Ayah, Bu?”

Bu Maisarah melirik tajam kepada menantu pertamanya itu, sambil memijit keningnya yang pusing.

Raisa yang tahu Bu Maisarah lelah menanggapi Siska langsung menjawabnya, “Ayah kritis, Kak, dan bakal dirawat di ICU beberapa hari. Biaya rumah sakitnya juga besar...”

Siska mendengus kesal. “Duh! Apa susahnya sih nikahkan saja Dea dengan Juragan Handi! Dengan begitu kan kita tidak perlu pusing mikirin biaya rumah sakit Ayah!” Dia lalu memegang lengan Bu Maisarah seperti membujuknya. “Kita kasih tahu ini kepada Dea saja, Bu, bilang kalau dia tidak segera pisah dari Bang Avin dan menikahi Juragan Handi, kita tidak akan punya uang untuk rumah sakit, kondisi Ayah juga semakin kritis dan...”

“Apa yang kalian bicarakan?!” seru Alatas yang tiba-tiba muncul di depan pintu yang tidak ditutup rapat.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 30

    Dea sedang menyuapi bayi kecilnya yang sudah mulai memakan MPASI di usianya yang baru menginjak enam bulan saat Ibu mertuanya datang menghampiri. “De, Keenan bilang kamu pengen belajar jadi perempuan anggun yang bermartabat ya?” tanya Mami Berliana tanpa basa basi. “Iya, Mi. Dea mau jadi istri yang nggak malu-maluin Aa kalau ikut pertemuan penting. Dea mau mengangkat kepala dengan tegak saat bertemu orang-orang penting, bukan menunduk karena merasa minder atau tidak percaya diri,” jawab Dea dengan mimik muka yang serius dan sungguh-sungguh. “Kalau begitu, Mami sarankan kamu belajar tentang etika perempuan bangsawan dan belajar kepribadian perempuan. Hanya saja belajar semua itu lumayan berat untuk orang yang belum pernah belajar hal itu? Mami aja dulunya sering pura-pura sakit biar bisa bolos belajar kelas etika dan kepribadian,” sahut Mami Berliana sedikit mengeluh sambil menceritakan tentang dirinya dulu. Bukannya ketakutan, Dea justru terlihat bersemangat mendengar cerita m

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 29

    Kediaman Juragan Handi di kampung sebelah.. “Kayaknya si Juragan sudah gak terlalu ngebet lagi sama Mbak Dea semenjak terkuak jika suaminya itu ternyata orang kaya,” ucap Joko pelan pada rekannya sambil duduk santai di bawah pohon Mangga. “Masa sih, Jon? Kalau memang sudah gak ngebet lagi kenapa Juragan masih nyuruh kita nyari perempuan yang mirip sama Mbak Dea, sampai-sampai biniku marahin aku katanya jangan-jangan aku yang mau nyari daun muda,” sahut Darman dengan wajah tidak percaya. Dua bawahan Juragan Handi baru saja selesai kerja di lumbung padi milik pria tua itu setelah beberapa hari lalu berkelana mencari perempuan yang mirip dengan Dea tanpa seorang pun yang tahu yang mereka berdua lakukan. Istrinya Darman langsung marah-marah karena gara-gara hal itu ia dan anaknya kesulitan ke mana-mana karena kendaraan mereka satu-satunya di bawa Darman. “Iya, ya, baru kepikiran aku, Man. Memangnya si Juragan mau cari yang gimana lagi sih? Istri aja sudah dua, masa gak pernah pu

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 28

    Tidak hanya Bu Maisarah yang kaget, Siska dan Raisa ikutan kaget sehingga pelukan Raisa pada lengan suaminya terlepas. “Bang, kamu gak lagi nge-prank kami kan?” tanya Raisa dengan wajah tidak percaya. Siska ikutan mengangguk tanpa suara membenarkan pertanyaan Raisa. “Raisa benar, Nak! Kamu tidak lagi mempermainkan kami semua kan? Kapan pria tua itu menghubungimu? Dan apa alasan pria itu tiba-tiba menarik uang yang ia berikan waktu itu?” cerca Bu Maisarah sambil menahan gemuruh di dadanya. Ghufron memasang raut gusar sembari membuang kasar napasnya. “Ini bukan permainan atau candaan, Bu. Juragan Handi mengirim pengacaranya mendatangi tempat aku kunjungan kerja sehingga membuat aku kaget akan kedatangannya. Karena tidak ingin ada yang mencurigai, aku membawanya ke Cafe terdekat. Dari situ aku tahu jika Juragan Handi sengaja mengikutiku keluar agar bisa menemuiku dengan leluasa. Pengacaranya meminta agar aku mengembalikan bantuan dana yang Juragan Handi berikan saat pilkada kem

