Share

Bab 2 Suami Sempurnaku

BAB 2 Suami Sempurnaku

Beberapa minggu setelah kepulangan suami ku dari ibadah umroh ,tak banyak yang berbeda darinya ,hanya ibadah nya yang lebih rajin , selain solat wajib tak lupa solat sunah pun dia kerjakan, baca alquran beserta wirid dan dzikir pagi petang tak luput pula dari rutinitas kesehariannya ,sedekah dan infaq pun tak luput dari perhatiannya.

Dia sering memborong pedagang keliling yang lewat, terlebih jika pedagang nya tua renta. Suamiku juga sering memberi bonus bagi para karyawannya tanpa pandang bulu, bahkan ketika saldo di rekeningnya menipis, dia memintaku untuk mentransfer sejumlah uang untuk salah satu karyawati nya bukan berupa bonus, tapi sekedar uang jajan tambahan bagi anak sang karyawati karena dia seorang single parent. Aku bahagia....karena imamku semakin meningkat keimanan nya, aku pun malu jika tak mampu mengimbangi nya.

Aku semakin rajin pergi ke kajian di mashola, tak lupa juga aku perbaki bacaan alquran ku dengan mengikuti tahsin , kelas khusus ibu ibu komplek sekitar rumah ku yang ingin memperbaiki bacaan alquran nya sesuai tajwid .

Apalagi Syafia tahun depan akan aku daftarkan ke sekolah tahfidz, tentulah aku harus mempersiapkan diriku untuk bisa mendampinginya belajar dan menghafal alquran .

 

 “Abi ,besok umi ijin mau puasa sunah senin kamis ya,” kataku sambil menyuguhkan teh manis untuk suamiku.

“MasyaAllah, boleh ....tapi koq mau puasa sunnah pake ijin sama aku?” jawabnya sambil menyeruput teh manis yang kusuguhkan.

“Ya kan kata ustadzah, suami mu lebih berhak dari dirimu sendiri ,bahkan dalam perkara ibadah sunnah kita sebagai seorang istri sebaiknya meminta ijin kepada suami terlebih dahulu, khawatirnya suami tidak ridho atau ada keperluan dengan kita sehingga tidak memungkinkan untuk berpuasa, maka mentaati suami lebih utama ketimbang berpuasa sunnah, taat pada suami pahala nya surga,“ jawabku panjang .

“MasyaAllah pinter banget istriku sekarang, besok besok kamu ngaji nya tiap hari aja ya biar makin shalihah,“ canda nya sambil tersenyum menggoda. 

Aku tersipu malu, seketika dia bertanya “Umi mau cepet-cepet masuk surga ga?” tanya nya dengan nada bercanda .

“Ih abi, emang nya pengen umi cepet dipanggil Allah apa!” timpalku manja

“Bukan begitu, tapi ada loh caranya,” jawabnya.

“Apa itu ?” tanyaku penasaran.

“Yakin mau tau?” Dia balik bertanya.

“Ih nyebelin deh bikin penasaran aja,” aku sedikit merajuk.

“gak ah, nanti kamu marah “ katanya ,membuatku semakin penasaran.

Kami memang pasangan yang take it easy, serius tapi santai, banyak bercanda satu sama lain dan menyukai suasana yang hangat.

Suamiku tak pandai meragkai kalimat manis nan romantis, sesekali aku yang merayu nya agar hubungan kami tak terasa hambar, 6 tahun perjalanan pernikahan kami dan belum ku temukan rintangan berarti. Kata orang di 5 tahun pertama ,pasangan suami istri akan di uji dengan harta atau tahta, atau wanita, atau ketiganya .

Tidak, suamiku bukan seorang yang gila harta tahta maupun wanita, aku merasa sangat mengenalnya, aku pun berusaha menjadi istri terbaik bagi nya .

Aku hampir tak pernah mengeluh tentang naik turun usaha nya, seringkali aku membantunya dengan bekerja paruh waktu yang bisa ku kerjakan dirumah sambil mengurus anak-anak dan di sela melakukan pekerjaan rumah tanggaku guna mendapat penghasilan tambahan untuk meringankan beban suamiku, saat usaha nya turun aku tak mau membebaninya dengan segala kebutuanku, namun ketika dia memberi ku lebih dari yang aku butuhkan maka aku akan menyimpannya sebaik-baiknya.

