Daniel malah memegang pergelangan tangan Naura.
"Daniel lepaskan!! Apa yang kamu lakukan sekarang?" Teriak Naura dengan suara marah. "Wow ... " Daniel hanya menanggapi amarah Naura dengan tatapan kekaguman. Karena Naura sekarang ini sangatlah cantik, persis seperti sosok Dewi yang ada didalam mimpinya. Sementara Naura malah merasa risih dengan tatapan Daniel. "Daniel, lepaskan!! Kita itu sudah putus sekarang," ucap Naura, walaupun dalam hatinya ada sedikit rasa takut, ia memaksakan dirinya untuk tetap bersikap berani. Daniel berkata dengan nada suara penuh kasih. "Naura, kita belum putus." "Kalau gitu sekarang aku minta putus!!" Sergah Naura dengan suara sedikit marah. Daniel malah berniat menarik Naura ke dalam pelukannya, tapi aksinya tiba-tiba dihentikan seseorang. "Siapa kamu?" tanya Daniel, ekspresi wajahnya terlihat sedikit ketakutan. Naura memperhatikan pria yang berdiri disampingnya, dari samping wajah pria itu terlihat sangat tampan. Walaupun memiliki kulit yang pucat. "Aku adalah suami dari Naura," jawab Liam acuh, terdengar sedikit amarah dari suaranya. . Daniel yang mendengar jawaban dari Liam, ketakutannya langsung lenyap. Ia malah tertawa. Dahi Liam mengkerut, belum pernah ada orang yang menertawakan dirinya seperti ini. "Apakah kamu tidak mengenaliku Tuan Mananta?" tanya Liam, ekspresi wajahnya terlihat sangat menakutkan. Sementara Daniel malah semakin tertawa lebar. "Memangnya kamu siapa? Siang harus harus memakai sun block setebal itu!" Titah Daniel seraya memegang tangan Liam yang ingin meninjunya. Tapi diujung jari tangannya tidak ada sun block yang tertempel, bahkan dia berusaha mengikis tangan porselen Liam dengan ujung kukunya. Daniel tetap saja tidak menemukan sisa sun block. "Apakah kamu Tuan Liam Arnold?" tanya Naura menahan takut, karena setelah ia memperhatikan wajah itu dengan sangat jeli. Wajah pria itu seperti mayat didalam peti saat akan dilakukan prosesi pernikahan. Nama Liam Arnold dinegeri ini sangat terkenal, bahkan beberapa berita bisnis sering menyebut namanya tapi tidak ada satupun dari mereka yang menunjukkan wajah Liam Arnold. Liam Arnold orang yang sangat sulit ditemui, walaupun ada kerjasama antar perusahaan. Biasanya pria itu akan menunjuk Dylan. Dia tipe orang yang sangat-sangat sulit untuk didekati. Daniel pun memilih melepaskan tangan Liam, tapi yang terjadi Liam malah mencakar pergelangan tangan Daniel. Ia terkesiap kaget, kala melihat luka cakar ditangannya yang sangat dalam. "Kenapa kamu mencakar ku? Ini sakit," kata Daniel seraya melirik ke arah Naura. Naura hanya acuh, bukanya memperhatikan Daniel. Ia malah fokus menatap ke arah Liam. "Tuan ... Tuan Liam, apakah tangan Anda baik-baik saja!" Bagaimana pun juga, Daniel selama ini tidak pernah peduli padanya. Saat berada dirumah Liam dan melihat kehangatan yang diberikan oleh Sania, Naura sudah bertekad dalam hatinya. Akan melupakan Daniel yang berselingkuh dengan Laura, apalagi kata Laura beberapa waktu lalu. Kalau mereka sudah tidur bersama, memikirkan hal itu rasa sakit yang teramat sangat menampar hatinya. Daniel yang melihat ketidak pedulian Naura tentu saja sangat merasa terkejut, Naura sebelumnya yang memprioritaskan dirinya lebih dari apapun. Dan sekarang Naura berubah cuek seperti ini, sungguh Daniel merasa belum siap menerima perubahan sikap Naura yang tiba-tiba. Naura mengambil sesuatu dari tas, mengeluarkan sebuah kotak mirip P3K untuk mengobati tangan Liam. Sementara Liam yang sebenarnya tidak membutuhkan perawatan apapun, hanya diam membiarkan istrinya yang mengobati luka lecet ditangannya. Karena ulah Daniel sebelumnya. Iya luka ditangan Liam hanya luka lecet, dan luka ditangan Daniel luka yang dalam. Bahkan tanpa Naura obati pun, luka itu akan sembuh dalam beberapa detik jika Liam menginginkannya. Tapi Naura tidak peduli, bagaimana pun juga Liam adalah suaminya, apalagi Liam sudah memberikan dirinya kehidupan yang lebih layak dan yang lebih penting, pria