Home / Zaman Kuno / Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam / Bab 44 : Bukan Orang Yang Benar-benar Tidak Berguna

Share

Bab 44 : Bukan Orang Yang Benar-benar Tidak Berguna

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2025-03-11 07:38:39

Esok harinya, Liu Ling dijemput untuk berkumpul di ruang makan bersama keluarga Jenderal Ye. Dia melongok ke kamar tamu sebelahnya untuk melihat apa yang sedang dilakukan Shen Qi.

Lalu seorang pelayan mendekat dan memberitahunya, “Tuan Muda Keempat sepertinya sudah bangun, Putri. Soalnya beliau tidak ada di kamar, saya sudah memanggilnya dari tadi.”

“Oh, begitu, kah?” Liu Ling tersenyum, “Memang benar sih, Shen Qi selalu bangun pagi dan pergi jalan-jalan di luar sampai pukul delapan. Sepertinya sebentar lagi pulang.”

“Wah …, Putri sangat memahami Tuan Muda, ya.” Pelayan itu tersenyum geli, “Kalau begitu saya pergi dulu, Putri.” Pelayan itu lalu melangkah pergi.

Liu Ling pergi ke ruang makan keluarga Jenderal Ye bersama pelayan yang mendampinginya. Saat tiba di sana, Jenderal Ye dan istrinya sudah menunggu.

Juga ada seorang anak perempuan berusia dua belas tahun dan anak laki-laki seusia dengannya yang duduk di sana.

“Selamat pagi, Putri, apakah tidur Anda nyenyak?” Jenderal Ye te
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 182 : "Ba-Ba-bb-bayi?!"

    Sebelum pergi ke ruang makan untuk berkumpul dengan Xiao Ci lagi, Gu Wan memberi saran agar Xue Ningyan merias wajah dan mengganti pakaian. “Selama berada di sini, Anda tidak memiliki aura seperti nona dari keluarga bangsawan, tahu?” Gu Wan terkekeh pelan, “Karena sekarang pelayan lama Anda sudah datang, mari kembali membangkitkan aura yang bersinar itu!” “Sepertinya kamu yang lebih bersemangat, ya,” Xue Ningyan hanya tersenyum kaku. Tapi Gu Wan seperti tidak mendengarnya, ia menatap barisan pakaian Xue Ningyan yang ada di dalam lemari. “Nona, apakah Anda menyadari sesuatu?” Gu Wan bertanya dengan suara rendah. “Menyadari apa?” Xue Ningyan memiringkan kepala, bertanya penasaran. Gu Wan berbalik dengan mata yang hampir melompat keluar. “Nona Xiao Ci itu …, tidak memberi reaksi apa pun saat bertemu Anda pertama kali!” Xue Ningyan terdiam kaku, “Hah? Bukankah tadi itu sampai sangat berisik?”“Bukan bagian itu, Nona!” Gu Wan tertunduk dengan kedua tangan mengepal hingga bergetar.

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 181 : Bertemu Kembali Dengan Xiao Ci

    “Nyonya Muda …!!! Huaa …! Akhirnya saya bertemu dengan Anda, Nyonya Muda!” tangisan keras terdengar dari mulut Xiao Ci yang terbuka lebar. Xue Ningyan mematung di tempat dengan jantung berdebar. Entah kenapa, rasanya menggembirakan sekali ….“Xiao Ci? Benarkah itu kau?” “I-ini saya, Xiao Ci! Saya sudah sangat lama menunggu Anda kembali! Tapi Anda tak kunjung kembali, huaa, Nyonya Muda, saya sangat senang!” Xiao Ci masih merengek. Xue Ningyan tersenyum, “Akhirnya …, Xiao Ci, akhirnya aku bertemu denganmu.” Xue Ningyan melangkah maju dan memeluknya dengan erat. Xiao Ci membalasnya dengan tulus. “Saya senang Anda sudah baik-baik saja, sungguh, saya sangat senang.” ***Setelah pertemuan mengharukan itu, Gu Wan mengajak Xiao Ci duduk di Aula Pertemuan. Dan meminta pelayan untuk menghidangkan makanan ringan dan teh yang berkualitas. Gu Wan tersenyum ramah, “Maaf, Nona Xiao Ci. Kediamanku sangat sepi, jadi aku tidak bisa menghidangkan sesuatu yang lebih istimewa, padahal kau adalah ora

