Share

Menjadi Ratu Iblis

Penulis: Strawberry
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 09:14:36

Kelopak mata Arcelia terbuka sepenuhnya, dan nafasnya sedikit tertahan saat ia menyadari dimana dirinya berada.

Ia terbaring di atas ranjang besar dengan tirai sutra yang menjuntai lembut di sekelilingnya. Cahaya temaram lilin berpendar samar, menciptakan bayangan-bayangan halus di dinding berukir indah. Udara di ruangan itu terasa hangat, dipenuhi aroma samar dupa yang membuai.

Namun yang paling mengejutkan bukanlah kemewahan ruangan itu.

Melainkan tubuh pria yang tengah mendekapnya erat.

Kaisar.

Arcelia menelan ludahnya, jantungnya berdetak lebih cepat saat menyadari dirinya terjebak dalam pelukan pria itu—pria yang kini menjadi suaminya, Kaisar Azrael. ‘Oh tidak, begini rasanya dipeluk dengan penuh minat!’

Dada bidangnya yang telanjang terasa begitu hangat di kulitnya, keras dan kuat, seakan tubuh itu terbuat dari batu. Nafasnya yang dalam dan teratur terdengar di dekat telinganya, menghembuskan udara hangat ke lehernya, membuatnya menggigil tanpa sebab.

Jemari Arcelia tanpa sadar terangkat, menyentuh dada pria itu dengan hati-hati.

Keras.

Hangat.

Kuat.

Ia menelan ludah sekali lagi, lalu dengan berani menggerakkan jemarinya, mengikuti lekukan otot-ototnya yang begitu sempurna. Ia nyaris tak bisa mempercayai betapa sempurnanya sosok pria ini—seperti dewa perang yang turun dari langit, memiliki tubuh yang diciptakan untuk mendominasi dan melindungi.

Tanpa sadar, senyum kecil muncul di wajahnya.

Seumur hidupnya, ia tidak pernah berada sedekat ini dengan seorang pria. Ia bahkan tidak pernah membayangkan dirinya akan berada dalam situasi seperti ini—berbagi ranjang dengan seorang Kaisar, dalam kehangatan yang begitu nyata.

Namun, senyuman itu lenyap seketika ketika suara berat dan dalam terdengar di telinganya.

“Kau sedang apa?”

Arcelia membeku.

Dengan panik, ia mengangkat wajahnya dan mendapati sepasang mata merah pekat milik Kaisar menatapnya dengan sorot tajam. 

Dingin. Dalam. Menghanyutkan. 

Seperti bara api yang tersembunyi di balik lapisan es, penuh dengan sesuatu yang tidak bisa ia pahami. 

“Uh… aku…” Suaranya tercekat, bibirnya sedikit gemetar. 

Tatapan itu seolah menelanjangi pikirannya, membuatnya merasa seakan telah tertangkap basah melakukan sesuatu yang terlarang. 

Namun alih-alih menjauh, Kaisar justru menariknya lebih dekat. Satu lengannya yang kuat melingkari pinggangnya dengan mudah, sementara tangannya yang besar menyentuh punggungnya, menahannya dalam genggaman yang tak mungkin ia hindari. 

Arcelia terperangkap. 

Dan yang lebih parah lagi… ia tidak tahu apakah ia ingin melarikan diri atau tetap di sana, dalam kehangatan pria ini. Dia ingin meraba jantungnya yang terasa ingin melompat dari rongga dadanya saat ini. 

"Mm...Kaisar, aku sangat mengagumimu" sebenarnya itu yang terjadi ucap sang Ratu lembut, Arcelia melihat senyum tipis di wajah sang kaisar walau sebentar. Sangat jujur. Polos. 

"begitu?" tanya kaisar pelan. "Tapi aku melihat seperti ada yang mengusik pikiranmu?" tanya Kaisar. 

"Kamu benar kaisar, aku seperti bermimpi melihat pamanku yang lumpuh, dia sedang sedih tapi berdoa sambil menangis untukku" jawab sang Ratu. 

Kaisar berusaha membaca hati Arcelia.. Ia mengangkat tangannya, jemarinya yang besar dan kuat menyentuh rambut Arcelia, membelainya dengan lembut seakan tengah menenangkan kegelisahan yang membebani sang Ratu. 

“Kamu menyayanginya?” tanya Kaisar pelan, suaranya serak namun penuh pengertian. 

Arcelia mengangguk perlahan. “Iya… sangat. Di dunia ini hanya dia yang peduli padaku.” 

