Naura buru-buru memalingkan pandangannya ke arah lain.
Ghani berkata dengan nada dingin, "Aku akan membuat perhitungan padamu Naura. Karena kamu sudah membuatku putus dengan Laura." Naura menatap Ghani dan ingin menjelaskan, tapi ... Helena sudah datang. Naura buru-buru menunduk. Helena duduk seraya mengeluarkan senyuman manis, lalu dia menatap ke arah menantunya. "Kalian berdua sudah saling kenal bukan?" Ghani menjawab dengan nada acuh, "Tante, aku nggak mengenalnya. Hari ini aku nggak sarapan, aku ingin langsung berangkat ke sekolah." Helena tidak bisa memaksa keponakannya. "Iya." Ghani berdiri, dia mencium punggung tangan Helena. Helena mencengkram tangan Ghani, "Aku harap kamu mengawasinya dikampus. Jangan sampai dia dekat dengan lawan jenis." "Iya Tante, aku tahu karena sekarang dia adalah pengantin Kak Liam." Helena tersenyum penuh makna, "Bagus." "Liam nggak suka miliknya disentuh orang lain. Kalau dia sampai dekat dengan lawan jenis, kamu beritahukan padaku. Aku akan memberikan hukuman padanya." Ekspresi Ghani yang sebelumnya kesal, sekarang langsung berubah. Kedua sudut bibirnya terangkat, dia malah memiliki banyak ide. Sementara Naura malah merasa sedikit bingung dengan sikap ibu mertuanya yang sering berubah-ubah. *** Mobil Bentley hitam edisi terbatas mengguncang universitas Taruna hari ini. Selain Daniel, tidak ada orang yang menggunakan mobil yang hanya diproduksi beberapa pieces saja didunia ini. Daniel Mananta adalah pemilik sekaligus CEO Universitas Taruna, tapi tidak ada satupun orang di universitas Taruna yang tahu fakta itu termasuk juga Naura. Disela-sela kesibukannya mengurusi beberapa perusahaan lain miliknya, Daniel sering menjadi dosen Dikelas tipe A agar bisa dekat dengan Laura. Padahal dulu Daniel sangat tidak menyukai Laura karena terlalu lemah dan sering menindas Naura, tapi setelah didekati Laura dan Laura banyak sekali mengatakan hal buruk tentang Naura. Daniel mulai tertarik, apalagi Laura lebih cantik dibandingkan dengan Naura. Laura juga lebih menarik, diajak bicara selalu nyambung dan selalu ceria. Hal yang berbeda dibandingkan dengan Naura yang sering diam dan murung, ditambah lagi Naura juga selalu memakai kaca mata besar yang menganggu pemandangan. Demi bisa mendekati Laura, Daniel menjadi dosen dikelasnya. Laura menjadi primadona di kampus karena kecantikannya, bahkan belum ada yang bisa mengalahkan kecantikan Laura yang murni. Daniel begitu tertarik dengan kecantikan Laura. Naura keluar dari dalam mobil itu dengan penampilan yang berubah tiga ratus enam puluh derajat. Semua mahasiswa di universitas Taruna yang berkumpul dan mengelilingi mobil, menatap Naura dengan tatapan penuh kekaguman, belum pernah mereka melihat gadis secantik Naura. Karena kecantikan Naura sekarang ini bisa mengalahkan kecantikan milik Laura yang murni. Kecantikan Naura berbeda dengan Laura, dia terlihat sangat anggun, sombong dan sulit didekati, memiliki aura yang sangat kuat. Alis Naura mengkerut, saat melihat orang-orang yang biasanya membully-nya menatapnya dengan tatapan berbeda. "Kelihatannya ada mahasiswa baru disini!" ucap seorang mahasiswa. Naura melihat sekeliling, akhirnya dia menyadari. Jika semua orang tidak mengenalinya sekarang ini. Saat seorang murid ingin mendekatinya, Sania yang sudah turun dari mobil terlebih dulu memegang tangannya. "Jangan ganggu Nona kami!" Ucap Sania. Dia sengaja mengubah panggilan dari Nyonya menjadi Nona, mengingat jika Naura belum lulus kuliah. Dia tentu saja tidak mau, jika majikannya akan menimbulkan kegaduhan di universitas karena pernikahan dadakan. "Ayo Nona Naura, ikut saya ke ruang rektor!" ucap Sania seraya memberikan Naura jalan. Naura mengangguk, lalu berjalan lebih dulu. Semua orang tercengang, setelan mendengar Sania menyebut nama Naura. Disekolah, Naura sering dijadikan sasaran pembullyan