Share

Bab 3

Author: GadihJambi
last update Last Updated: 2025-06-28 10:46:34

Baru saja keluar dari kontrakan Dea, tiba-tiba saja wajah Raisa berubah pucat saat ponselnya berbunyi dengan nama Juragan Handi terpampang dilayarnya.

Ia bergeser mendekati Bu Maisarah dan menyerahkan ponselnya pada wanita itu tanpa membuka suaranya.

“Angkat, katakan padanya jika kita masih ada urusan di luar!” perintah Bu Maisarah sambil menyerahkan ponsel tersebut pada Siska.

Wajah Siska merengut dan mengambil ponsel tersebut dengan sedikit keberatan. Perempuan mengembalikan ponsel itu karena panggilan tersebut sudah berakhir saat ia mau menjawabnya.

“Udah keburu mati,” ucapnya dengan malas.

Raisa mengambil kembali ponselnya dan sebuah pesan masuk saat ia akan memasukkan ponsel itu ke dalam tas. Ia membuka pesan tersebut dan menunjukkan isi pesan itu pada mertuanya yang mukanya langsung berubah menjadi panik.

Ketiga perempuan beda usia itu bergegas pergi dari rumah Dea. Pasalnya, Juragan Handi mengatakan jika ia sudah ada di rumah mereka saat ini dan hendak bertemu mereka, terutama dengan Bu Maisarah.

“Duh, apalagi yang diinginkan Juragan Handi kali ini? Setiap dia mau datang pasti bikin kita gak tenang,” keluh Raisa saat mereka sudah ada di dalam mobil.

“Apalagi kalau bukan tentang Dea. Anak itu sok suci banget, zaman sekarang masih mau hidup susah dan gak mau hidup santai dengan banyak harta. Emang apa salahnya jadi istri ketiga kalau hidup kita bergelimang harta,” gerutu Siska dengan menyalahkan Dea.

“Diam kamu, Siska! Jangan bikin kepala saya bertambah pusing dengan semua ocehanmu itu!” bentak Bu Maisarah dengan kesal pada menantu pertamanya itu.

Siska diam dengan muka merenggut kesal dan sepanjang perjalanan ke rumah ketiganya tidak ada yang membuka suara karena sibuk dengan pikiran masing-masing.

Bu Maisarah memasang wajah ramah saat keluar mobil menghampiri Juragan Handi yang duduk di kursi teras dengan muka angkuhnya.

“Mari Juragan kita masuk! Maaf jika Juragan kelamaan menunggu kami karena saya dan anak-anak baru saja pulang dari rumah Dea,” ucap Bu Maisarah dengan mulutnya yang manis dan tersenyum palsu.

“Oh, jadi kalian semua dari sana. Bagaimana? Apa putrimu mau menikah denganku? Atau ia masih menolak karena tidak mau meninggalkan laki-laki miskin tukang sayur itu,” sahut Juragan Handi santai dengan langsung mencerca Bu Maisarah dengan berbagai dugaan.

Bu Maisarah menunduk diam karena bingung mau menjawab apa dan alasan apa pada laki-laki seumuran suaminya itu.

Diamnya Bu Maisarah membuat dugaan Juragan Handi semakin kuat sehingga pria paruh baya itu menatapnya dengan tatapan tajam.

“Ingat, Bu Maisarah, janji Anda setengah tahun yang lalu. Saya tidak suka pembohong dan orang yang suka ingkar janji. Sekali Anda berjanji, seumur hidup akan saya tagih sampai janji itu Anda tepati,” kata Juragan Handi dengan tajam.

Bu Maisarah hanya menelan ludah dengan gugup.

“Apalagi, saya sudah memberikan banyak bantuan atas jabatan yang saat ini dipegang oleh anak Anda, Ghufron!” lanjut Juragan Handi dengan nada mengancam. “Dana bantuan pilkada Ghufron bukanlah uang yang sedikit, Maisarah! Jangan sampai saya menagih bantuan yang saya berikan dengan ganti rugi lima kali lipat dari bantuan awal saya! Pikirkan semua itu karena saya akan memberikan Anda keringanan waktu selama enam bulan ke depan. Saya pamit dulu.”