Kaisar terdiam sejenak, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada sesuatu dalam sorot matanya—sesuatu yang lebih dari sekadar ketertarikan. Mungkin, untuk pertama kalinya, ia benar-benar mencoba memahami perempuan di hadapannya. 

“Kamu bisa turun ke dunia manusia saat purnama api,” ujar Kaisar akhirnya, suaranya terdengar seperti titah yang tak bisa diganggu gugat. “Tapi tidak bisa lama. Saat ada lolongan serigala, itu pertanda bahwa gerbang antara dunia kita akan ditutup. Kamu harus kembali sebelum itu terjadi.” 

Arcelia menatapnya, sedikit terkejut dengan kebijaksanaan yang baru ia dengar. “Kenapa?” tanyanya pelan. 

Kaisar menghela napas ringan, satu tangannya masih bermain di helai rambutnya. “Karena kamu adalah Ratu di dunia kami,” jawabnya. “Jika kamu terlalu lama berada di dunia manusia, keseimbangan akan terganggu. Dunia mereka bisa hancur.” 

Arcelia merasakan sesuatu mencengkeram hatinya—perasaan yang tidak ia pahami sepenuhnya. Ia ingin bertemu dengan pamannya, ingin meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi di saat yang sama, ia sadar bahwa dirinya bukan manusia biasa lagi. Ada beban besar yang kini berada di pundaknya. 

“Jadi… aku tidak bisa kembali selamanya?” bisiknya lirih. 

Kaisar menatapnya dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab, “Tidak, Arcelia. Takdirmu ada di sini, bersamaku. Setelah ritual di Purnama Api pertamamu, kamu akan mengerti keberadaanmu,” 

Keheningan menyelimuti mereka. Dalam kehangatan pelukan Kaisar, Arcelia merasakan dua hal yang bertolak belakang—rasa kehilangan atas masa lalunya, dan rasa aman yang perlahan-lahan mulai tumbuh di dunia barunya. 

“Dengan dirimu sekarang,” lanjut Kaisar, “kamu bisa mengobatinya.” 

Arcelia membeku. Matanya membelalak sedikit, menatap kosong ke arah dadanya sendiri seolah baru saja mendengar sesuatu yang mustahil. 

“Apa… maksudmu?” bisiknya. 

Kaisar menurunkan kepalanya sedikit, sehingga bibirnya hampir menyentuh ubun-ubun Arcelia. “Kau bukan manusia biasa lagi, Arcelia. Kau adalah Ratu di dunia ini. Dan seorang Ratu iblis memiliki kekuatan yang bisa melampaui batas manusia. Jika kau menginginkannya, kau bisa menyembuhkan pamanmu.” 

Jantung Arcelia berdegup lebih cepat. Seumur hidupnya, ia selalu merasa tak berdaya, selalu menjadi korban keadaan. Tapi sekarang… Kaisar mengatakan bahwa ia memiliki kekuatan? Bahwa ia bisa menyembuhkan satu-satunya orang yang peduli padanya? 

Tangannya mengepal di dada Kaisar. Ini terlalu besar untuk dipahami dalam satu malam. 

“Kaisar,” ucapnya pelan, “bolehkah aku bertanya sesuatu? 

Kaisar menurunkan pandangannya, sorot merah matanya menatapnya dengan penuh perhatian. Jemari besarnya mulai bermain di bahu terbuka Arcelia, memberikan sensasi aneh yang membuat napasnya sedikit tersendat. 

“Tentu, Ratuku,” jawabnya, suara beratnya terdengar menggema di udara yang hening. 

Arcelia menatap mata Kaisar dalam-dalam. Ada satu pertanyaan yang sejak awal menghantuinya, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja. 

“Kenapa kalian memilih aku?” 

Kaisar tersenyum tipis—senyum yang jarang sekali muncul di wajahnya. Jemarinya terus menelusuri kulit bahu Arcelia, menciptakan percikan perasaan yang sulit dijelaskan. 

“Karena itu yang tertulis di kitab kuno,” jawabnya akhirnya, suaranya terdengar seperti bisikan yang datang dari masa lalu. “Untuk kelangsungan kerajaan iblis. Keseimbangan dua dunia,” 

Arcelia terdiam. Jawaban itu tidak terlalu jelas, tapi ia bisa merasakan bahwa ada banyak hal yang belum dikatakan Kaisar. 

Namun, ia tidak ingin bertanya lebih jauh, tidak sekarang. 