Aku punya beberapa teman yang memiliki usaha, dulu sebelum menikah aku adalah seorang admin sebuah perusahaan retail. Sejak menikah dan memiliki anak aku seorang ibu rumah tangga full time, kadang aku menerima pekerjaan sambilan untuk merekap atau membuat laporan keuangan atau sekedar membuat templete dan design bagi usaha mereka, apapun itu yang penting tidak mengganggu tugas utama ku sebagai seorang istri dan ibu. Suami ku tetap ingin aku berada di rumah ,bahkan dia tidak mengijinkanku membantu pekerjaan nya dan menjalankan usaha nya, maka dari itu aku hanya bisa melakukan pekerjaan sambilan karena hanya itu yang suamiku ijinkan.

Aku selalu bersyukur berapa pun yang suamiku berikan ,begitupun sebaliknya . Suamiku tak pernah mengeluh jika harus bekerja keras atau ketika hasil yang dia dapat tidak sesuai dengan keringat yang dia keluarkan. Tahta atau pangkat juga bukan sesuatu yang dia kejar, prinsipnya berapa pun rejeki yang Allah beri wajib di syukuri.

Wanita ??! setauku dia belum pernah pacaran sebelum mengenalku, aku adalah wanita pertama yang dekat dengannya lalu dia ajak menikah ,dia pun hampir tak memiliki teman wanita ,sahabat nya semua nya pria ,jika pun ada wanita hanya sebatas rekan kerja atau teman biasa .Tak pernah kulihat atau ku dengar dia berboncengan berdua dengan wanita yang bukan mahrom nya kecuali aku. Dia sangat menghormati wanita dan tau betul bagaimana harus bersikap.

Aaahhh....sepertinya kahidupan rumah tangga ku akan mulus dan baik baik saja.

Aku dan suamiku akan belajar menjadi orangtua terbaik bagi Syafia dan Yusuf buah cinta kami. Kami akan menua bersama, mengarungi ujian hidup berdua, saling menguatkan dan mengingatkan hingga kelak dipersatukan kembali di surga.

 “Bahagia banget aku nikah sama kamu bi,“ ucapku lirih berbisik di telinga nya saat malam sebelum menjelang tidur ,kupandangi wajah nya yang kurasa paling tampan di dunia , kuusap rambutnya dan ku kecup keningnya, ia pun tersenyum dan berkata “aku juga bahagia dan bersyukur banget.“

Aku tersipu malu. 

“Kata orang, kalo kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat NYA,” ujarnya ,

belum habis otak ku mencerna perkataan nya lalu dia menambahkan “Iya menambah nikmatNYA dari satu jadi dua, Allah kasih aku satu istri yang baik, aku bersyukur, bisa jadi besok Allah kasih aku istri dua,“katanya sambil tersenyum menggoda .

“Ih abi apaan sih gak lucu bercanda nya,“ aku merajuk, tak suka dengan gaya bercandanya 

“Eh....eehh..., mana senyumnya hilang, tadi katanya bahagia koq sekarang cemberut?!” goda nya 

Aku membalikan badan dan membelakangi nya, tak ingin di goda dengan candaan seperti itu, aku merayu berharap pujian tapi yang kudapat candaan yang menyebalkan bagiku .

 Tapi aku tak bisa lama-lama marah padanya, aku menganggap itu hanya candaan untuk mencairkan suasana, aku tau dia tak bisa bersikap romantis juga tak terlalu humoris, tapi sikapnya selalu mampu membuatku tersenyum manis .

 Subuh pun tiba, aku terbangun ku raba sekelilingku, aku tak menemukan suamiku. Aku bergegas bangun dan mencari keberadaannya, ternyata dia sedang mencuci piring yang tak sempat kuselesaikan semalam karena lelahku .

“Abi ngapain?!” tanya ku basa-basi

“Udah sana solat sebelum Yusuf bangun nanti susah solat nya kalo Yusuf bangun, abis itu bangunkan Syafia,“ perintahnya.

“Abi udah solat? “ tanyaku

“Udah dong, tadi mau bangunin kamu ga tega kayaknya pules banget jadi aku cuci piring dulu aja,” jawabnya

“MasyaAllah makasih ya sayang,“ kataku sambil beranjak menunaikan solat subuh sebelum pagi menjelang.