karena semua penghuni sekolah iri. Dengan kecerdasan otak yang Naura miliki, Naura berhasil menciptakan Teknologi Inti 'Biome' bahkan ia juga sangat pandai melukis dan menyulam. Karyanya sering memenangkan lomba juara internasional. Dan alasan lain kenapa Naura sering menjadi sasaran pembullyan, karena Laura. Laura mengatakan kepada seluruh penghuni sekolah, jika Naura adalah anak seorang pelakor yang menggoda ayahnya. Bukan itu saja, Laura juga mengatakan kalau Naura sebenarnya anak haram yang terpaksa dirawat ayahnya. Semua orang tentu percaya dengan ucapan Laura, mengingat Naura bisa masuk ke universitas Taruna karena jalur prestasi. Dan itu pun harus menempati kelas terburuk ditambah lagi penampilan Naura yang seperti gembel. Karena keluarga Alfa juga termasuk jajaran orang berada dikampus. Walaupun perusahaan Alfa bukan perusahan besar. Tapi penampilan Naura sebelumnya membuat semua orang dikampus mempercayai ucapan Laura. Seorang mahasiswa berkata dengan wajah tidak yakin, "Gadis itu beneran murid baru-kan? Bukan Naura Serene?" Beberapa temannya yang berada tak jauh darinya hanya bisa menggedikkan bahu mereka. Sementara itu, Naura malah merasa sangat risih. Saat berjalan di koridor sekolah, banyak sekali tatapan kekaguman yang ditunjukkan oleh para mahasiswa laki-laki yang berpapasan dengannya. Mahasiswa laki-laki itu yang sering mengatainya itik buruk lupa, jelek bahkan pernah saat dia terjatuh saat salah satu dari mereka menyenggolnya. Tidak ada satupun dari mereka yang membantunya, bahkan ada yang menginjak tangannya dan menatapnya penuh penghinaan. Mengingat hal itu, hati Naura merasa sangat sakit. Dia terus melangkah ke ruang rektor, tapi dia terkejut saat mendapati Daniel disana. "Naura ... "Naura melangkah cepat meninggalkan keramaian pesta jamuan bisnis yang penuh dengan suara tawa dan percakapan berbisik. Apalagi di tambah dengan pertengkaran yang dilakukan oleh Liam dan Steven, ia merasa seperti tidak mempunyai ruang Nafasnya terasa sesak, seolah udara di dalam ruangan itu berubah menjadi beku yang mengekang pikirannya. Ia mencari udara segar di teras, berharap bisa meredakan kegelisahan yang merayap di dadanya. Mengingat jika sekarang dirinya sedang hamil, seringkali merasa moodnya sering berubah. Tiba-tiba, sebuah dorongan keras membuat tubuh Naura kehilangan keseimbangan. Ia terhuyung dan terjatuh ke arah kolam renang yang ada di samping taman belakang. Mata Naura melebar, jantungnya berdegup kencang saat ia menoleh dan melihat Laura berdiri dengan senyum sinis di bibirnya. Seketika Daniel muncul dari balik kerumunan dengan langkah tegap dan mata yang menyala penuh tekad. Ia melangkah cepat ke arah Naura yang hampir terjerembab ke air. Tanpa
"Kamu mengenal istri Liam?" celetuk Victor dengen nada sedikit terkejut, tapi ntah kenapa ia merasa jika hubungan Steven dengan Naura tidak sesederhana itu. Steven diam, ia berharap Naura menanggapi ucapannya. Saat ingin menanggapi ucapan Steven, Victor sudah menyela ucapannya. "Kalau kalian mengenalnya, Tapi kenapa kalian berdua tidak memperkenalkannya padaku?" tegur Victor dengen suara pura-pura kesal. Walaupun ia sudah pernah mendengar rumor pernikahan Liam, tapi itu hanya rumor, tentu saja ia ingin tahu fakta yang sebenarnya terjadi. Liam dan Steven sama-sama diam, tdiak menangapi ucapan Victor. Lalu tatapan Liam menatap tajam ke arah Steven, "Bagaimana pun juga Naura istriku, bahkan dia juga sedang hamil anakku. Aku nggak akan pernah berniat untuk menceraikannya." Victor memegang dadanya terkejut, ia menatap Liam dengan tatapan bingung penuh tanda tanya. "Naura sudah hamil empat bulan sekarang, dan selama kehamilannya kamu selalu bersama dengan Kanaya." sah