Untuk saat ini, informasi itu sudah cukup. 

“Baiklah,” bisiknya, “aku mengerti.” 

Dan di bawah cahaya temaram kamar pengantin, di dalam dekapan seorang Kaisar yang tidak pernah ia bayangkan akan menjadi suaminya, Arcelia menutup matanya—membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan yang mungkin perlahan mulai ia terima. 

--- 

Arcelia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh bibirnya. Lembut, namun memiliki ketegasan yang tak terbantahkan. Sentuhan itu membangunkannya perlahan dari tidurnya yang lelap, membawa kembali ingatan samar tentang malam yang panjang—malam penuh bisikan, sentuhan, dan debaran yang masih ia rasakan di tubuhnya. 

Matanya mengerjap perlahan, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Kaisar Azrael yang begitu dekat, menatapnya dengan sorot mata merah yang dalam. 

“Bangunlah, Ratuku,” bisiknya tepat di telinganya, suaranya begitu rendah dan dalam hingga mengirimkan getaran halus ke seluruh tubuh Arcelia. 

Jantungnya langsung berpacu lebih cepat. 

Seketika, kesadaran penuh menghantamnya. Ia ingat segalanya. Malam yang panas, keintiman yang membuatnya kewalahan, dan bagaimana tubuhnya seakan tenggelam dalam kekuatan pria ini. 

Pipinya langsung memanas. 

“Ka-Kaisar…” suaranya bergetar, hampir tidak berani menatap pria yang kini tengah menunggunya dengan ekspresi tenang namun berbahaya itu. 

Kaisar tersenyum tipis melihat wajahnya yang merona. “Pelayan sudah menyiapkan air mandi,” ujarnya santai, tangannya mengelus rambut Arcelia yang masih kusut setelah malam panjang itu. 

Arcelia mengangguk kecil, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih belum normal. Namun, sebelum ia sempat bergerak, Kaisar melanjutkan, 

“Untuk kita berdua.” 

Deg. 

Arcelia membeku. 

Jantungnya, yang tadi sudah berdetak cepat, kini seolah berhenti sejenak. “Kita… berdua?” ulangnya dengan suara hampir berbisik. 

Kaisar mengangguk tanpa sedikit pun ragu. “Tentu saja. Kau adalah Ratu iblis, Arcelia. Ritual malam pengantin kita belum selesai.” 

Arcelia menelan ludah. Belum selesai? 

“Kita akan melakukannya selama tujuh malam berturut-turut.” 

Tatapan Kaisar yang tajam membuatnya sulit untuk bernapas. Ia tidak bercanda. 

Arcelia hampir tidak bisa memproses kata-kata itu saat Kaisar menariknya dengan mudah ke dalam pelukannya, mengangkatnya seolah tubuhnya tak memiliki berat sama sekali. 

Sebelum ia sempat membantah, tubuhnya sudah berada dalam dekapan pria itu, menuju tempat yang ia tahu pasti akan membuat wajahnya semakin panas—pemandian kerajaan. 

--- 

Kolam air itu memancarkan aura megah sekaligus misterius. 

Arcelia berdiri kaku di tepi kolam, jari-jarinya saling mencengkeram erat. 

Sementara itu, Kaisar sudah lebih dulu masuk ke dalam air, tubuhnya yang kuat dan berotot tampak semakin mengintimidasi di bawah cahaya lilin yang redup. Rambut peraknya yang sedikit basah membuatnya terlihat semakin tak nyata—bagaikan makhluk yang diciptakan hanya untuk menggoda dan menghancurkan ketahanan dirinya. 

“Masuklah,” suara Kaisar terdengar santai, namun memiliki nada perintah yang tak bisa dibantah. 

Arcelia menggigit bibirnya. “Aku… aku bisa sendiri…” 

Kaisar  menatapnya dengan satu alis terangkat. “Kau yakin?” tanyanya pelan, namun ada sesuatu di balik suaranya yang membuat Arcelia berpikir dua kali. 

Tentu saja ia tidak yakin. Bahkan berdiri pun rasanya sulit setelah malam yang panjang itu. 

Mata Kaisar menyipit sedikit, lalu tanpa peringatan, ia mengulurkan tangan dan menarik Arcelia ke dalam air. 

“Ahh—!” Arcelia tersentak ketika tubuhnya jatuh ke dalam dekapan Kaisar, air hangat menyelimuti kulitnya, namun yang lebih ia rasakan adalah tubuh keras yang kini begitu dekat dengannya. 