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 180 : 20 Tahun Yang Lalu

    Dua puluh tahun yang lalu. Saat Xue Ningyan pergi ke Wilayah Barat setiap hari minggu bersama ibunya untuk beramal seperti biasanya, ia tidak melihat anak laki-laki yang selalu duduk di tepi sungai itu lagi. Ia termenung di tepian sungai sambil mendengar riak air yang tenang. Kerikil yang biasanya semakin terkikis perlahan karena dilempari ke dasar sungai oleh anak itu, kini tidak berkurang lagi jumlahnya. “Ke mana dia? Apakah ditindas anak-anak lain lagi?” Xue Ningyan bertanya dalam diam. Tubuh mungil yang lemah itu berlari kecil menuju tempat ibunya berada. Tampaknya, wanita tua yang selalu memanggil anak itu dengan sebutan ‘Pangeran’ itu juga dekat dengan ibunya. Dia berpikir akan mendapat sebuah jawaban jika bertemu dengannya. Tapi hari itu cukup aneh suasananya. Ia tidak memasuki desa bersama ibunya karena berkata ingin bertemu anak itu dulu di tepi sungai. Begitu memasuki desa, suasana terlihat sepi. Langkahnya melambat. Terdengar isak tangis dari kejauhan. Hatinya mula

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 179 : 25 Tahun Yang Lalu

    Setelah berpakaian rapi dan menyelesaikan sarapan, Xue Ningyan diminta menunggu di paviliun oleh Pangeran Pertama. Gu Wan menemaninya sambil menyeduhkan teh yang baik untuk kesehatan. Wajahnya selalu tersenyum, tapi hari ini, Xue Ningyan melihat ada sesuatu yang berbeda dari ekspresi wajah Gu Wan. “Apakah ada sesuatu yang mengganggumu, Gu Wan?” tanya Xue Ningyan. Tangannya sedang menyulam lagi, tapi kali ini bukan bunga osmanthus. Karena bunga kamelia yang ada di setiap sisi taman ini terlalu cantik dan indah untuk dilewatkan. Dengan penuh pertimbangan, Gu Wan menjawab, “Sebenarnya, ini adalah sesuatu yang sudah sangat lama disembunyikan oleh sedikit orang yang mengetahuinya, Nona.” “Bahkan ada larangan khusus dari Baginda Kaisar untuk tidak pernah membicarakan perihal ini lagi. Tapi saya merasa kalau Anda harus mendengarnya agar bisa lebih nyaman saat bersama Yang Mulia Pangeran.” Gerakan tangan Xue Ningyan terhenti, dia menatap Gu Wan yang hanya memandangi teko teh yang mengep

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 178 : "Takhta Permaisuri Pun Akan Kuberikan."

    “Ukh!” Xue Ningyan meringis kesakitan. Napasnya menderu secara tiba-tiba, Pangeran Pertama yang tertidur di sebelahnya terkejut dan langsung mendekatinya dengan cemas. “Ada apa, Xue Ningyan?” tanyanya, dengan tatapan yang begitu khawatir. “Ja-jangan mendekat!” Xue Ningyan beringsut mundur. Menutupi kedua telinganya seperti orang ketakutan. “Xue Ningyan? Ada apa denganmu? Katakan padaku, kau kenapa?” Pangeran Pertama berusaha menggapai tangannya. Xue Ningyan menjauh ketakutan, dia memeluk perutnya. “Tenanglah, Nak, Ibu akan menjagamu, Ibu akan menjauhkanmu dari orang itu, kumohon, tenanglah ….” Xue Ningyan bergumam dengan suara bergetar. Pangeran Pertama menatap dengan bingung, “Xue Ningyan, ada apa? Apakah ada yang sakit? Tolong katakan padaku, aku khawatir …, aku sangat khawatir, Xue Ningyan ….” Xue Ningyan membuka matanya perlahan, menatap Pangeran Pertama yang menatapnya dengan segenap kekhawatiran. “Aku akan memanggil Gu Wan, sebentar, ya. Xue Ningyan, bertahanlah!” Panger

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 177 : "Menikahlah Denganku, Xue Ningyan."

    Esok harinya.Xue Ningyan membuka mata setelah beristirahat cukup lama. Ia mengedarkan pandangannya di dalam kamar yang gelap.Hidungnya mencium aroma yang tak asing. Lantas ia menatap tepian ranjangnya, dan melihat Pangeran Pertama tertidur di sana.Xue Ningyan memasang wajah penuh rasa bersalah, “Lagi-lagi dia mengabaikan semuanya demi menjagaku.” Ia berusaha untuk meluruskan tubuhnya karena terlalu lelah miring ke kanan. “Ukh ….” Ada sedikit nyeri yang muncul di pinggangnya. “Xue Ningyan?” Dan ringisan pelan itu membangunkan Pangeran Pertama dari tidur lelapnya. “Eh, hehe, Yang Mulia. Kenapa Anda harus terbangun?” Xue Ningyan menyeringai lebar. “Bagaimana mungkin kau tidak membangunkanku?” Pangeran Pertama merasa marah. “Aku sudah susah payah mengusir Gu Wan untuk merawatmu. Kau malah bersikeras melakukannya sendirian. Ada apa? Apakah ada yang terasa sakit?” Xue Ningyan terdiam, ‘Pria ini baik sekali ….’“Xue Ningyan, mau kubantu duduk saja?” Pangeran Pertama tersenyum rama

