Beranda / Romansa / Dipuja Dua Penguasa / Part 1 | Membatalkan Rencana Pernikahan

Share

Dipuja Dua Penguasa
Dipuja Dua Penguasa
Penulis: Mocha Latte

Part 1 | Membatalkan Rencana Pernikahan

Penulis: Mocha Latte
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-21 13:18:20

Cafe Memories.

Di tengah aroma kopi yang harum dan suasana yang tenang, seorang wanita berparas cantik membuka pintu kafe.

Sejenak dia berdiri di muka pintu. Matanya berlari ke tiap sudut kafe kesukaan muda mudi itu untuk mencari seseorang.

Sebaik saja netranya menangkap sosok sang pria, dia langsung menyusun langkah penuh keanggunan.

“Hei, Lily! Coba kamu lihat ke ruang privat VIP sana. Wanita berkacamata hitam itu adalah Olivia Hudson, artis populer kesukaan kamu, kan?”

Seorang gadis menepuk lengan temannya berulang kali dengan wajah tak percaya. Matanya membulat dan mulutnya menganga.

Teman satu kuliahnya lantas menoleh ke arah wanita yang dimaksudkan. Kedua kening indahnya terangkat tinggi.

“Kamu benar. Ya Tuhan! Mimpi apa aku semalam hingga bisa bertemu dengan aktris dan supermodel yang sangat terkenal di kota Dashville. Anna, ingatkan aku untuk meminta autograf dari Kak Olivia setelah urusannya selesai,” jawabnya dengan nada senang.

“Sebentar, kenapa Kak Olivia duduk di sana bersama pria asing? Siapa sih orang itu?”

Rasa heran mendadak menguasai diri Anna.

Netra kedua gadis cantik itu mengecil lalu mereka bertukar pandang setelah melihat wajah sang pria yang sedang duduk berhadapan dengan Olivia Hudson.

“Itu Kak Lu–” Bicara gadis berkucir ekor kuda itu terputus gara-gara pukulan ringan dari Lily di lengannya.

Dia mengaduh pelan sembari berkali-kali menggosok lengan untuk mengusir rasa sakit yang tak seberapa.

“Gila… Bagaimana bisa mereka berpikir untuk berkencan di sini? Apa mereka tidak takut kalau wartawan hiburan menulis artikel buruk tentang mereka?"

"Kalau sampai hal itu terjadi, pasti penggemar perempuan akan marah lalu tingkat popularitas Kak Lucas Sullivan kesayanganku menurun!” gerutu Lily– ‘fans garis keras’ Lucas Sullivan, aktor tampan kelas A– tanpa peduli akan lirikan tajam temannya.

“Artikel buruk? Kamu lupa kalau Kak Lucas dan Kak Olivia sudah lama bertunangan? Bahkan mereka akan menikah lagi dua bulan,” sinis Anna sebelum menghabiskan minumannya.

Lily terdiam tidak berkutik gara-gara rasa malu menyelimuti dirinya.

Sementara itu, Olivia duduk seraya bersilang tangan di depan si pria dengan tatapan mata penuh curiga.

“Aku masih ingat kamu sangat suka Iced Americano. Ini, aku sudah memesannya untukmu.” Lucas tersenyum manis.

Olivia melepaskan kaca mata hitamnya lalu segera melemparkan pertanyaan.

“Kenapa kamu mau bertemu denganku di sini? Bukankah kita harus ke butik Claire untuk mencoba baju pengantin?”

Ada sesuatu yang mengganjal di hati Olivia, dan dia bisa merasakan bahwa ada yang tidak beres dengan pria tampan beriris biru ini.

“Salahkah kalau aku ingin minum kopi di sini bersama tunanganku yang tercinta?” balas Lucas, usil.

Dia bahkan sengaja mengerjap-ngerjap matanya.

Olivia melengos lalu hidungnya memuntahkan napas berat.

‘Dasar pria aneh! Setelah dua minggu menghilangkan diri tanpa kabar berita, dia tiba-tiba ingin minum kopi bersamaku? Apa dia pikir aku mudah dibohongi?’ Firasat Olivia makin kuat mengatakan ada hal buruk telah terjadi namun Lucas sengaja menyembunyikannya.

“Rayuan gombal kamu tidak pernah berubah. Ayolah, Luke. Kita sudah saling kenal sedari SMA. Aku tahu ada hal yang mengganggumu. Sudahi basa-basi kamu dan katakan saja sejujurnya.” Olivia berujar tegas.