Kaisar menahannya erat, memastikan ia tidak bisa bergerak ke mana pun. “Kau terlalu kaku, Ratuku,” gumamnya, tangannya bergerak ke bahu Arcelia, mulai memijatnya dengan tekanan yang pas. “Tubuhmu harus rileks.” 

Arcelia berusaha mengatur nafasnya, tapi sulit ketika ia bisa merasakan setiap inci tubuh pria ini begitu dekat dengannya. 

Namun, sentuhan tangannya di kulitnya begitu nyaman, begitu… membuatnya kehilangan pertahanan. 

“Kau harus mengembalikan elastisitas tubuhmu, khususnya bagian intimu itu dengan berendam semua akan kembali seperti semula,” ujar kaisar, suaranya sedikit lebih lembut, namun tetap memiliki nada yang membuat Arcelia tak bisa mengabaikan maknanya. “Karena malam-malam kita masih panjang.” 

Arcelia hanya bisa memejamkan matanya. Ia tahu, bahwa dirinya tidak akan bisa memenangkan pertarungan ini melawan Kaisar. Karena Kaisar terlalu kuat dan perkasa dan sang Ratu mulai candu. 

Malam pengantin mereka baru saja dimulai.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Jamuan Makan

    Aula perjamuan kerajaan iblis begitu megah, dengan langit-langit tinggi yang dihiasi ukiran kuno bercahaya merah samar. Cahaya dari ribuan lilin mengambang di udara memberikan sentuhan dramatis, sementara meja panjang di tengah ruangan dipenuhi hidangan mewah yang mengepulkan aroma menggoda. Para bangsawan dan anggota keluarga kerajaan telah duduk di tempat mereka masing-masing, mengenakan jubah hitam dan merah dengan sulaman emas yang melambangkan status mereka. Namun, tak satupun dari mereka lebih mencolok dibandingkan sembilan pangeran iblis yang duduk dengan anggun di tempat kehormatan mereka. Dan di antara mereka, sang Kaisar duduk di singgasana tertinggi, dengan tatapan tajam yang tak pernah lepas dari satu sosok—Arcelia.Arcelia sendiri masih menyesuaikan diri dengan segala perhatian yang tertuju padanya. Malam ini, ia mengenakan gaun hitam dengan aksen merah darah, membalut tubuhnya dengan sempurna tanpa kehilangan sentuhan anggun seorang ratu. Mahkota peraknya berkilauan di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Arcelia Si Ratu Iblis

    Arcelia menyentuh kelopak bunga yang terasa lebih lembut dari sutra, matanya berkilat dengan rasa ingin tahu. Dunia ini begitu asing, begitu berbeda… tetapi juga begitu menarik. Pernikahannya dengan Kaisar masih terasa seperti mimpi. Ia menikmati kebersamaan mereka di malam hari—saat Kaisar membawanya ke dalam kehangatan yang penuh gairah, membuatnya lupa bahwa di siang hari, hubungan mereka tidak lebih dari sebuah ikatan yang diatur oleh takdir. Dan justru karena itu, ia tidak mengerti kenapa Kaisar melarangnya untuk terlalu dekat dengan para pangeran.Sembilan pangeran itu lahir dari ibu yang berbeda, tapi tetap saja itu anak-anak kaisar. "Apa dia cemburu?" gumamnya pelan. Namun, saat itu juga, sebuah suara lembut namun dalam menyapa telinganya. "Apakah Ratu sedang memikirkan seseorang?. Arcelia tersentak dan menoleh cepat. Di sana, berdiri Kael, Pangeran Serigala. Pangeran itu mengenakan pakaian kasual yang lebih ringan dibandingkan jubah kerajaan yang biasa ia lihat. Rambut

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Kaisar Yang Perkasa

    Tubuh Arcelia terasa berat, napasnya masih tersengal-sengal, dan pikirannya berputar seperti kabut yang belum menghilang sepenuhnya. Sisa-sisa kehangatan masih melekat di kulitnya, sensasi membara yang ditinggalkan Kaisar Azrael belum sepenuhnya pudar. Suara langkah Kaisar mendekat, mantap dan tanpa ragu. Arcelia merasakan sentuhan hangat dan kuat di pinggangnya sebelum tubuhnya terangkat dengan mudah ke dalam pelukan Kaisar. Ia terkejut, tapi tak memiliki tenaga untuk melawan. Dada telanjangnya yang keras terasa begitu dekat, memberikan kenyamanan sekaligus ketegangan dalam satu waktu. Arcelia hanya bisa menyandarkan kepalanya ke bahu Kaisar saat ia membawanya menuju ruangan lain yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Aroma lembut mawar dan rempah-rempah memenuhi udara, menenangkan saraf-saraf yang masih tegang. Di hadapannya terbentang sebuah kolam besar, berisi air berwarna keperakan yang berkilau di bawah cahaya redup. Kelopak mawar terapung di permukaannya, menciptakan pemandan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Ramalan Ratu Iblis

