Kediaman Tuan Muda Keempat. Angin berhembus kencang, Shen Qi mendongak, menatap keluar jendela, awan pekat menguasai langit ibu kota, menandakan musim dingin akan datang lebih panjang dari biasanya. Di dalam ruang kerja, suasana tetap hening, hanya ada suara ringan hembusan angin yang melintasi telinga. Shen Qi duduk di balik meja, sebuah surat telah dibuka dan diletakkan di samping tangannya. Cap merahnya sudah dibuka rapi, dan kertas tipis itu sedikit mengerut di sudut karena uap dari cangkir tehnya yang belum tersentuh.Itu adalah surat dari Zhong Li.Bukan hal yang mengejutkan. Shen Qi membaca isinya dengan tenang, lalu meletakkannya kembali di atas meja.“Memang tisak disangka-sangka, Pangeran Pertama bergerak ke Beizhou …, karena Ying Shi,” gumamnya rendah.Shen Qi tak bisa menyalahkannya. Jika dia adalah Pangeran Pertama, dia pun akan melakukan hal yang sama. Ying Shi adalah bayangan tertua yang pernah dimiliki sang pangeran—pengawal pribadi yang pernah menyelamatkan hidupny
Nanzhou. Distrik Kesenangan.Zhong Li berdiri di depan pintu sebuah rumah hiburan yang sangat ramai. Orang-orang yang berlalu-lalang memperhatikan pakaiannya yang gelap dan misterius.Sebuah kain menutupi wajahnya dari hidung hingga leher. Dan mengenakan caping lebar.Langkahnya terlihat mantap. Dia datang ke tempat ini, bukan untuk bersenang-senang dengan wanita.Ada seseorang yang harus dia temui di sini. Dia didekati seorang pelayan. Lalu dia membisikkan sebuah kode.“Baik, Tuan. Xiao Yi akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.” Pelayan itu adalah mantan penghibur yang bekerja di kediaman lama Lv Xian.Setelah Lv Xian dipindahkan ke tempat ini, dia juga membawa semua prajurit berharganya, dan menempatkan mereka kembali ke rumah hiburan ini.Beberapa di antara mereka kembali menjadi penghibur kelas atas, beberapa yang lain memilih tetap menjadi pelayan.Lorong panjang itu harum oleh dupa dan suara kecapi samar dari balik pintu yang setengah terbuka. Tapi langkah Zhong L
Li Shu tertegun. Gerakannya tertahan, dia menatap Ying Shi dengan raut wajah tidak percaya. Dalam hati, ia merasa senang, tapi yang sebenarnya ia rasakan adalah gelisah dan waspada. Ia menatap mata Ying Shi yang hanya memantulkan kejujuran. Laki-laki ini tidak mengenal siapa pun setelah kehilangan ingatannya. Dan dia tahu jelas, bahwa mungkin saja yang dikatakan Ying Shi itu adalah hal yang dirasakannya setelah kehilangan ingatan, bukan sandiwara untuk menarik dirinya kembali ke dalam lembah bermasalah. “Tuan Ying Shi, apakah Anda mengingat siapa Anda?” tanya Li Shu, pelan. Mencoba meminimalisir perasaan curiga yang mungkin tak sengaja ditampakkan. “Kenapa Nona Li bertanya seperti itu?” Li Shu mengedipkan mata, mencoba mencari jawaban lain. “Ya …, mungkin saja Anda mengingat sesuatu setelah mengatakan perasaan Anda.” Ying Shi mengulas senyum tipis. “Kau khawatir perasaanku ini tidak sungguhan?” “Tidak begitu!” Li Shu segera membantah. “Apakah memerlukan pembuktian?” Ying Sh
Li Shu segera menjatuhkan lutut dan bersujud. “Saya tidak berani.”Melihat penyelamatnya yang sampai merendahkan diri di depan seorang pria, Ying Shi segera berlutut dan berkata, “Mohon maafkan Nona Li Shu, Yang Mulia. Beliau hanya terlalu memperhatikan saya saja.” Pangeran Pertama mulai merasa jengkel. Hanya karena kehilangan ingatan, Ying Shi yang paling tangguh dan paling jeli matanya itu tiba-tiba saja menjadi tidak berguna seperti ampas. Dia bahkan menjatuhkan lutut demi seorang wanita. Sama sekali tidak seperti Ying Shi yang diketahuinya. “Kalau aku meninggalkannya di sini, apa kau tetap bersedia ikut denganku?” tanya Pangeran Pertama. Bagaimana pun, Ying Shi masih bawahannya. Dan Ying Shi mungkin mengingat sesuatu yang penting sebelum kehilangan ingatannya. Dia harus mendapatkan kembali ingatan itu sebelum Ying Shi benar-benar menjadi pria bodoh yang tidak berguna. Ying Shi tampak berpikir, dia menjawab pelan, “Saya tidak berani menolak perintah Yang Mulia. Tapi saya ben
Beizhou. Kediaman Li. Pangeran Pertama keluar dari gerbong kereta kuda. Menatap gerbang kediaman ajudannya, Li Jun. Untuk menjemput Ying Shi. Begitu gerbang terbuka, seorang wanita tampak berdiri tenang di depan pintu Aula Utama. Menatap dua orang yang ‘bertamu’ ke kediamannya. “A-Shu.” Li Jun tersenyum tipis. “Beri salam kepada Yang Mulia Pangeran Pertama.” Li Shu, wanita yang berdiri itu, termangu. Menatap Pangeran Pertama dengan sorot yang dalam, seolah kerindungan menggantung dengan berat di sana. Pangeran Pertama menaikkan sebelah alis, ‘Ada apa dengan wanita ini?’“A-Shu.” Li Jun memanggilnya lagi. “Ah, iya.” Li Shu menyadarkan diri dari lamunan. Lalu menekuk lututnya sedikit dan menautkan kedua tangan dengan siku sejajar dengan bahu. “Salam untuk Yang Mulia Pangeran Pertama. Saya Li Shu, putri tunggal Tuan Li Jun. Saya merasa terhormat bisa bertemu secara langsung dengan sosok yang dilayani ayah saya. Mohon maafkan tindakan lancang saya sebelumnya, Yang Mulia.” Pangera
Malam sudah larut. Lampu-lampu minyak sudah berkurang jumlahnya. Hawa dingin menyergap, salju mulai turun. Shen Qi berjalan di selasar dan mendapati ibunya, Qin Wanzhi baru saja keluar dari kamar Shen Qi. Mereka berpapasan di lorong, Shen Qi berhenti untuk menyapanya. “Ibu, selamat malam.” “Kau baru kembali?” Qin Wanzhi berbisik sambil melotot. “Urusan penting tidak bisa ditunda, Ibu.” She. Qi menghela napas pelan. Kalau bukan karena gadis yang tiba-tiba dicurigai itu, Shen Qi tidak akan pulang terlambat malam ini. “Apakah besok jadwalmu padat?” tanya Qin Wanzhi. Shen Qi menggeleng. “Apakah Ibu ingin membicarakan sesuatu denganku?” “Luangkan waktumu besok pagi untuk bertemu Ibu. Malam ini kau segeralah beristirahat, Xue Ningyan juga baru tidur karena sepanjang hari Xiao Yan hampir selalu menangis.” Shen Qi terdiam sejenak. Xue Ningyan pasti kelelahan. “Baik, Ibu.” Dia pun pergi menuju kamarnya. Pintu dibuka perlahan supaya tidak mengeluarkan suara yang mengganggu ketenangan