Hal kecil seperti inilah yang membuatku semakin mencintainya dan semakin bertambah kekagumanku pada sosok sesempurna suamiku .

 “Belum berangkat bi ? ini sudah jam sembilan loh, biasa nya kamu berangkat pagi jam tujuh atau jam delapan,“ Ujarku

“Iya sebentar lagi, ini lagi nunggu kabar dari temen ,mau meeting obrolin bisnis bareng,“ jawabnya

“Ohya mi, temen kamu masih butuh tambahan pekerja freelance ga ? barangkali kamu juga butuh orang buat bisa bantuin kerjaan kamu, design grafis, bikin logo atau input data atau apalah,“ tanya suamiku

“Mmhh....kerjaan aku sih masih bisa ku handle, tapi nanti deh aku coba tanya temen siapa tau dia butuh pekerja freelance tambahan, buat apa gitu bi ?” tanyaku penasaran

“Itu ....karyawan aku Utari, dia single parent kasian dia harus menafkahi anak dan keluarga nya, belum lagi buat biaya kuliah nya dia yang belum selesai , kalo cuma mengandalkan gaji di tempat aku kasian, makanya kalo ada kerjaan freelance yang bisa dia kerjakan di luar waktu kuliah dan jam kerja nya di tempatku kamu kabarin ya,” jawab suamiku .

“Oh gitu ....kalo ga salah kemarin kamu beliin Syafia bapau custom karakter itu dari Utari juga kan?” tanyaku dan di jawab anggukan oleh suamiku.

“Hebat ya dia, kuliah, kerja, urus anak dan keluarga, usia berapa tahun sih dia? Seumuran ya sama aku? Suaminya meninggal apa gimana? Jadi pengen ketemu deh sama Utari,” tanya ku panjang lebar penasaran akan sosok Utari yang akhir akhir ini selalu jadi sorotan suamiku.

“Kepo.....!!” jawabnya singkat sambil bergegas ke kamar mandi

“Eh mau kemana?” tanya ku heran

“Pengen setor dulu nih....mules,“ jawabnya sambil menutup pintu kamar mandi 

Mataku tertuju pada telepon genggam milik suamiku, rasanya aku ingin memeriksa isi gadget nya itu, memastikan sedekat apa hubungan suamiku dengan Utari .

 Aku terus menatap layar gadget nya tanpa berani membuka nya, aku menggenggam nya ditanganku dan aku berfikir, “Apa boleh membuka dan membaca isi gadget suamiku tanpa sepengetahuannya ?”

 Ding ....notification percakapan baru muncul di layar gadget suamiku, dari popup layar kulihat pesan dari Utari , rasa penasaranku kian membuncah .

“ Bi, umi liat handphone kamu ya!!“ teriak ku dari kamar yang tak jauh dari kamar mandi.

“Iya” jawab suamiku dari balik pintu kamar mandi.

 ‘Selamat pagi pak, mohon maaf hari ini saya tidak bisa masuk kerja karna ada keperluan mendadak, pekerjaan saya akan saya selesaikan besok, mohon pengertiannya dan terimakasih banyak .’ isi pesan Utari pagi ini , rupanya dia ijin libur mendadak, aku baca lagi pesan pesan di atas nya, tak ada yang aneh, tak ada pesan mesra baik dari suamiku maupun dari Utari, isi percakapan mereka hanya sebatas pekerjaan dan tak lebih, aaahhh....aku jadi merasa berdosa sudah menganggap yang macam-macam tentang suamiku dan Utari, mungkin aku hanya cemburu .

 Tiba-tiba tanpa kusadari suamiku sudah berdiri di belakangku 

“Lagi baca apa?” tanyanya

“Eh enggak, ini Utari ijin ga bisa masuk kerja katanya,” jawabku sedikit gugup

“Ooh,” tanggapnya singkat

“Aku berangkat dulu ya, aku nunggu temenku di kantor aja deh,” kata suamiku sambil meraih kembali handphone nya itu.