    Arcelia menyusuri lembaran buku dengan hati-hati. Cahaya lilin yang temaram menciptakan bayangan di dinding, membentuk sosok-sosok misterius yang seakan mengawasinya. Setiap halaman yang ia baca semakin menariknya ke dalam misteri yang lebih dalam. Matanya membelalak ketika ia menemukan sebuah buku tua yang berbeda dari yang lain. Sampulnya terbuat dari kulit hitam yang telah menua, dengan ukiran emas yang hampir memudar. Jelas, ini adalah buku kuno, mungkin lebih tua dari banyak sejarah yang ia ketahui di dunia manusia. Dengan hati-hati, ia membuka halaman pertama dan mendapati huruf-huruf yang ditulis dengan tinta merah tua—seakan darah yang membeku di atas kertas. Semakin ia membaca, semakin jantungnya berdetak lebih cepat. ‘Ramalan Sang Ratu: Penyelamat atau Pemusnah?’ Tangan Arcelia sedikit bergetar saat ia melanjutkan membaca. Isinya bukan hanya tentang keberuntungan atau kejayaan, melainkan juga tentang kehancuran. ‘Ia akan datang dari dunia manusia, dengan darah yang berca

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Obsesi Para Pangeran

    Suasana di aula itu terasa lebih panas dari biasanya. Aula besar yang dipenuhi dengan ukiran hitam keperakan bersinar lembut dalam cahaya obor berwarna biru. Para pangeran duduk di sekeliling meja panjang dari batu obsidian, minuman berwarna merah gelap berputar dalam cawan mereka. Suasana tampak santai, namun ada ketegangan yang menggantung di udara.Kael, pangeran Srigala, salah satu dari mereka yang paling liar dan berapi-api, bersandar dengan senyum penuh arti di wajahnya. Ia mengangkat cawannya, matanya berbinar dengan sesuatu yang berbahaya."Kalian semua sudah melihatnya, bukan? Ratu kita..." katanya dengan nada menggoda. "Cantik luar biasa. Wangi tubuhnya manis seperti bunga bulan, kulitnya sehalus sutra, dan tubuhnya... ah, sungguh sayang jika hanya satu pria yang bisa memilikinya."Beberapa pangeran tertawa pelan, saling bertukar pandang. Mereka tidak bisa menyangkal, Ratu yang baru memang memiliki daya tarik yang tidak bisa disangkal oleh siapa pun. Namun, mereka juga tahu s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Tukang Intip

    Uap hangat dari pemandian masih menyelimuti permukaan air ketika Arcelia mengangkat wajahnya. Aroma bunga dan rempah khas istana iblis menguar, menciptakan suasana yang begitu tenang dan mendamaikan. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sesaat. Tatapan matanya menangkap sosok tegap yang melangkah mendekat dengan penuh wibawa. Kaisar. Arcelia sontak membatu, lalu dengan cepat naik ke permukaan, membuat air beriak mengikuti gerakannya yang tiba-tiba. Kulitnya yang bening berkilauan terkena cahaya lilin-lilin yang mengapung di permukaan air, menambah aura menakjubkan yang secara alami terpancar darinya. Napasnya sedikit memburu saat menatap Kaisar yang kini berdiri di tepi pemandian dengan sebuah jubah sutra hitam keperakan di tangannya. Tatapan matanya dalam dan penuh tuntutan, namun ada kehangatan yang tersembunyi di sana. Tanpa sepatah kata pun, ia mengulurkan jubah itu, seakan memberi perintah tanpa suara. Arcelia menggigit bibirnya, lalu meraih jubah itu dengan tangan yang masi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Rayuan Para Pangeran