Raisa dan Siska yang ada di sana tidak mampu untuk bersuara karena takut dengan sosok Juragan Handi yang terlihat begitu menakutkan di mata mereka.

Bu Maisarah langsung lesu dan lemas begitu Juragan Handi pergi dari rumah mereka. Ia sangat takut dengan ancaman pria tua itu karena ia tidak mau anak keduanya, Ghufron, kehilangan jabatannya karena ia gagal memberikan Dea pada pria tua itu.

“Bu, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan sekarang? Uang dari mana untuk mengembalikan uang Juragan Handi dalam pilkada Bang Ghufron?” rengek Raisa dengan wajah gelisah pada Maisarah mertuanya.

“Gak, Ghufron tidak boleh berakhir hanya karena anak itu! Apapun akan saya lakukan agar Ghufron tetap berada diposisinya sebagai wakil Bupati,” batin Bu Maisarah dengan niat yang kuat.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 106

    Seperti kemarin, Avin meninggalkan Dea di ruangan Ayah mertuanya setelah menemani sang istri terapi dengan Dokter Ana. Ia sudah berada di ruangan kantornya yang sementara ini dipegang oleh kakaknya Kaisar. “Di mana Lendra? Katanya mau bawa gebetannya ke sini, kok belum nongol juga?” tanya Kaivan sambil memakan snack kentang yang ia bawa tadi. Kaisar fokus mengerjakan berkas-berkas di meja dengan dibantu Keenan yang duduk di depannya. Sedangkan Saloka asyik sendiri mengutak-atik laptopnya melakukan tugas mencari informasi tentang Bik Ira dan Warti pengasuh Audrey. Kaivan mendengkus kesal karena tidak satu pun yang menanggapi pertanyaannya. Ia semakin kencang mengunyah camilannya agar mengganggu konsentrasi semua orang saking kesalnya. Tingkah kekanakan pria itu tidak membuahkan hasil karena tidak satu pun yang terpengaruh pada bunyi kunyahan yang berisik itu. “Assalamualaikum, Abang-abangku!” teriak Syailendra membuka pintu secara tiba-tiba lalu masuk sambil memegang pergelan

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 105

    Andre terkejut melihat kliennya dan kenalan barunya ternyata saling kenal. Ia dengan jentelmen menarik kursi untuk Raisa, dan wanita itu tidak bisa untuk tidak tersipu dengan perlakuan seperti itu dari seorang pria. Tetapi karena tidak ingin dianggap tidak pantas, Raisa dengan cepat menunduk dengan memasang kembali wajah kagetnya. “Jadi klien Mas Andre adalah Juragan Handi?” tanya Raisa begitu ia dan Andre sudah duduk di depan Juragan Handi. “Iya, Mbak, Sebenarnya Juragan klien ipar saya, tapi karena ipar saya harus pergi ke Kalimantan karena kakak saya mau melahirkan, maka saya yang menggantikannya sebagai pengacaranya dalam menghadapi kasus ini,” jawab Andre dengan santai sambil memanggil pelayan Cafe. Raisa mengangguk paham, ia menyapa Juragan Handi dengan agak takut-takut karena tidak mau pria paruh baya itu marah padanya. “Aku tidak makan orang, Raisa! Jadi, tidak usah takut seperti itu! Asal kamu tahu saja, masalah yang aku alami ini berhubungan erat dengan suamimu!” u

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 104

    Raisa terduduk di trotoar jalan hingga sikunya membentur pembatas dan meninggalkan luka baret di sikunya. Jantungnya berdebar kencang karena takut sekaligus terkejut hampir menjadi korban tabrakan akibat melamun. Seketika air matanya mengalir deras hingga terdengar isakan lirih yang membuat penolongnya malah tambah khawatir. “Mbak, apa lukanya sakit sekali? Mau saya antar ke rumah sakit terdekat?” tanya pria itu dengan wajah khawatir. Ia bahkan belum melihat rupa perempuan yang ia tolong karena posisi Raisa menunduk sehingga rambut panjangnya menutupi seluruh mukanya. Raisa menangis bukan karena rasa sakit pada sikunya tetapi pada perasaannya yang semakin yakin jika suaminya pasti punya hubungan yang tidak biasa dengan wanita yang bersama Siska tadi. Ia menangis menyesali kebodohannya selama ini yang selalu patuh dan menurut setiap perkataan Ghufron. Ia bahkan patuh saat Ghufron menunda untuk punya anak sehingga Raisa rutin mengonsumsi pil penunda kehamilan sejak enam bulan

