Share

Bab 8 Penerimaan

Author: fitrik13
last update Last Updated: 2021-09-13 09:59:09

Bab 8 Penerimaan

“Baik, tapi ijinkan aku mencari tau yang sebenar-benarnya dan seperti apa sosok Utari,” pintaku

“Memang itu yang aku harapkan, aku tidak berselingkuh di belakangmu, aku tidak pernah berdua-dua an seperti yang kamu fikirkan, aku ingin kamu yang mencari tau tentang Utari dan mencoba membuka wawasan tentang poligami. Jangan berfikiran sempit, bukankah dalam surat an nisa ayat 3 dijelaskan bahwa...dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat,” ujar suamiku mengutip sebagian terjemahan surat an nisa ayat 3

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, jangan lupa sambungan ayat lengkap nya!!!” seru ku tak mau kalah.

“In shaa Allah aku akan berlaku adil,” ujar suami ku dengan rasa penuh percaya diri.

“Apa sih alasan kamu ingin menikahi nya?” tanyaku masih sangat penasaran.

“Apa ada yang kurang dalam diri aku? Coba jujur, aku ga akan marah jika memang ada sikap atau sifatku yang tidak kamu sukai, atau apa yang harus aku lakukan agar kamu mencintaiku lagi,” ucapku lagi sambil terisak, akhir-akhir ini air mata sering mengalir tak tertahan.

“Aku masih mencintaimu seperti dulu, ga ada yang berubah!! Kamu istri ku yang sempurna, kamu ga punya kekurangan apapun, bahkan banyak kelebihan yang kamu miliki, nih salah satu kelebihan yang kamu punya....kelebihan lemak,” ujar nya polos dengan nada bercanda sambil tersenyum menggodaku.

Tapi itu tak lucu lagi bagiku, candaan nya itu malah membuatku pesimis dengan bentuk tubuhku kini.

“Jadi aku terlalu gendut untuk jadi istri mu?” tanyaku sedih.

“Aku ga bermagsud seperti itu, aku suka koq bagaimana pun penampilanmu,” ujarnya merasa bersalah.

“Udah sekarang kita tidur, besok pagi aku harus ke kantor dan kamu harus kembali mengurus Syafia, Yusuf dan juga aku. Kamu butuh tenaga untuk itu, sekarang kita istirahat ya,” ajak nya sambil mendorongku perlahan untuk berbaring dan mulai menyelimuti ku.

Aku bersyukur karena kami telah melewati perang dingin ini, Suamiku mulai mencair dan kembali memberi perhatian padaku dan mau bicara lagi denganku, tapi aku masih menyayangkan bahwa dia masih bersikeras untuk berpoligami, meskipun aku belum rela dan rasanya tak mungkin untuk ku merestui pernikahan kedua suamiku, tapi untuk saat ini aku harus bermain cantik, akan kucari tau dulu yang sebenarnya hubungan Utari dan suamiku, apakah benar mereka tidak berselingkuh dibelakangku, dan apa motif sebenarnya suamiku ingin berpoligami?

Pikiranku jauh melayang melintasi waktu, aku teringat saat dimana ayah dan mama ku bersama dulu, pertengkaran sering menghiasi kehidupan rumah tangga mereka bahkan sejak aku kecil, ayah ku pun melakukan kekerasan fisik dan verbal kepada ku dan kepada mama, masih teringat jelas dalam memory ku cubitan, tamparan dan bentakan ayah kepadaku pun pada mama saat mereka bertengkar, Aku hanya bisa diam dan menangis di balik pintu. Ayah sering menyalahkan mama atas segala kejadian, ‘Kamu ga bisa ngurus suami, kamu ga bisa ngurus rumah, kamu ga bisa bersyukur, kamu ga bisa bantu suami,’ kalimat-kalimat itulah yang sering terlontar dari mulut ayah.

Apakah benar bahwa segala perbuatan suami adalah hasil dari perbuatan istri? Apakah istri harus selalu berkaca diri dan instrospeksi sebelum menyalahkan suami? Apakah benar ketika suami berpaling dan menginginkan wanita lain itu karena kekurangan sang istri??

Aku mencoba berkaca diri, kekurangan apa yang aku miliki hingga suamiku ingin mengisi nya dengan menghadirkan sosok istri yang lain?

Lagi.....malam ini akan jadi malam yang panjang dengan sejuta tanya yang mengisi relung hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 29 Pernikahan Utari

    “Hari ini jalan keluar yuk sama anak-anak,” ajak ku kepada suamiku“Ga bisa, Abi mau ada urusan,” jawab suamiku.“Abi mau kemana? Fia ikut, Fia bosen dirumah terus,” rengek Syafia kepada abi nya.“Abi sampe sore loh Fia,” kata suamiku“Gak apa-apa Fia ikut abi aja ya,” pinta Syafia dengan manja.“Ya udah, pake baju yang rapi ya,” kata suamiku.“Umi sama Yusuf ikut?” tanya ku pada suamiku.“Ga usah ya, dirumah aja!!” seru suamiku.Aku memakaikan Syafia baju casual, kaos panjang, celana panjang dan kerudung bahan kaos karena ku fikir suamiku akan membawa Syafia ke kantor atau rumah temannya di hari sabtu ini.“Jangan pake baju itu Mi, yang rapihan dikit, serasiin sama Batik Abi,” pinta suamiku kepadaku.“Rapi banget pake batik kaya mau kondangan,” ejek ku sambil mengganti baju Syafia dengan gamis b

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 28 Membawa kembali cinta itu