    Arcelia berjalan pelan di taman istana yang diterangi cahaya bulan pucat. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma bunga malam yang merekah di sekelilingnya. Langkahnya terhenti ketika ia merasakan sebuah kehadiran yang familiar, aura yang dingin namun menggoda. "Ratu yang anggun, mengapa berjalan sendirian di malam seperti ini? Tidakkah kau takut ada makhluk yang ingin mencuri kecantikanmu?" Suara dalam itu menggema di telinganya, diiringi dengan desir angin yang seolah berbisik di antara dedaunan. Arcelia menoleh dan mendapati Pangeran Lucien berdiri di bawah bayangan pohon besar, sorot matanya tajam namun penuh ketertarikan. Wajahnya yang sempurna dalam cahaya bulan terlihat lebih mempesona dari biasanya. Ada senyum tipis di bibirnya, senyum yang seakan menyimpan banyak rahasia. "Aku tidak takut, Pangeran Lucien. Lagipula, siapa yang berani menyentuh Ratu Iblis?" balas Arcelia dengan nada menggoda, namun dalam hatinya, ada debaran halus yang mulai ia rasakan. Lucien melangkah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Cemburu

    "Ratu." Suara itu sarat dengan wibawa dan kekuasaan, menggema di sepanjang koridor.Arcelia bahkan tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa pemilik suara itu. Suara bariton yang begitu berkarisma, membuat udara seolah berhenti bergetar. Hanya ada satu orang yang bisa memanggilnya dengan nada sekaku itu, penuh klaim dan kepemilikan. Kaisar. Lucien yang berada di sisinya menegang sejenak, lalu dengan gerakan santai yang disengaja, ia berbalik, menampilkan senyum tenangnya seperti biasanya. "Kaisar, betapa beruntungnya kita bisa bertemu di sini," ucapnya dengan nada manis yang terdengar menggoda. Arcelia, yang semula masih menikmati obrolannya dengan Lucien, tiba-tiba merasa tubuhnya menggigil sedikit. Bukan karena dingin, melainkan karena tatapan Kaisar yang kini tertuju padanya. Mata merah gelapnya bersinar tajam, menyorot dengan intensitas yang membuat Arcelia merasa seakan-akan ia sedang dipenjara oleh kehadiran Kaisar sendiri.Jika manusia saja saat cemburu bisa sangat mengerika

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04

Bab terbaru

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Terbukanya Portal Dua Dunia

    Langit iblis yang biasanya merah darah perlahan memudar menjadi kelabu. Tak ada pertanda kehancuran, namun udara terasa gelisah. Arcelia berdiri di balkon istana, memandangi celah antara langit dan tanah yang perlahan memancar cahaya aneh. Cahaya itu… tidak berasal dari dunia ini.Lucien datang terburu-buru. “Ratu… sesuatu muncul di celah antara dunia. Portal terbuka… tapi bukan karena kita.”Azrael segera memanggil para penasehat. Ternyata, celah tersebut bukan milik iblis, bukan pula dari dunia fana biasa. Itu... adalah lubang waktu, retakan kecil dari masa lalu yang menginginkan jawaban.“Portal itu terhubung ke masa lalu seseorang. Dan satu-satunya yang bisa melewatinya adalah orang yang masih memiliki ikatan batin kuat dengan tempat itu,” ujar Vareth.Semua mata tertuju pada Arcelia.“Haruskah?” Tanya Arcelia.“Yang Mulia, jangan khawatir kekuatan Yang Mulia di sana masih berfungsi dengan baik jika pun ada hal-hal yang membuat Yang Mulia harus bertempur” Jelas Vareth.Arcelia mena

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya    Irisan Kehidupan Ratu di Kerajaan Iblis

    Arcelia, perempuan yang tidak lagi mencari tempat di dunia… tapi telah menciptakan tempatnya sendiri. Dia tersenyum menatap semua yang ada di sana dengan senyum menawannya. Semua yang ada di sana masih diliputi ketegangan meskipun pertarungan sudah selesai.Suara hening menggema seperti gema waktu. Lalu… satu suara terdengar.“Hidup Ratu Arcelia.”Disusul suara lain. Lalu bergemuruh.“Hidup Ratu Arcelia!”Para pangeran yang semula menyimpan ragu, kini berdiri dari kursi kehormatan mereka. Kaelthor, yang dikenal paling keras, menjatuhkan tinjunya ke dada dan membungkuk dalam, penuh hormat. Lucien—yang biasanya ringan dan santai—terdiam, matanya berkaca-kaca, lalu tersenyum dan berseru, “Yang Mulia, Anda membuat dunia berhenti hari ini, panjang umur Ratu Arcelia…”Seluruh arena istana, dari panglima, para tetua dewan, hingga para pengawal dan rakyat yang menyaksikan dari bayangan balkon tinggi, bersujud, bersorak, dan berteriak nama ratunya.Arcelia berdiri di tengah semua itu, tak lagi