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 27

    Alatas kembali ke rumah pada pagi harinya setelah mampir sebentar ke rumah sakit melihat keadaan ayahnya. Ia menginap di hotel setelah pesta bersama sepupunya Avin, Syailendra. Karena sama-sama masih kuliah, keduanya cepat akrab. Meskipun dengan yang lainnya juga dekat, ia paling dekat dengan Syailendra karena mempunyai hobi dan umur yang sama. “Tahu pulang juga kamu!” semprot Bu Maisarah di depan pintu begitu melihat putra bungsunya pulang ke rumah. Alatas diam saja dan menatap malas dengan sorot matanya sambil memasang wajah datar saat melepaskan sepatunya. Wanita tua itu sengaja menunggu putra bungsunya pulang karena semalaman ia tidak bisa tidur hanya karena menunggu Alatas pulang. “Ibu bukannya tahu kalau pestanya baru dimulai sore hari? Tentu saja selesainya malam, karena itu pesta orang kaya yang dibagi dengan beberapa sesi,” jawab Alatas dengan sindiran. Ia menyindir ibunya yang datang bersama para iparnya di pesta tadi dan membuat keributan. Wajah Bu Maisarah m

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 26

    “Kenapa Neng? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” tanya Avin dengan lembut ketika melihat Dea bengong tanpa memakan makanannya. Padahal tadi istrinya itu mengeluh kelaparan, tetapi sekarang makanannya hanya dilihat dan diaduk saja tanpa kurang sedikit pun. “A’, menurut Aa, Eneng pantas gak menjadi bagian dari keluarga ini?” tanya Dea dengan menatap dalam suaminya. Kening Avin mengerut mendengar pertanyaan istrinya yang tidak ia duga. “Kenapa bertanya seperti itu? Siapa yang bilang Eneng gak pantas menjadi bagian dari keluarga ini? Aa gak suka Eneng ngomong ngawur kayak gitu lagi,” sahut Avin, wajahnya menunjukkan tidak suka. “Kalau gitu, apa pendapat Aa jika Eneng ingin jadi perempuan yang kuat, hebat dan bermartabat sebagai pendamping hidup Aa?” tanya Dea lagi sehingga membuat ekspresi wajah Avin semakin berat. Pria tampan itu berpindah duduk dan duduk di samping Dea yang duduk di sofa kamar. Ia mendorong meja troli kecil yang menyajikan tempat makan ke ruang kosong di su

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 25

    Dea dan Avin sampai di kediaman keluarga Manggala setelah menempuh tiga puluh lima menit perjalanan. “A’, bawa Audrey duluan ke kamar ya? Neng mau ambil makanan dulu di dapur, perut Neng lapar lagi, dan tadi gak bisa makan banyak karena diajak keliling sama Mami dan Oma,” pinta Dea dengan mengusap perutnya yang lapar lagi. Beberapa saat lalu, ia baru selesai mengasihi Audrey hingga bayi itu kekenyangan, nafsu makannya yang kuat saat menyusui selalu membuat ia lapar. Dea sudah tidak malu-malu lagi menyuarakan apa yang ia rasakan, berbeda dengan saat pertama kali mereka datang ke rumah ini. “Ya sudah, Aa tidurin si gemoy dulu di kamar. Nanti giliran Bubunya yang Aa tidurin,” sahut Avin dengan mengerling nakal. “Ish, dasar mesum!” balas Dea mencibir dengan suara pelan. Avin terkekeh geli sambil menggendong putrinya yang nemplok manja di dadanya. Mereka memasuki rumah dengan wajah bahagia, lalu berpisah karena beda arah, Avin naik menggunakan lift, dan Dea berbelok ke arah dap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status