"Luisa, kamu di mana?"
"Aku di rumah, Mas. Mau ke mana lagi kalau bokek gini?""Aku mau minta tolong pendapat kamu, Sayang. Aku ceritanya mau bantu jualin apartemen temen. Nah, si pembeli ini mau nikah dan apartemen ini mau dikasih ke calon istrinya. Aku butuh kamu untuk cek ricek apartemen ini karena kamu kan perempuan, istri, jadi tahu kurangnya di mana. Nanti malam aja gak papa, habis magrib aku pesanan taksi online, kamu ke sini ya.""Serius hanya itu?""Iya, hanya minta pendapat saja. Kalau deal, lumayan fee-nya, Sayang. Mau ya?"Luisa menghela napas. "Ya sudah, habis magrib aku siap-siap.""Baik, Sayang, terima kasih. Aku kerja lagi ya."Luisa menutup panggilan telepon dari Edmun. Ia sangat prihatin dengan suaminya yang saat ini bekerja apa saja demi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dengan menjadi makelar. Apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya dan bagaimana bisa utang begitu banyak diluaran sana? Batin Luisa terus bertanya. Nanti malam, saat ia bertemu suaminya, wanita itu berencana akan langsung bertanya. Papanya pasti akan mau menolongnya jika papanya tahu duduk persoalannya ada di mana. Di lain tempat, pria berusia empat puluh lima tahun yang sangat tampan dan energik itu tengah melakukan olah raga gym di ruangan gym yang ada di dalam rumah mewahnya. Tanpa baju atasan, hanya boxer sepaha dengan bulu hitam sedikit ikal yang basah karena keringat. Di telinganya terpasang earphone musik jedag-jedug, hingga gerakan demi gerakan yang ia lakukan begitu semangat. Selamat siang Bos. Malam ini Luisa ada di apartemen. Membaca pesan dari salah satu relasi bisnis yang sudah menguras uangnya dengan sangat banyak, senyum pria dewasa tampan itu pun merekah. Setelah foto wanita cantik tanpa busana yang bikin dirinya semakin jatuh cinta, sekarang, tepatnya malam ini ia akan segera mengeksekusi langsung. Benar-benar sebuah keberuntungan. CklekPintu ruangan gym itu terbuka. Seorang wanita tua bergaya layaknya nyonya kaya, masuk dengan menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk menopang tubuhnya. "Lev, malam ini Mommy mau kenalin kamu sama cucu teman Mommy. Masih muda, seorang model cantik, dan pastinya masih ting-ting dan dari keluarga mapan." Wanita itu duduk di kursi panjang empuk sambil menatap seksama putra semata wayang yang sudah tua, tetapi belum juga mau menikah. "Mommy, bukannya Levi menolak, tetapi malam ini Levi ada janji dengan wanita cantik juga. Atur jadwal lagi untuk ketemu cucu teman Mommy itu ya," tolak Levi yang tengah mengeringkan keringat di badannya dengan handuk kecil. Pria itu meraih botol minum besar yang ada di atas nakas, lalu duduk di samping mommy-nya dengan gaya santai. "Siapa?" tanya wanita itu penasaran. "Baru mau kenalan, Mom. Doakan lancar dan cocok. Ayahnya pengusaha juga. Kalau sudah deal, Levi akan kenalkan pada Mommy." Wanita tua itu menghela napas kasar. "Bukan kencan dengan pelacurkan?" pertanyaan ibunya membuat Levi terbahak. "Kalau anak Mommy ini senang kencan dengan pelacur, sudah bisa dipastikan saat ini anak semata wayang Mommy ini sudah sakit. Mommy jangan khawatir, Andreas Levi Mananta ini akan tetap menjadi pria baik-baik." Levi mendaratkan satu kecupan di pipi ibu, lalu kembali