“Oke deh,” jawabku 

“Sore ini sepulang kerja kita ke rumah adik ku Putri ya, mama sama ayah juga mau kesana, kita kumpul!!“ ajak suamiku

“Sip deh, berarti umi ga masak buat makan malam nanti ya , pulang abi kerja umi sama anak-anak pasti udah siap” kataku sambil bergelayut manja di pundak suamiku.

 Sore hari pun tiba, aku sudah menyiapkan anak-anak dan sudah siap untuk pergi, tinggal menunggu suamiku pulang dan menjemput kami .

“Abi mana sih mi, ko belum datang juga!!! Syafia kan pengen cepet-cepet ketemu tante Putri,” Syafia merengek tidak sabar.

“tunggu ya sayang, abi kan ga pernah ingkar janji, bentar lagi pasti abi pulang jemput kita,” jawabku meyakinkan Syafia

“Yusuf juga udah ga sabar pengen ketemu nenek sama kakek ya?!” kataku sambil menggendong Yusuf , Yusuf menjawab dengan celotehannya seakan mengiyakan perkataanku .

“Tuh abi pulang....,” kata syafia berlari girang ke arah abi nya

“Assalamualaikum,sudah siap yuk berangkat!!” kata suamiku

“Waalaikumsalam,abi ga mau turun dan istirahat dulu?” ajak ku

”Langsung aja yuk,tuh anak abi udah cantik dan ganteng gini mau naik motor ke rumh tante ya” jawab suamiku.

Kami pun berangkat dengan motor , 

Bahagia rasanya, walaupun dalam kesederhanaan.

Dalam hati aku bergumam “ Ya Allah....rasanya lebih baik hidup sederhana walaupun kekurangan harta tapi dipenuhi cinta, jangan biarkan wanita lain merusak kebahagiaan keluarga kecil kami,“ doa ku dalam hati .

 “Assalamualaikum tante Putri,“ Syafia turun dari motor dan langsung mengetuk pintu rumah Putri ,tantenya.

“Waalaikumsalam eh cucu kakek udah datang,” Ayah mertuaku membukakan pintu, kami pun masuk kedalam rumah. Putri dan suaminya belum dikaruniai anak di tahun kedua pernikahan mereka, sehingga mereka sangat menyayagi Syafia dan Yusuf . 

Ayah mertua dan ibu mertua ku pun sangat menyayangi Syafia dan Yusuf , suamiku adalah anak pertama dan Putri adalah anak bungsu, mereka hanya 2 bersaudara .

 “Ma, aku bingung deh sama abi nya Syafia, dia koq baik banget ya sama orang,” tanyaku pada ibu mertua ku saat kami hanya berdua di dapur dan yang lainnya bercengkrama di ruang keluarga .

“ Kamu tuh ada ada aja,masa suamimu baik kamu bingung,” jawab ibu mertua ku sambil senyum dan geleng geleng kepala

“Ya bukan apa-apa ma, tapi aku takut ada wanita lain yang diam diam mencintai suamiku,” curhat ku

“Loh koq kamu punya pikiran begitu? Hati-hati jangan berprasangka buruk apalagi pada suami mu,”kata ibu mertua ku menasihatiku sambil menyiapkan minuman.

“Ya karna abi nya Syafia itu baik banget sama siapa aja,di kantor nya ada karyawati yang sudah tidak bersuami dan sangat diperhatikan sama abi nya Syafia,ma!” keluhku manja sambil memotong mangga untuk disajikan .

Aku memang sedekat itu dengan ibu mertua ku, beliau sangat baik dan sangat menyayangiku.

“Udah kamu tenang saja, suami mu itu ga akan macem-macem koq, ga akan tergoda janda atau gadis, dia kan dulu tau rasa sakit mama karena di pologami ayah,” kata ibu mertua ku meyakinkan ku.

“Sekarang kita suguhkan ini dan kita nikmati bersama, wes ora mikir macem-macem lagi, percaya saja sama suami mu!” tambah ibu mertuaku 

 Kisah pernikahan orangtua ku dan orangtua suami ku hampir sama, 

sama-sama pernah di poligami suami mereka, namun beda nya ibu ku memilih berpisah dengan ayahku dan memilih untuk menikah dengan lelaki lain yang tak beristri ketimbang di poligami, dan ibu mertuaku memilih bertahan dalam pernikahan poligami nya yang aku pun tau tak mudah untuk dijalani.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status