Geng dukung Lily terus dengan komentar dan Gem ya, karena kalau kalian dukung novel Lily nantinya bisa dapat promosi. Semoga makin banyak yang mengikuti kisah Lily terima kasih love you
Arsen menoleh pada Lily dan melihat istrinya itu sangat cemas.“Kamu tenang saja, aku berjanji tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Dini.”Lily mengangguk-angguk memercayai ucapan Arsen.Bagi Lily jika Juna saja bisa memasang kamera pengawas di boneka yang dihadiahkan pada Dini, maka Juna juga bisa melakukan tindakan yang jauh lebih buruk dari itu.**Sore hari.Dini merasa malas pulang kerja. Meski begitu dia tetap turun karena Juna sudah mengingatkan tentang janji mereka lebih dari tiga kali.Dini melihat Juna yang benar-benar menunggunya di depan lobby ARS, hingga mau tidak mau Dini harus ikut Juna dan berusaha bersikap biasa.“Kamu berangkat dari Jogja jam berapa?” tanya Dini sekadar berbasa-basi sambil menoleh pada Juna yang sedang menyetir. “Menyetir sendiri lebih dari tujuh jam apa kamu tidak capek?”Dini menatap wajah Juna dari samping sebelum kembali membuang muka ke arah jendela.“Tentu saja tidak capek, apalagi aku datang untuk bertemu denganmu,” ucap Juna
Hari berikutnyaPagi itu Dini berada di belakang meja kerjanya mengerjakan berkas-berkas yang ada di meja.Saat masih fokus dengan pekerjaan, tiba-tiba salah satu rekan kerjanya menghampiri Dini dan mulai bicara tepat di depan meja kerjanya.“Apa kamu tahu kalau Juna dipecat dari kantor cabang ARS yang ada di Jogja?” tanya teman Dini.“Dini pasti tahu, mana mungkin tidak tahu? Bukankah Dini dan Juna sangat dekat,” timpal teman yang lain.Dini cukup terkejut mendengar pertanyaan dua temannya, lalu menggeleng pelan.“Aku tidak tahu soal itu,” jawab Dini.“Menurut informasi yang aku dengar, Juna di sana bekerja sesuka hati dan sering keluar kantor tanpa izin, maka dari itu dia dipecat,” ujar teman Dini.Dini menggeleng pelan, lalu kembali menjelaskan, “Aku benar-benar tidak tahu soal ini, bahkan aku baru tahu kalau Juna dipecat juga dari kalian.”Teman Dini saling pandang, lalu mereka akhirnya meninggalkan Dini karena merasa tidak punya bahan lagi untuk bergosip.Dini diam sambil menatap
Aris begitu panik mendengar ucapan Thomas.Dia hendak memohon, tapi Thomas lebih dulu bicara kembali.“Lihat saja, saat kami bisa membongkar apa saja yang sudah kamu lakukan, bersiap-siaplah mati di tangan Pak Arsen,” ancam Thomas dengan tatapan begitu tajam.Aris semakin panik, saat akan bicara untuk membela diri, ternyata Thomas lebih dulu mengajak Bibi Jess meninggalkannya sendirian di ruangan itu, membiarkannya dalam ketakutan dan kecemasan yang begitu hebat.Thomas mengunci ruangan itu.“Apa benar Tuan Arsen punya harimau?” tanya Bibi Jess yang sejak tadi hanya diam mendengar Thomas bicara.“Benar,” balas Thomas dengan muka dibuat-buat. “Sebenarnya aku tadi ingin memintanya memilih, diumpankan ke harimau atau buaya,” imbuhnya kemudian tertawa.Bibi Jess sadar kalau Thomas pasti hanya bercanda. Dia pun memukul lengan asisten majikannya itu sambil mengomel.Setelah mengancam Aris, Thomas lalu pergi menemui Jerry di kantor pria itu untuk membahas soal sketsa wajah pria yang pengawal
Pagi itu Juna melangkahkan kaki dengan cepat menuju ruang HRD setelah semalam mendapat kabar tentang pemecatannya.Wajahnya merah padam menahan amarah, bahkan dia langsung masuk ke ruang HRD setelah mengetuk pintu tanpa menunggu dipersilakan.Juna menatap tak senang pada kepala HRD yang duduk di belakang meja kerja dan kini menatapnya. Dia segera menghampiri, lalu berhenti melangkah tepat di depan meja ruang HRD.“Kenapa aku tiba-tiba dipecat?” tanya Juna dengan kedua tangan terkepal di samping tubuh.Kepala HRD itu menghela napas pelan.“Bukankah alasannya sudah jelas? Sudah tertulis di email itu. Kamu sering keluar dari kantor seenaknya tanpa izin, juga libur seenaknya. Ini menyalahi SOP perusahaan, apalagi jabatanmu adalah manager. Kamu tidak bisa memberi contoh yang baik ke bawahanmu,” jawab Kepala HRD begitu tenang.“Tapi apa tidak bisa kalian memberi surat peringatan dulu?!” Juna masih tidak terima dengan alasan Kepala HRD.“Ini sudah menjadi aturan perusahaan.”Satu kalimat itu
Malam hari Audrey baru saja tidur. Risha dan Adhitama juga baru saja pergi dari kamar perawatan Lily. Arsen mencemaskan kondisi Lily, karena istrinya itu belum bisa berdiri dengan benar. Saat bangun dan hendak mencoba berjalan, kaki Lily tiba-tiba lemas, hingga dokter memutuskan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh esok hari. “Tidurlah, ini sudah malam, besok mungkin akan berat karena kamu akan menjalani banyak pemeriksaan,” kata Arsen. Dia masih duduk di sebelah ranjang Lily, lantas hendak merebahkan setelan kasur wanita itu. “Tidak mau!” Arsen menatap Lily yang menahan tangannya untuk tidak menekan tombol di samping ranjang. “Kenapa? Kamu baru saja sadar, masih butuh istirahat,” balas Arsen. Lily menggeleng lalu mengulurkan tangan menyentuh pipi Arsen. “Wajahmu sedikit gelap, apa karena kamu bersedih selama satu minggu?” tanya Lily. Arsen meraih tangan Lily yang menempel pada pipinya, dia mencium tangan wanita itu kemudian menggenggamnya erat. “Lihat, kamu punya
Di Mansion Thomas memasukkan pria bernama Aris yang bersekongkol dengan Indah ke kamar pelayan yang tidak terpakai. Seorang dokter datang dan langsung memeriksa kondisi Aris yang babak belur dihajar oleh Arsen. Setelah mengobati, dokter itu juga memberikan resep obat kepada Bibi Jess untuk ditebus. Dokter itu pergi dan Bibi Jess memberikan resep itu ke pelayan agar bisa ditebus. “Jadi dia akan di sini? Bagaimana kalau keluarganya mencari?” tanya Bibi Jess ke Thomas saat mereka sudah pergi menjauh dari area kamar pelayan. “Bibi tenang saja, urusan itu sudah Jerry tangani,” balas Thomas. “Sebenarnya apa yang terjadi pada Nona Lily? Kamu bilang dia sudah melahirkan, apa itu benar? Tapi melihat Tuan yang beberapa hari tidak pulang, aku tidak bisa berpikir tenang.” Bibi Jess menatap penuh kesedihaan wajah Thomas. “Tuan dan Nona pasti butuh pelayan untuk menjaga, tapi tidak satupun pelayan dipanggil,” lanjut Bibi Jess. “Dan lagi tadi sampai rumah, Tuan langsung buru-buru pergi lagi