itu sudah menyembuhkan matanya. Hatinya menghangat, melihat ketulusan yang ditunjukan oleh Naura. Daniel yang merasa diabaikan mendekat "Naura .... Aku sudah berkali-kali menghubungi nomor mu. Tapi nomormu nggak aktif dan nggak bisa dihubungi." Naura masih diam, tidak menanggapi ucapan Daniel. Akhirnya Daniel teringat, malam itu Naura menelponnya meminta bantuan. Tapi karena sebelumnya dia diberitahu Thomas Alfa kalau putrinya sudah kabur dengan pria lain, Daniel yang merasa cemburu gelap mata. Dan saat mabuk berat, ia malah bertemu Laura di club. Ia akui, jika dirinya begitu terpesona dengan kecantikan Laura. Tapi untuk perasaan, dia tetap mencintai Naura walaupun gadis itu tidak menarik dimatanya. Makanya, selama ini dia belum bisa bilang putus ke Naura. Daniel yang masih diabaikan beranggapan Naura pasti marah karena malam itu, saat Laura mengangkat telepon darinya. "Aku yang tidak bisa menghubungi mu datang kerumahmu, dan kata keluargamu kamu kabur bersama pria lain, makanya malam itu kamu waktu menelpon ku dengan nomor asing. Aku dalam posisi mabuk .... dan Laura ... " Ucapan Daniel terhenti. Saat Naura menyela ucapannya. "Nggak perlu menjelaskan bagaimana kamu menghabiskan malam yang indah dengan Laura. Aku nggak peduli sama sekali, yang penting sekarang kita sudah putus." Naura menarik tangan suaminya yang tidak terluka, karena ia sudah selesai mengobati luka ditangan Liam. Liam memilih diam dalam ketegangan istrinya dan mantan pacarnya, mengingat pernikahannya dengan Naura juga tiba- tiba dan baru juga saling mengenal. Daniel kembali mengejar Naura, ia ingin kembali memegang tangan Naura. Tapi tangannya kembali ditepis oleh Liam. "Naura pokoknya aku nggak mau putus!" "Terserah," ucap Naura kembali ingin mengajak suaminya pergi. Saat tatapannya tak sengaja menatap ke arah Liam, Naura terkejut saat melihat kulit suaminya yang memerah ingin melepuh. Bahkan beberapa kulit sudah terkelupas dan hampir jatuh. "Gawat, jangan sampai ada yang lihat!"Liam berlari tergesa-gesa ke taman belakang, napasnya terengah-engah, jantungnya berdebar tak menentu. Di sana, dia melihat Naura tergeletak lemah di tanah, kulitnya pucat dan napasnya tersengal-sengal. Daniel dengan sigap memberikan bantuan napas buatan, wajahnya penuh kecemasan. Amarah Liam membara di dadanya, matanya menyipit saat bibir Daniel menempel ke bibir istrinya. Namun, sebelum Liam sempat melancarkan kata-kata atau gerakan apapun, Steven sudah melesat maju, tinjunya menghantam Daniel dengan keras. Suara pukulan itu menggelegar, menciptakan ketegangan yang membekukan suasana. Liam menahan amarahnya sejenak, menyaksikan pertengkaran yang semakin memuncak. Segera, ia berbalik dan mendekati Naura, mengangkat tubuhnya dengan hati-hati namun penuh kepedihan. Tubuh Naura begitu rapuh dalam pelukannya, seperti bunga yang hampir layu. Liam menatap wajah istrinya yang masih terpejam, doa dan harapan berkecamuk di matanya. Dengan langkah cepat namun manta
Naura melangkah cepat meninggalkan keramaian pesta jamuan bisnis yang penuh dengan suara tawa dan percakapan berbisik. Apalagi di tambah dengan pertengkaran yang dilakukan oleh Liam dan Steven, ia merasa seperti tidak mempunyai ruang Nafasnya terasa sesak, seolah udara di dalam ruangan itu berubah menjadi beku yang mengekang pikirannya. Ia mencari udara segar di teras, berharap bisa meredakan kegelisahan yang merayap di dadanya. Mengingat jika sekarang dirinya sedang hamil, seringkali merasa moodnya sering berubah. Tiba-tiba, sebuah dorongan keras membuat tubuh Naura kehilangan keseimbangan. Ia terhuyung dan terjatuh ke arah kolam renang yang ada di samping taman belakang. Mata Naura melebar, jantungnya berdegup kencang saat ia menoleh dan melihat Laura berdiri dengan senyum sinis di bibirnya. Seketika Daniel muncul dari balik kerumunan dengan langkah tegap dan mata yang menyala penuh tekad. Ia melangkah cepat ke arah Naura yang hampir terjerembab ke air. Tanpa