"Rencana?" tanya Laura pura-pura. Daniel sontak Laura dengan tatapan tajam, wajahnya bahkan berubah merah padam. Ia sudah tidak bersikap sungkan lagi pada gadis jahat itu. "Sekarang simpan saja aktingmu itu untuk orang lain, kesedihanmu sama sekali tidak berpengaruh padaku." "Sekarang aku memberikan waktu padamu selama sebulan, Naura harus sudah bisa berada di sisiku. Kalau tidak jangan harap kamu masih bisa jadi mahasiswa di kampusku, dan keluarga Alfa mu bisa keluar dari krisis kebangkrutan." ancam Daniel. Laura menatap Daniel, matanya yang biasanya tenang kini menyimpan bara amarah yang sulit disembunyikan. Apalagi saat melihat Daniel memalingkan pandangannya dari dirinya dan menatap ke arah Naura dengan penuh kelembutan. Dalam hatinya, suara kecil itu mengumpat tajam, "Bukankah dulu kak Daniel begitu perhatian padaku? Kenapa sekarang dia malah mengejar Naura? Apa istimewanya Naura sampai-sampai harus dilirik lagi, padahal dia sudah punya suami?" Tatapan Laura ta
Steven tidak memperdulikan ucapan sahabatnya, wajahnya sekarang ini nampak masam. Ibunya sekarang khawatir, "Steven, ibu nggak bisa membantumu. Bagaimana pun juga, kita nggak bisa menyinggung keluarga Arnold." Solar Alan ibunya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia juga tidak bisa memaksa putranya menikah dengan wanita lain. Mengingat orang yang patah hati, bisa melakukan hal yang sangat kejam tanpa berpikir dulu. Bagaimana pun juga, Steven adalah putra tunggalnya. Mengingat selama ini juga putranya tidak pernah suka atau pun jatuh cinta pada siapapun. Steven tetap diam, tidak pernah menanggapi ucapan ibunya. "Steven ... " Solar memegang lembut pergelangan tangan anaknya. Tapi, Steven malah menghempaskan tangan ibunya dengan kasar. "Kenapa sekarang ini cerewet sekali? Kalau ibu menyuruhku menyerah, itu nggak akan pernah mungkin terjadi." ujar Steven. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepalanya, menatap putranya dengan sedih. "Apakah ibu lupa? Kalau gadis itu a
Naura membuka matanya perlahan saat sebuah sentuhan lembut menyapu pipinya. Kedua tangannya seketika berhenti, matanya melebar penuh kebingungan saat menyadari ada dua wanita perias duduk di sisi ranjangnya, sibuk merapikan riasan wajahnya dengan gerakan cekatan dan penuh perhatian. Tatapan Naura melayang mencari-cari sesuatu, lalu bertemu dengan sosok Liam di sudut ruangan yang tampak serius, sibuk berganti-ganti layar ponselnya tanpa menoleh. Perasaan bingung bercampur canggung merayapi hati Naura, hingga Liam akhirnya menoleh dan tersenyum tipis, mencoba menenangkan. "Jamuan bisnis akan dimulai dua jam lagi," ucapnya lembut, menenangkan kebingungan istrinya. Seorang perias dengan suara halus mendekat, "Bisa bangun, nyonya? Kami ingin mulai membuat sanggul agar penampilan anda semakin anggun." Naura mengangguk pelan, tubuhnya bergerak dengan hati-hati saat bangkit dari ranjang. Liam yang menyaksikan itu tertegun, matanya membelalak kagum. Selama ini, ia belum pe
Sore harinya, Helena masuk ke dalam kamar putranya. Disana ia melihat Liam yang sedang memandangi istrinya yang tertidur pulas. "Sekarang apakah kamu menyesal? Karena nggak dengerin ucapanku," celetuk Helena, hal itu sungguh membuat Liam terkejut. Karena ia tidak melihat siluet ibunya saat masuk ke dalam kamarnya. Liam segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar kembali, sebenarnya ingin mengakuinya, tapi ia terlalu gengsi. "Nggak ada penyesalan, lagian Naura itu istriku. Dia pasti akan kembali padaku, diperutnya juga ada darah dagingku." Ia terlihat sangat percaya diri. Helena hanya bisa menghembuskan napas kasar, setelah mendengar ucapan putranya. Ia hanya bisa berharap semoga Naura tidak mendengar ucapan Liam. "Terserah kamu-lah. Yang penting ibu sudah mengingatkan mu," sahut Helena tanpa daya, ia ingin keluar tapi malah teringat sesuatu. "Oh ya, ibu sudah memesankan gaun untuk Naura. Ibu mengatakannya karena ingin meminta ijin padamu, untuk mengajak Naura pergi