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 176 : Tidak Akan Berbohong

    “Yang Mulia, kenapa Anda tidak membiarkan saya memberi sedikit ‘materi’ pada tabib itu?” Ying Shi bertanya datar. Pertanyaan itu diajukan tepat sebelum ia mengatakan ‘iya’ untuk membawa tabib kediaman Shen yang menyembunyikan kehamilan Xue Ningyan ke Vila Selatan untuk diinterogasi. Pangeran Pertama memang sudah merencanakan itu sejak lama. Ia ingin menyeret tabib itu untuk mengaku di depan Xue Ningyan dan menyatakan sendiri alasan kenapa dia melakukan hal itu. “Bagaimana kalau tabib itu menjawab jujur di depan Nona Xue?” namun kekhawatiran Ying Shi ini bukan tanpa sebab. Karena lumrahnya, orang tidak akan berbohong di depan seorang pangeran. Tapi bisa-bisanya Pangeran Pertama sangat percaya diri dan tidak mengkhawatirkan apa pun? Ying Shi menarik napas panjang, “Lebih baik kita merencanakan sesuatu dulu untuk membawanya ke hadapan Nona Xue, Yang Mulia.” “Sudahlah, Ying Shi …, itu di luar pengaturanku. Aku tidak ingin berbohong di depan Xue Ningyan. Jadi mari bertaruh saja, apak

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 175 : Perintah Rahasia Zhu Mingyue

    Senyap. Xue Ningyan duduk di Aula Utama Vila Selatan ini di samping Pangeran Pertama dengan perasaan gugup. Lalu Ying Shi berdiri di belakang seseorang yang berlutut dengan tubuh gemetar sampai tak berani mengangkat kepalanya dari lantai.Pangeran Pertama memasang wajah datar. Xue Ningyan bertanya-tanya penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ying Shi mengangkat tangan kirinya, dua orang prajurit memasuki aula sambil menuntun seorang wanita hamil. “Apakah dia istrimu, Tabib Kediaman Shen yang dihormati?” tanya Pangeran Pertama. Tabib itu terkejut. Segera menoleh ke belakang dan menemukan istrinya ditawan oleh prajurit berpedang. “Istriku! Istriku! Kenapa kau bisa bersama mereka?” Dia merangkak melewati kaki Ying Shi dan bersujud di bawah kaki istrinya. “Maafkan aku …, aku adalah suami yang tidak berguna, maafkan aku …, aku membiarkanmu disakiti oleh mereka, sungguh aku tidak bisa dimaafkan!” “Suamiku, tenanglah, tenanglah.” Sang Istri berlutut dan menepuk-nepuk pundak su

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 174 : Tidak Boleh Percaya Pada Sembarang Orang

    Jiang Shuyi membuka mata perlahan, langit-langit kamar terasa tidak asing. Ia mengedarkan pandangan, lantas tertegun heran. “Kamarku?” “Ah, Nona Ketiga, Anda sudah bangun?” pelayannya menyapa dengan senyum hangat. Sambil meletakkan sup ayam di atas meja. “Saya dengar Anda demam setelah kehujanan di Istana Selatan. Sebenarnya apa yang Anda lakukan sampai rela kehujanan begitu? Entah bagaimana reaksi Tuan Marquis saat mengetahui putrinya di antar pulang oleh seorang pria asing yang mencurigakan.” “Eh?” Jiang Shuyi terkejut dengan kalimat terakhir pelayannya, “Pria asing katamu?” “Iya, pria yang belum pernah ditemui itu namanya pria asing, kan? Anda bilang jangan seenaknya bergaul dengan pria yang tak dikenal, kan? Kenapa justru Anda yang tiba-tiba pulang dengan salah satu dari mereka?” Jiang Shuyi mengerucutkan bibir, “Bukan pria asing, tahu! Beliau itu orang yang sangat aku kagumi sejak kecil. Dan aku berharap akan mendampingi beliau sampai akhir hidupku.” “Hah? Bukankah Nona Ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status