melanjutkan gym. Malam ini ia akan buat wanita bernama Luisa Antara menjerit di bawahnya. ***Pukul enam sore, Luisa tengah bersiap-siap. Ia akan pergi ke apartemen milik teman suaminya untuk memberikan review. Sebenarnya ia malas, tetapi ia harus melakukan untuk menolong suaminya. Lumayan kalau dapat fee, arisan sepuluh jutanya bisa terbayarkan dan juga urusan lainnya. Ia bahkan melihat internet untuk mencari referensi seputar apartemen nyaman bagi seorang wanita. Ia ingin totalitas membantu suaminya malam ini. Luisa mengoleskan tipis lipstik di bibirnya dan juga blush on senada di pipinya. Baju kaus berkerah yang pas di badan ia kenakan bersama dengan rok tutu sepanjang betis. Tidak lupa parfum favoritnya ia semprotkan juga ke seluruh pakaiannya. Kring! Kring! Luisa tersenyum saat melihat nama suaminya pada panggilan video call. "Halo, Sayang, di mana? Udah pesan taksi online?""Belum, kamu sudah siap?""Sudah, lihat ini, aku sudah rapi pakai baju ini, Mas.""Eh, kenapa pakai rok panjang, memangnya kamu mau pergi ke masjid. Pakai yang pendek gak ada?"Luisa mengerutkan keningnya; merasa begitu heran dengan ucapan suaminya. Pakai rok pendek? "Mas, ini kita sebenarnya mau ke apartemen teman kamu, atau mau ke club? Kenapa aku harus pakai rok pendek?""Sekali-kali lihat istri seksi di luaran kan gak papa, Sayang. Pakai rok yang warna merah itu saja gak papa. Oke, lima menit lagi saya pesankan taksi online ya."Luisa baru mau membuka mulut, tetapi panggilan itu sudah diputus oleh suaminya. Wanita itu pasrah, mau tidak mau, ia mengganti rok tutu sejenis, dengan rok merah seukuran paha. Ia tidak akan pernah menebak bahwa di sana sudah ada srigala yang siap menerkamnya."Nyonya, saya dengar, pria itu sedang terbelit utang milyaran," ujar seorang pria muda pada majikannya. Wanita yang tengah fokus di depan laptop itu, langsung menoleh dengan alis terangkat. "Kamu yakin?" tanyanya lagi. Pemuda di depannya mengangguk. "Showroom mobil di Pondok Indah sudah tutup dan mobil yang ada di rumahnya pun tidak ada. Beberapa kali saya mengintai, suami istri keluar dengan ojek online dan juga taksi online. Hanya pembantunya saja yang keluar dengan sepeda." Wanita itu berdiri dari duduknya, lalu berjalan hingga sampai di depan meja. Bokongnya yang seksi ia sandarkan di pinggir meja dengan tangan melipat di dada. "Cari informasi apa yang terjadi sebenarnya dengan Edmun. Saya akan berikan bonus kalau kabarnya baik untuk saya. Pantas saja ibunya meminjam uang pada saya, padahal waktu dulu, ibunya tidak begitu suka dengan saya. Sepertinya keadaan berbalik." Wanita itu tertawa. Lalu dengan gerakan tangannya meminta asisten yang ia beri tugas mengikuti Edmun dan istri
Luisa merasa aneh dengan dirinya. Rasanya ia seperti baru saja tidur yang sangat lama. Perasannya sama persis dengan waktu itu ia tertidur dari malam sampai malam lagi bersama suaminya. Wanita itu membuka mata perlahan dan mendapati dirinya hanya memakai selimut saja. Tubuh di balik selimut itu tidak memakai apapun. Mata mendelik kaget karena merasakan keanehan pada dirinya. Bagaimana bisa ia tanpa busana di atas ranjang utama? Di mana suaminya? Kenapa hanya ia sendiri saja di kamar sebesar ini? Batin Luisa berkecamuk. "Sayang😌, Edmun!" Teriak Luisa ketakutan. Ia ingin bergerak, tetapi tenaganya masih lemas dan bagian kewanitaannya juga terasa kebas. "Mas! Halo!" Teriak Luisa lagi semakin ketakutan. Kepalanya mencoba mengingat kejadian apa yang ia lalui sebelum ia ada di ranjang. Terakhir suaminya pergi sebentar untuk membeli obat, lalu dirinya ditinggal bersama pemilik apartemen bernama Levi. CklekLuisa menoleh kaget saat pintu terbuka. Namun, saat itu juga napasnya yang sempat