    Waktu menunjukan pukul 15.30 WIB, aku sudah selesai menyiapkan segala sesuatu untuk pergi berkencan sore ini dengan suamiku. Aku memakai gaun abaya hitam yang suamiku belikan saat dia Umroh dulu, lengkap dengan pasmina panjang menjuntai warna hitam juga. Aku yakin suamiku akan menyukainya karena dia sangat menyukai warna hitam dan perempuan yang berwajah Timur Tengah, sehingga gaya make up ku pun meniru perempuan ala Timur Tengah, dengan alis hitam lebat, celak mata yang tajam dan hitam, eyeliner di kelopak mata untuk mempertegas riasan mata, mascara hitam agar bulu mataku nampak lentik, lipstik berwarna softpink, aku tak memakai foundation dan bedak berlebihan, apalagi eyeshadow atau brush di pipi, terakhir kali aku memakai riasan itu malah suamiku tak menyukainya. Satu hal lagi, aku melengkapi penampilanku ini dengan cadar hitam agar aku terlihat sangat mirip dengan wanita Arab.Aku pun berangkat dengan ojek online dan sampai pada pukul 15.45WIB.‘Umi udah samp

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 27 Membawa kembali cinta itu

    “Bi, jalan-jalan berdua aja yuk,” ajakku kepada suamiku saat kami sedang bersiap tidur.“Kemana?” tanyanya singkat.“Kemana aja gitu, ke pantai boleh ke gunung boleh ke hotel boleh restoran juga ayo yang penting berdua aja,” jawabku sambil menatapnya.“Anak-anak gimana?” tanya suamiku seakan tak ingin mengabulkan permintaanku.“Ya semenara titip mama dulu, umi tuh pengen menghabiskan waktu berdua aja dulu sama abi biar bener-bener melupakan masalah kemarin, emang abi ga ngerasa ya kalo umi masih sakit hati?” tanyaku dengan nada sedikit emosi.“Sakit hati kenapa?” tanya suamiku dengan wajah polos seakan tanpa dosa.“Utari,” jawabku singkat sambil menatapnya tajam.“Ya ampun masih kepikiran aja, kamu sendiri yang rugi kalo masih ngerasa sakit hati,” ujar suamiku sambil memejamkan mata.Aku tak ingin memulai pertengkaran, namun sikap su

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 26 Sahabat yang baik

    “Alhamdulillah kajian pagi ini telah selesai, mari kita tutup dengan membaca istigfar dan doa majelis, Astagfirullahaladziim subhanaka Allahuma wabihamdika Ashadu alla illaha illa anta astagfiruka waatubu ilaih, mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan, wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” Doa bu ustadzah Hilya menutup kajian pagi ini.Seperti biasa setelah kajian usai dan sambil menunggu Syafia pulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk menyapa dan berbincang dengan guru sekaligus sahabatku......bu ustadzah Hilya.“MasyaAllah kajian hari ini ngena banget di hati saya bu, tapi bu rasanya koq sulit sekali ya untuk ikhlas dalam menerima ujian dalam hidup ini?” tanyaku kepada bu ustadzah Hilya.“Bukan sulit, tapi memang ga mudah dan proses belajar ikhlas itu butuh waktu seumur hidup,” jawab bu ustadzah Hilya yang selalu bisa menenangkan hatiku.Aku mengangguk dan mencoba memah

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 25 Curiga

    ‘Yang, udah makan siang? Aku ke kantor ya sekarang’ isi pesan singkat yang siang ini ku kirim kepada suamiku. Dia sudah membaca pesanku tapi belum juga membalasnya, aku menunggu sambil mengecek lokasi keberadaannya, dia di kantor.Setelah sepuluh menit suamiku baru membalas pesanku,‘Jangan ke kantor sekarang ya, dirumah aja!’ seru suamiku dalam isi pesan singkatnya.Andai aku bisa meretas cctv di kantor nya atau memasang penyadap suara di meja kerja nya mungkin aku tak akan gelisah atas asumsi ku, mengira-ngira apa yang sedang suamiku lakukan? Bersama siapa?Tak lama kemudian aku kembali mengecek lokasi real time keberadaan suamiku via aplikasi yang sudah aku interegasikan antara handphone ku dan handphone miliknya, aku lihat sebuah pergerakan, dari kantor nya ke arah atas, entah menuju kemana.Aku terus memantau posisi suamiku, aku selalu merefresh aplikasi nya agar mendapat penyegaran dan info akurat mengenai keberadaan s

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 24 Penampilan baru

    Aku mulai melupakan rasa sakit hati dan kecewa pada suamiku tentang niat nya yang sempat ingin menikahi Utari, Utari kini tak lagi bekerja di kantor suamiku, begitu pun ayahnya, no handphone Utari pun sudah ku blokir dari handphone suamiku agar mereka tak lagi bisa berkomunikasi, satu hal yang kini rutin kulakukan adalah berkunjung ke kantor suamiku sepekan sekali, kadang tiap 3 hari aku selalu beralasan ingin mengantar makan siang, sekedar berjalan-jalan dan mampir atau berbagai alasan lainnya aku pastikan di kantor dia tak bisa berbuat macam-macam.Karena semakin sering aku berkunjung ke kantor suamiku, maka aku pun sering mendengar gosip-gosip dari para karyawan, beberapa kali aku mendengar diantara mereka menjadikan aku dan suamiku bahan obrolan mereka, mereka seakan menerka-nerka kisah rumah tangga ku dan berhenti berbicara ketika mereka menyadari keberadaanku. Aku tak ingin membuat keributan dengan mempertanyakan itu semua secara langsung kepada mereka karena aku tau ji

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status