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Pertarungan Takdir

    Malam sebelum pertempuran….Ruang bawah tanah istana itu sunyi, hanya diterangi cahaya kebiruan dari kristal sihir yang tergantung di langit-langit. Peta energi Arcelis tergantung di udara, berputar perlahan—warna hitam keunguan menyelubunginya, tak seperti aura makhluk hidup biasanya.Arcelia berdiri di depan proyeksi itu. Wajahnya tenang, tapi matanya menyimpan badai. Jelas berbahaya.Lucien berdiri di sisinya, satu tangannya menunjuk ke area samar di sekitar dada Arcelis. “Lihat ini,” katanya pelan. “Retakan halus. Energi di sekitar jantungnya tidak stabil.”Azrael menyipitkan mata. “Apa itu berarti… dia punya titik lemah?”Lucien mengangguk. “Menurut penelitianku, Arcelis bukan makhluk utuh. Ia disusun dari berbagai fragmen keinginan dan emosi manusia yang paling kotor—pengkhianatan, iri hati, dendam, obsesi. Semuanya dimanifestasikan, tapi tidak benar-benar menyatu. Titik retak ini—”“—adalah tempat di mana fragmen itu berkonflik,” potong Lira yang sedari tadi memperhatikan proye

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Ratu Yang Terlahir

    Malam turun dengan selimut kelam yang sunyi, tak seperti malam-malam sebelumnya di Istana Neraka yang biasanya riuh oleh denting obor api dan nyanyian bayangan. Malam ini, seluruh kerajaan menahan napas. Esok hari adalah pertarungan yang bisa menentukan takdir dua dunia—dan takdir seorang Ratu.Di dalam kamarnya, Arcelia duduk di depan cermin besar. Rambutnya dibiarkan tergerai, kulitnya pucat tertimpa cahaya biru dari kristal api yang menggantung di langit-langit. Tapi tak ada keraguan dalam mata itu. Hanya ketenangan… dan kedewasaan yang perlahan tumbuh dari luka-luka lama.Lira masuk perlahan, membawa secangkir ramuan hangat. “Yang Mulia… semua sudah disiapkan. Para penasihat juga telah memastikan arena telah dilindungi oleh sihir pengikat. Tidak akan ada intervensi dari luar.”Arcelia mengangguk. “Terima kasih, Lira. Kau sudah bekerja sangat keras, aku bangga padamu!.”Lira tersenyum, tersipu, tapi matanya masih menyimpan kekhawatiran. “Apakah Anda… yakin ingin melakukan ini?”“Buk

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Keberanian Arcelia

    Beberapa hari kemudian – Hari yang ditentukan untuk pengujian sudah datang, di Aula Pengujian Istana Iblis semua petinggi istana Iblis datang dan berkumpul.Langit di atas istana tampak kelam, awan sihir menggelayut rendah. Aura magis pekat menyelimuti bangunan kuno tempat Upacara Pengujian Cahaya dan Kegelapan akan dilakukan. Hanya mereka yang benar-benar berdarah pilihan yang mampu bertahan hidup melewati ritual ini—yang lainnya akan lenyap menjadi abu sihir dan waktu.Arcelia berdiri di sisi kiri aula, mengenakan jubah ratu yang lebih sederhana dari biasanya, hanya dihiasi simbol dua dunia di bagian dada. Matanya menatap lurus ke tengah ruangan, di mana Arcelis berdiri sendirian di atas lingkaran sihir kuno.Di sisi berlawanan, Kaisar Azrael duduk di atas singgasana pengamatan, diapit oleh para penasihat dan pangeran-pangeran kepercayaannya, termasuk Lucien dan Kaelthor.Arcelis terlihat tenang. Terlalu tenang. Wajahnya tanpa ragu. Bahkan tidak ada sedikit pun getaran ketakutan di