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 103

    Lima bersaudara itu terdiam sesaat setelah Kaisar bicara. Selain Avin mereka semua masih terkejut dan antara percaya atau tidak percaya dengan perkataan Dea tentang Bik Ira. “Jujur gue syok, dan masih ragu dengan perkataan Dea tentang dugaannya itu! Bukan gue bilang Dea salah duga, tapi gue merasa ragu jika itu suara Bik Ira versi laki-laki. Pasalnya selama ini Bik Ira tidak pernah menunjukkan gelagat yang aneh baik di depan kita maupun saat bersama Dea,” ucap Kaivan dengan pemikirannya. “Gue juga kaget dan syok, Bang! Tapi balik lagi ke Kak Dea, dia gak akan ngomong kayak gitu kalau ia merasa gak yakin. Apalagi Bang Keenan bilang kalau Kak Dea yakin suara itu seperti suara Bik Ira tapi dalam versi laki-laki. Itu artinya ada laki-laki yang punya hubungan kekerabatan dengan Bik Ira yang sengaja meneror Kak Dea. Tapi yang jadi masalahnya setahu gue Bik Ira belum menikah sampai sekarang!” sahut Saloka ikut memberikan pendapatnya. “Benar juga ya? Setahu gue Bik Ira masih sendiri sej

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 102

    "Itu istrinya Ghufron ya Sis?" tanya Ela ketika mereka sudah di dalam mobil. "Iya, itu istri sahnya simpanan kamu!" jawab Siska dengan santai tanpa nada menghina seolah-olah itu kata-kata yang biasa di ucapkan. "Cantik juga, tapi kenapa Ghufron tidak menyukai istrinya sendiri? Malah mencari kesenangan di luar rumah," sahut Ela dengan heran. "Cih, Mau secantik bidadari pun kalau laki-lakinya memang doyan jajan gak bakalan betah di rumah!" cibir Siska dengan tersenyum sinis. "Yah, laki-laki yang baik dan setia sungguh jarang! Eh, Sis, suami elo kan sopir dan jarang pulang, gimana kalau dia juga punya simpanan diluar sana kayak adiknya si Ghufron? Elo memangnya gak marah?" timbal Ela sambil bertanya tentang suaminya Siska. "Gue gak peduli dia mau punya simpanan atau tidak! Aku juga jarang memberikannya jatah saat ia pulang, asalkan setiap ia pulang bawa uang yang tidak kurang dari biasanya, aku tidak peduli lagi!" jawab Siska dengan nada acuh tak acuh. "Hehehehe, dasar matr

  • Dinikahi Juragan Sayur Milyuner   Bab 101

    Saat ini Grandpa Brandon duduk sendirian di dalam kamar di kediaman Manggala sambil memeluk surat-surat yang selama ini di tulis Angelina setiap hari ulang tahunnya. Ia memeluk kertas yang warna sudah menguning karena dimakan usia, dan untung saja menantunya merawat surat-surat itu dengan telaten dan hati-hati sehingga tidak rapuh dan hancur dimakan rayap. Surat-surat itu melebihi harta berharga yang ia kumpul sehingga ia begitu menjaganya dengan hati-hati agar tidak mudah rusak. Sementara Alatas masih terus menatap album foto lama yang berisi kenangan tentang Ibu kandungnya selama masih remaja sampai ia menikah dan punya anak. "Ibu cantik banget ya, Yah!" ucap Alatas sambil mengusap foto wanita Bule yang tersenyum manis dengan perutnya yang buncit. Usapan pada foto itu bagi Alatas usapan nyata pada wajah cantik ibunya yang tidak pernah ia ketahui selama ini. Setetes air mata jatuh di atas foto itu sebagai ungkapan kerinduan yang tiba-tiba datang memasuki relung hati Alatas.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status