Share

7.Obat untuk Luisa

"Sayang, mm... aku punya sesuatu untuk kamu. Waktu itu, aku ketemu teman SMA yang udah lama banget gak jumpa. Dia kuliah di luar negeri dan sudah jadi dokter. Aku cerita masalah kita yang belum dikasih keturunan. Nah, sama dia, aku dikasih vitamin ini dan katanya harus diminum suami istri. Ini, coba minum! Kita harus usaha lebih giat lagi agar segera punya anak. Nambah anak nambah rejeki kalau kata orang tua dulu, makanya rejeki kita seret, bisa jadi karena kita belum punya anak. Ini, minum!" Luisa hendak menghindar, tetapi tidak bisa. Suaminya sudah memasukkan obat tablet itu ke dalam mulutnya. Bahkan Edmun juga mengambilkan air untuk Luisa agar obat itu segera larut di dalam tubuhnya. 

"Kamu jadinya maksa, Mas! Awas loh, jangan sampai kita salah minum obat!" Luisa mengambil air putih lebih banyak, lalu meneguk nya sampai habis. 

"Gak mungkin salah, Sayang, ini tuh vitamin herbal yang dijadikan tablet biar lebih mudah minumnya. Ya sudah, saya pergi dulu ya. Mau janjian sama teman bisnis. Nanti sore saya pulang." Edmun mengecup tipis bibir istrinya, lalu bergegas keluar dari kamar. 

Karena sudah tidak memiliki kendaraan roda empat atau roda dua, hanya ada sepeda Bik Noni yang parkir di garasi, membuat Edmun mau tidak mau pergi menggunakan ojek online. 

Luisa mengintip dari jendela kamar. Jika dahulu, suaminya mana pernah mau naik ojek online, pasti saja taksi online, atau bawa mobil sendiri, sekarang, ia pergi bekerja dengan ojek online. Luisa tidak tega dengan Edmun, ia pun memutuskan untuk menelepon papanya untuk meminta pekerjaan yang bisa dilimpahkan pada suaminya. 

"Halo, Papa lagi apa? Sudah sarapan belum?" 

"Halo, Luisa, Papa baru saja berangkat ke kantor dan pastinya sudah sarapan. Kenapa, Nak?"

"Papa, Mas Edmun benar-benar lagi gak punya kerjaan. Apa Papa bisa kasih kerjaan apa gitu di kantor? Menjabat kepala pengawas atau manager. Tolong, Luisa, Pa."

"Tidak semudah itu, Luisa. Papa tidak mau Edmun menjadi manja. Biarkan dia usaha  dulu, belum ada satu minggu dia sepi bisnis kan? Orang lain sampai berbulan-bulan. Sabar dan doakan suami kamu itu biar bisnisnya jalan lagi."

"Ya sudah kalau begitu."

Luisa kesal dengan papanya yang tidak menolak untuk menolong suaminya. Papanya memang keras dan amat berprinsip. Jika masih sehat, gagah, punya pendidikan, maka harus berjuang. Tidak boleh manja dengan meminta jabatan padanya. 

Merasa usahanya sia-sia, Luisa pun hanya bisa kembali termenung di kamar. Jika bulan ini ia masih bisa memberikan gaji Bik Noni, lalu bagaimana dengan bulan depan jika suaminya belum juga mendapatkan bisnis. 

***

Sementara itu, Edmun bukan pergi untuk urusan pekerjaan, tetapi ia sudah berada di apartemen bosnya untuk mengecek kebenaran yang dikatakan pria itu dua hari lalu. Mau tidak mau, ia harus membawa Luisa malam ini ke apartemen, untuk itu ia harus memastikan bahwa apartemen milik bosnya  bebas dari segala sesuatu yang berbau mencurigakan. 

Setelah mendapatkan kunci, Edmun langsung masuk ke dalam unit tersebut. Ia pertama kalinya ia masuk unit mewah yang lebih mirip rumah, daripada sekedar apartemen. Ia pernah memiliki apartemen, tetapi tidak sebesar ini dan sudah dijual juga. 

Setiap sudut ruangan ia pastikan bersih. Suasana maskulin khas lelaki sangat kental, mencerminkan pemiliknya. Sebuah ruangan yang paling membuatnya berdebar, yaitu kamar utama. Di sini nanti istrinya akan tidur dan bercumbu dengan bosnya. Lebih tepatnya tekan bisnis yang sudah ia jadikan sebagai bank untuk meminjam beberapa milyar. Sekarang, setelah ia ditipu oleh rekanan bisnis lain, barulah ia sadar sudah terjebak dan dengan sangat terpaksa melibatkan Luisa. 

Kring! Kring! 

Edmun merogoh saku celana jeans untuk mengambil ponselnya yang berdering. 

"Halo, Ma, kenapa?"

"Ed, kamu di mana?"

"Ada urusan bisnis, kenapa, Ma?"

"Mama udah pinjam sama Cristy uang lima puluh juta. Dengan jaminan kamu yang akan membayar. Maaf, Ed, Mama terdesak."

"Mama, kenapa harus dengan Cristy? Mama tahu kan janda itu kalau sudah memberikan pinjaman, bunganya tinggi sekali dan saya lagi benar-benar sepi."

"Udah terlanjur, Ed. Lagian kamu ini bodoh, kenapa gak minta kerjaan sama mertua kamu? Malah pusing sendiri. Udah, ah, pokoknya Mama udah pinjam ke Cristy dan kamu tinggal bayar. Kalau kamu gak bisa bayar, kamu pura-pura saja tertarik dengan Cristy, dari yang Mama dengar, dia udah lama naksir kamu loh."

Edmun memejamkan matanya menahan kesal. Ia harus segera keluar dari lingkaran setan ini dan itu hanya bisa dengan menggunakan Luisa. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Hartati
kasihan si cantik Louis.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status