Share

8. Andreas Levi Mananta

"Luisa, kamu di mana?"

"Aku di rumah, Mas. Mau ke mana lagi kalau bokek gini?"

"Aku mau minta tolong pendapat kamu, Sayang. Aku ceritanya mau bantu jualin apartemen temen. Nah, si pembeli ini mau nikah dan apartemen ini mau dikasih ke calon istrinya. Aku butuh kamu untuk cek ricek apartemen ini karena kamu kan perempuan, istri, jadi tahu kurangnya di mana. Nanti malam aja gak papa, habis magrib aku pesanan taksi online, kamu ke sini ya."

"Serius hanya itu?"

"Iya, hanya minta pendapat saja. Kalau deal, lumayan fee-nya, Sayang. Mau ya?"

Luisa menghela napas. 

"Ya sudah, habis magrib aku siap-siap."

"Baik, Sayang, terima kasih. Aku kerja lagi ya."

Luisa menutup panggilan telepon dari Edmun. Ia sangat prihatin dengan suaminya yang saat ini bekerja apa saja demi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dengan menjadi makelar. Apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya dan bagaimana bisa utang begitu banyak diluaran sana? Batin Luisa terus bertanya. 

Nanti malam, saat ia bertemu suaminya, wanita itu berencana akan langsung bertanya. Papanya pasti akan mau menolongnya jika papanya tahu duduk persoalannya ada di mana. 

Di lain tempat, pria berusia empat puluh lima tahun yang sangat tampan dan energik itu tengah melakukan olah raga gym di ruangan gym yang ada di dalam rumah mewahnya. Tanpa baju atasan, hanya boxer sepaha dengan bulu hitam sedikit ikal yang basah karena keringat. Di telinganya terpasang earphone musik jedag-jedug, hingga gerakan demi gerakan yang ia lakukan begitu semangat. 

Selamat siang Bos. Malam ini Luisa ada di apartemen. 

Membaca pesan dari salah satu relasi bisnis yang sudah menguras uangnya dengan sangat banyak, senyum pria dewasa tampan itu pun merekah. Setelah foto wanita cantik tanpa busana yang bikin dirinya semakin jatuh cinta, sekarang, tepatnya malam ini ia akan segera mengeksekusi langsung. Benar-benar sebuah keberuntungan. 

Cklek

Pintu ruangan gym itu terbuka. Seorang wanita tua bergaya layaknya nyonya kaya, masuk dengan menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk menopang tubuhnya. 

"Lev, malam ini Mommy mau kenalin kamu sama cucu teman Mommy. Masih muda, seorang model cantik, dan pastinya masih ting-ting dan dari keluarga mapan." Wanita itu duduk di kursi panjang empuk sambil menatap seksama putra semata wayang yang sudah tua, tetapi belum juga mau menikah. 

"Mommy, bukannya Levi menolak, tetapi malam ini Levi ada janji dengan wanita cantik juga. Atur jadwal lagi untuk ketemu cucu teman Mommy itu ya," tolak Levi yang tengah mengeringkan keringat di badannya dengan handuk kecil. Pria itu meraih botol minum besar yang ada di atas nakas, lalu duduk di samping mommy-nya dengan gaya santai. 

"Siapa?" tanya wanita itu penasaran. 

"Baru mau kenalan, Mom. Doakan lancar dan cocok. Ayahnya pengusaha juga. Kalau sudah deal, Levi akan kenalkan pada Mommy." Wanita tua itu menghela napas kasar. 

"Bukan kencan dengan pelacurkan?" pertanyaan ibunya membuat Levi terbahak. 

"Kalau anak Mommy ini senang kencan dengan pelacur, sudah bisa dipastikan saat ini anak semata wayang Mommy ini sudah sakit. Mommy jangan khawatir, Andreas Levi Mananta ini akan tetap menjadi pria baik-baik." Levi mendaratkan satu kecupan di pipi ibu, lalu kembali melanjutkan gym. Malam ini ia akan buat wanita bernama Luisa Antara menjerit di bawahnya. 

***

Pukul enam sore, Luisa tengah bersiap-siap. Ia akan pergi ke apartemen milik teman suaminya untuk memberikan  review. Sebenarnya ia malas, tetapi ia harus melakukan untuk menolong suaminya. Lumayan kalau dapat fee, arisan sepuluh jutanya bisa terbayarkan dan juga urusan lainnya. 

Ia bahkan melihat internet untuk mencari referensi seputar apartemen nyaman bagi seorang wanita. Ia ingin totalitas membantu suaminya malam ini. Luisa mengoleskan tipis lipstik di bibirnya dan juga blush on senada di pipinya. Baju kaus berkerah yang pas di badan ia kenakan bersama dengan rok tutu sepanjang betis. Tidak lupa parfum favoritnya ia semprotkan juga ke seluruh pakaiannya. 

Kring! Kring! 

Luisa tersenyum saat melihat nama suaminya pada panggilan video call. 

"Halo, Sayang, di mana? Udah pesan taksi online?"

"Belum, kamu sudah siap?"

"Sudah, lihat ini, aku sudah rapi pakai baju ini, Mas."

"Eh, kenapa pakai rok panjang, memangnya kamu mau pergi ke masjid. Pakai yang pendek gak ada?"

Luisa mengerutkan keningnya; merasa begitu heran dengan ucapan suaminya. Pakai rok pendek? 

"Mas, ini kita sebenarnya mau ke apartemen teman kamu, atau mau ke club? Kenapa aku harus pakai rok pendek?"

"Sekali-kali lihat istri seksi di luaran kan gak papa, Sayang. Pakai rok yang warna merah itu saja gak papa. Oke, lima menit lagi saya pesankan taksi online ya."

Luisa baru mau membuka mulut, tetapi panggilan itu sudah diputus oleh suaminya. Wanita itu pasrah, mau tidak mau, ia mengganti rok tutu sejenis, dengan rok merah seukuran paha. Ia tidak akan pernah menebak bahwa di sana sudah ada srigala yang siap menerkamnya.

Comments (9)
goodnovel comment avatar
Indah Kurnia
harus pake koin yh, untuk bab selanjut nya
goodnovel comment avatar
Maulidi Zivanna Lethisya
payah tu suami
goodnovel comment avatar
Suwardin
obsesi terlalu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status