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Arcelia Yang Terancam

    Langit di atas istana iblis pekat, tanpa bulan maupun bintang. Angin dingin menari di antara tiang-tiang batu, menabur ketegangan yang menggantung di udara.Arcelia duduk sendirian di balkon pribadi kamarnya. Rambut panjangnya tergerai lepas, dibiarkan tertiup angin malam. Kedua tangannya mengepal di atas pangkuan, dan matanya menatap kosong ke arah hamparan langit kelam. Dalam dadanya, ada sesak yang tak bisa dijelaskan. Dan di balik matanya, ada badai yang ia redam.Dia mendengar langkah berat yang dikenalnya sangat baik. Tapi dia tidak menoleh. Tidak kali ini. Tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan.“Arcelia….” suara bariton itu memanggilnyaDengan mata merah dan tubuh yang masih terasa kaku dia menoleh, lantas tersenyum samar. Memberi hormat dengan formal kepada Azrael, tidak seperti biasanya. Kaisar Azrael dapat merasakan perubahan kecil pada sikap Ratunya, namun itu tak membuatnya urung untuk menanyakan pertanyaan yang sudah mengganggunya."Kenapa kau tidak menceritakannya padaku

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Arcelia Yang Terancam

    Langkah Arcelia begitu ringan saat memasuki lorong bawah tanah yang tersembunyi di balik istana. Tidak seorang pun tahu bahwa ia diam-diam meminta Lucien menunjukkan tempat gadis manusia itu diamankan. Dua penjaga khusus membungkuk memberi hormat, lalu membuka pintu berat yang berderit pelan.Ruangan itu remang, hanya diterangi cahaya samar dari lentera kecil di sudut tembok. Di dalamnya, duduk seorang gadis muda yang mengenakan pakaian lusuh, tangan terlipat di pangkuan, tubuhnya bersandar lemah pada dinding batu.Begitu pintu terbuka, gadis itu langsung bangkit berdiri. Meski tubuhnya tampak lemah, ada aura ketenangan dalam sikapnya.“Hormat kepada Yang Mulia Ratu,” ucapnya pelan, namun penuh hormat.Langkah Arcelia terhenti. Matanya membulat, napasnya seolah tersangkut di tenggorokan. Dalam temaram ruangan itu… gadis itu—kulitnya pucat, rambut hitam legam, dan sorot mata penuh luka serta keteguhan—terlihat seperti cerminan dirinya di masa lalu.“Kamu… dari mana kamu tahu siapa aku?

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Arcelia Bukan Satu-satunya?

    Setelah pertarungan dan penyucian istana, pertempuran belum benar-benar usai.Bukan dengan sihir atau senjata, tapi dengan kepercayaan dan hati.Kerajaan iblis memiliki pilar-pilar kekuasaan yang tersebar dalam wujud para pangeran, masing-masing dengan karakter dan ego berbeda. Setelah kejatuhan Marovielle dan Sylas, bayang-bayang perpecahan masih menggantung.Azrael mengumpulkan mereka semua... tapi yang membuat mereka tetap duduk dan mendengarkan, bukan hanya titah Kaisar—melainkan suara lembut namun teguh milik Arcelia.“Kalau kalian terus bertahan dalam dinding keangkuhan sendiri, maka kerajaan ini akan tumbang bukan karena perang—tapi karena kalian saling menjatuhkan.”Ucap Arcelia siang itu dalam ruangan bundar tempat dewan para pangeran berkumpul.Lucien, yang berdiri di sisi Arcelia, hanya menyilangkan tangan dan tersenyum tenang.“Ayo, Kakak-kakakku. Dengarkan Ratu kita. Beliau bukan cuma cantik, tapi juga sangat masuk akal. Dan kalau kalian tidak percaya padanya, ya... perca

  • Dinikahi Kaisar Iblis dan 9 Putranya   Lenyapnya Eksistensi Marovielle

    Langit di atas istana menghitam seperti jelaga. Petir iblis membelah langit, dan angin malam membawa hawa pertanda buruk.Di tengah aula utama yang kini kosong dari pesta, Marovielle berdiri tegak dengan mata menyala ungu keperakan, diapit oleh Sylas dan beberapa makhluk bayangan yang ia panggil dari dunia bawah. Jubah hitamnya berkibar, dan energi gelap menari di sekelilingnya, membuat ubin istana retak-retak."Aku tahu ini jebakan," ucapnya datar namun menggema, "dan aku tetap datang. Tapi kalian lupa satu hal..."Marovielle menatap Azrael, lalu Arcelia."...aku tak pernah datang tanpa persiapan."Dengan satu gerakan tangannya, api hitam menyambar ke segala arah—namun Azrael sudah berdiri di depan Arcelia, memanggil pedang api miliknya, Ignis Vultor, dan menebas energi itu hingga terpecah menjadi ribuan bara.Sylas melompat ke depan, menyerang Kaelthor, matanya penuh amarah dan kebimbangan, tetapi Kaelthor sudah siap. Dengan bantuan Lucien dan dua pangeran lain, mereka menahan Sylas

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status