Tidak seperti biasanya, malam ini Edmun tidak bisa menelan nasi yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Semua itu karena ancaman Levi. Seharusnya ia tidak perlu khawatir tentang hal itu, karena tidak mungkin juga Levi mengecek setiap hari apakah ia bercumbu dengan istrinya atau tidak, tetapi jika berurusan dengan Levi. Apa yang ia katakan, pasti akan ia buktikan. Tidak pernah main-main untuk urusan bisnis, apalagi menyangkut utang milyaran. "Makanan ini enak banget. Kamu katany gak punya duit, Mas, kenapa bisa memesan makanan mahal dan enak seperti ini?" tanya Luisa sambil tersenyum, meskipun di hatinya begitu penuh dengan tanda tanya. "Ini dikasih tetangga sebelah kiri, dia ulang tahun pernikahan. Mungkin ia mengira kita adalah pemilik tempat ini. Namanya rejeki, tidak mungkin aku tolak kan? Apalagi kamu memang sedang lapar. Ya sudah, makan yang banyak, setelah ini kita pulang!" Edmun berusaha keras men langsung nasinya, sampai seperti orang tercekik. Luisa yang terlalu asik makan mak
"Langsung saja, Cris, apa maksud kamu mengundangku ke sini?" tanya Edmun tanpa berbasa-basi. Wanita yang baru saja menaruh dua cangkir teh di atas meja itu tertawa pendek. Ia duduk dengan kaki kanan naik ke paha kiri, sehingga kain kimono yang barbahan satin itu melayang jatuh menggantung di paha kanan dan terpampanglah kulit pahanya yang putih menggoda. Edmun menahan napas, mengatur detak jantungnya yang tidak karuan. Di saat ia tidak boleh menyentuh sang Istri, disaat itu pula Cristy seperti sedang memancingnya. "Aku minum dulu." Edmun mengambil cangkir teh yang ada di depannya sebagai bentuk pengalihan rasa gugup. Teh hangat itu ia cicipi perlahan karena masih sedikit panas. Namun, karena Cristy terus saja menatapnya, meskipun teh itu panas, ia tetap menyesapnya hingga setengah. Cristy bersorak dalam hati. Ia bangun dari duduknya, berjalan menuju lemari nakas yang ada di ruang tamu. Dengan kunci yang menggantung di dinding, ia buka lemari untuk mengeluarkan satu buah map. Wanita
Luisa tentu saja merasa tersinggung dengan perkataan mertuanya. Ia dan Edmun menikah bukan baru sebentar, tetapi sudah dua tahun lebih tiga bulan. Banyak suka yang mereka lewati bersama, bahkan saat mereka banjir rejeki dan memutuskan untuk liburan ke Turki, mertuanya pun diajak. Baru bulan inilah suaminya mengalami kesulitan ekonomi dan mertuanya sudah ingin mencarikan madu untuknya? Luisa mengepalkan tangan dengan kuat. Ia tidak terima jika sampai Edmun benar-benar melakukan apa yang barusan mamanya katakan. Suaminya juga belum pulang dan tidak tahu ke mana. Ponsel tidak aktif dan pesan WA sejak kemarin hanya ceklis satu saja. Di satu sisi ia khawatir akan keadaan suaminya yang belum pernah seperti ini. Paling tidak, jika pulang larut atau pulang pagi, Edmun selalu memberi kabar. "Bik, saya keluar dulu ya." Luisa sudah rapi dengan rok pendek, meskipun tidak terlalu tinggi hingga hampir semua kulit pahanya terlihat. "Mau ke mana, Non?" tanya Bik Noni yang sedang menyapu halaman r