"Kamu mengenal istri Liam?" celetuk Victor dengan nada sedikit terkejut, tapi ntah kenapa ia merasa jika hubungan Steven dengan Naura tidak sesederhana itu. Steven diam, ia berharap Naura menanggapi ucapannya. Saat ingin menanggapi ucapan Steven, Victor sudah menyela ucapannya. "Kalau kalian mengenalnya, Tapi kenapa kalian berdua tidak memperkenalkannya padaku?" tegur Victor dengan suara pura-pura kesal. Walaupun ia sudah pernah mendengar rumor pernikahan Liam, tapi itu hanya rumor, tentu saja ia ingin tahu fakta yang sebenarnya terjadi dari orang yang terlibat. Liam dan Steven sama-sama diam, tidak menangapi ucapan Victor. Lalu tatapan Liam menatap tajam ke arah Steven, "Bagaimana pun juga Naura istriku, bahkan dia juga sedang hamil anakku. Aku nggak akan pernah berniat untuk menceraikannya." Victor memegang dadanya terkejut, ia menatap Liam dengan tatapan bingung penuh tanda tanya. "Naura sudah hamil empat bulan sekarang, dan selama kehamilannya kamu selalu ber
"Rencana?" tanya Laura pura-pura lupa. Daniel sontak menatap Laura dengan tatapan tajam, wajahnya bahkan berubah merah padam. Ia sudah tidak bersikap sungkan lagi pada gadis jahat itu. "Sekarang simpan saja aktingmu itu untuk orang lain, kesedihanmu sama sekali tidak berpengaruh padaku." Ekspresi Laura nampak terkejut, ia kira Daniel hanya marah sekilas. Seperti sebelumnya saya ia ketahuan melakukan kesalahan, dan amarahnya tidak akan berlangsung lama. Ia tidak menyangka, Daniel akan marah selama ini pada dirinya. "Sekarang aku memberikan waktu padamu selama sebulan, Naura harus sudah berada di sisiku. Kalau tidak jangan harap kamu masih bisa jadi mahasiswa di kampusku, dan keluarga Alfa mu bisa keluar dari krisis kebangkrutan." ancam Daniel. Laura menatap Daniel, matanya yang biasanya tenang kini menyimpan bara amarah yang sulit disembunyikan. Apalagi saat melihat Daniel memalingkan pandangannya dari dirinya dan menatap ke arah Naura dengan penuh kelembutan. Dalam
Steven tidak memperdulikan ucapan sahabatnya, wajahnya sekarang ini nampak masam. Ibunya sekarang mendekat dengan wajah khawatir, "Steven, ibu nggak bisa membantumu. Bagaimana pun juga, kita nggak bisa menyinggung keluarga Arnold." Solar Alan ibunya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia juga tidak bisa memaksa putranya menikah dengan wanita lain. Mengingat orang yang patah hati, bisa melakukan hal yang sangat kejam tanpa berpikir dulu. Bagaimana pun juga, Steven adalah putra tunggalnya. Mengingat selama ini juga putranya tidak pernah suka atau pun jatuh cinta pada siapapun. Steven tetap diam, tidak pernah menanggapi ucapan ibunya. "Steven ... " Solar memegang lembut pergelangan tangan anaknya. Tapi, Steven malah menghempaskan tangan ibunya dengan kasar. "Kenapa sekarang ini cerewet sekali? Kalau ibu menyuruhku menyerah, itu nggak akan pernah mungkin terjadi." ujar Steven. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepalanya, menatap putranya dengan sedih. "Apakah ibu lu
Naura membuka matanya perlahan saat sebuah sentuhan lembut menyapu pipinya. Kedua tangannya seketika berhenti, matanya melebar penuh kebingungan saat menyadari ada dua wanita perias duduk di sisi ranjangnya, sibuk merapikan riasan wajahnya dengan gerakan cekatan dan penuh perhatian. Tatapan Naura melayang mencari-cari sesuatu, lalu bertemu dengan sosok Liam di sudut ruangan yang tampak serius, sibuk berganti-ganti layar ponselnya tanpa menoleh. Perasaan bingung bercampur canggung merayapi hati Naura, hingga Liam akhirnya menoleh dan tersenyum tipis, mencoba menenangkan. "Jamuan bisnis akan dimulai dua jam lagi," ucapnya lembut, menenangkan kebingungan istrinya. Seorang perias dengan suara halus mendekat, "Bisa bangun, nyonya? Kami ingin mulai membuat sanggul agar penampilan anda semakin anggun." Naura mengangguk pelan, tubuhnya bergerak dengan hati-hati saat bangkit dari ranjang. Liam yang menyaksikan itu tertegun, matanya membelalak kagum. Selama ini, ia belum per