Luisa menangis sambil memeluk tubuhnya dengan selimut. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya sehingga ia seperti orang gila yang membutuhkan sentuhan. Jika tidak segera mendapatkan apa yang diteriakkan oleh sel darah dalam badannya, pastilah ia benar-benar menggelepar. Apa yang terjadi padanya pun ia tidak mengerti? Lalu, setelah semuanya terjadi, apa yang harus ia lakukan? Ia sudah tidak ada harga dirinya sebagai istri dan juga wanita. Ia sudah menodai cinta dan janji suci pernikahannya. Pintu terbuka, Luisa mendapati Levi; pria dewasa yang membantunya membebaskan rasa panas dalam badan. Pria itu bertelanjang dada, hanya menggunakan handuk yang melilit pinggang hingga betisnya. Luisa baru sadar, mereka ada di apartemen pria itu. Levi membawakan nampan berisi teh dan juga seperti piring kecil berisi potongan kue. "Pak Levi, s-saya." Luisa tergagap. "Sudah, jangan menyalahkan dirimu. Ini, minum dulu." Levi mengulurkan cangkir teh pada Luisa, tetapi wanita itu enggan. Ia mengg
"Saya rasa, saya pulang ke rumah orang tua saya saja, Pak. Ada penjaga rumah di sana dan saya mungkin akan istirahat di sana untuk dua malam." Levi menekankan laju mobilnya saat mereka hendak sampai di perempatan. "Kamu yakin? Orang tua kamu gak akan curiga dengan cara jalan kamu? Mungkin dua hari baru pulih." Luisa mendesah penuh penyesalan. Namun, semua sudah terjadi dan ia harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan bersama dengan pria dewasa bernam Levi. "Tidak, Pak, saya rasa di sanalah tempat paling aman untuk saat ini." Luisa sudah memutuskan. Begitu tiba di perempatan, Levi memilih jalan lurus menuju rumah orang tua Luisa, sedangkan kalau belok ke kanan, barulah menuju rumah tinggal wanita itu. Luisa tertidur saat mobil benar-benar berhenti di depan rumahnya. Lelaki setengah baya yang bernama Yadi, langsung mengintip siapa tamunya. "Luisa, bangun, kita sudah sampai!" Wanita itu tersentak kaget. Matanya terbuka lebar saat menyadari bahwa dirinya sudah berada di d
"Jangan, Pak, saya mohon! Jangan sampai Mas Ed tahu kejadian kemarin. Saya akan melakukan apapun agar Pak Levi tidak mengatakan apa-apa pada suami saya.""Apapun? Kamu yakin? Apa kamu mau saya minta bercerai dari Edmun, kemudian kamu menikah dengan saya?""Kalau itu tentu saja tidak mungkin, Pak. Saya mencintai suami saya. Apa tidak ada yang lain, Pak?""Apa kamu mau terus tidur bersama saya tanpa ikatan? Pasti tidak'kan? Saya pun tidak mau. Oleh karena itu, coba pikirkan tawaran dari saya. Lekas sembuh ya, nanti saya hubungi lagi. Saya harus ke Jepang untuk beberapa hari ke depan. Salam untuk Edmun."Sambungan itu pun terputus. Tawaran yang diminta Levi membuat kepalanya sangat pusing. Ia sangat mencintai suaminya, tentu ia tidak mau bercerai dari Edmun apapun alasannya. Apalagi ini semua adalah kesalahannya sendiri. Edmun benar-benar tidak memaafkannya jika sampai suaminya itu tahu, ia tidur dengan pria lain. Makan pun sudah tidak bisa ia teruskan. Luisa memilih turu dari ranjang d