Saat ini, dia benar-benar tidak mau membuang waktu meladeni rayuan apalagi mendengar omong kosong dari mulut Lucas sedangkan ada banyak urusan yang harus diselesaikan berkenaan pernikahan mereka.

“Hei, tenang. Tak usah terburu-buru. Waktu kita masih banyak untuk bersenang-senang.”

Lucas menyesap kopinya tanpa beban sementara Olivia pula mengembus napas panjang, merasa sebal dengan sikap acuh tak acuh sang tunangan.

“Sebenarnya kamu ingin memutuskan pertunangan kita, kan?” terka Olivia bersahaja namun suaranya terkesan mengejek.

Bukan tanpa alasan dia menebak sebegitu, adik perempuan Lucas sendiri yang bilang padanya kalau hati Lucas sudah beralih arah.

Deg!

Hampir saja Lucas tersedak kopinya sendiri. Segera dia meletakkan cangkir di atas meja.

“Jadi selama ini kamu sudah tahu?” desis Lucas seraya menyeka bibirnya dengan tisu.

Dia menoleh ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Rasa bimbang terbit dalam hatinya kalau-kalau ada pengunjung kafe sedang menguping percakapan mereka.

“Jangan khawatir. Ruang ini kedap suara. Mereka tidak akan mendengar apa pun,” kata Olivia, tenang.

“Jadi… kamu sudah tahu kalau aku…” Karena cemas, Lucas berkata terbata-bata.

Ujung bibir Olivia terangkat membentuk seringai yang menakutkan.

“Sudah tentu. Selama dua minggu kamu menghilang tanpa kabar. Ponselmu tak bisa dihubungi dan manajermu juga tidak tahu ke mana kamu pergi. Bahkan Lynn sendiri bilang kamu tidak lagi mencintaiku. Yah, bisa dibilang kalau adikmu itu tampak sangat… membenciku.” Olivia membalas dingin.

Lucas memijit dahi.

“Sukar sekali untuk aku mengelabui kamu,” sungut Lucas, jengkel.

Olivia mendekatkan wajahnya betul-betul di hadapan muka Lucas.

Lama dia mengamati wajah tampan sang tunangan yang senantiasa menjadi pusat perhatian kaum hawa.

“Aku juga sempat bingung. Apa aku yang terlalu pintar atau kamu yang terlalu bodoh? Ah… Sepertinya kita sama-sama bodoh karena menyetujui rencana perjodohan ini,” bisik Olivia, mengejek.

Tawa kecil meletus dari mulutnya.

“Sudah puas menghinaku?” Hanya itu yang mampu Lucas tuturkan.

“Belum. Hati dan kepalaku masih sakit dengan sikap kamu. Apa kamu pikir kita sedang bermain rumah-rumahan nyata? Seharusnya kamu bilang dari awal kalau kamu ingin membatalkan pernikahan kita. Tapi, ini…”

Bicara Olivia tergantung serta-merta.

“Tidak ada bedanya, Via. Cepat atau lambat, dampak buruknya tetap sama. Kamu dan aku sama-sama akan dihujat publik setelah berita ini menjadi bahan pembicaraan,” sela Lucas, geram dengan sikap Olivia yang menurutnya sangat keras kepala.

Apa susahnya menerima keputusan ini dengan hati legowo?

“Apa katamu? Tidak ada bedanya? Sudah tentu ada, Luke. Jika kamu jujur sedari awal, aku pasti bisa membujuk keluargaku untuk memutuskan pertunangan kita. Tapi sekarang, surat undangan pernikahan kita telah tersebar luas.” Olivia menghentikan bicaranya sebentar seraya memejamkan mata.

Dia berusaha menetralkan racun amarah yang menyengat kalbu.

“Luke, pikirkan kembali keputusanmu. Kamu sendiri tahu nenekmu telah mengundang semua anggota keluarga Knight ke acara pernikahan kita."

"Kamu tidak bisa mempermalukan Hudson dan Sullivan di depan keluarga paling kaya di negara ini. Bisa rusak rencana proyek bisnis bernilai 500 juta dollar yang telah disepakati keluarga kita dengan mereka,” bujuk Olivia, bersungguh-sungguh.

Dia sangat berharap Lucas akan menukar keputusannya namun hampa. Segala usahanya berakhir sia-sia.

“Uang bisa dicari tetapi cinta tak bisa dipaksakan. Percaya padaku, Via. Kita masih punya waktu. Kalau perlu, kita hubungi para wartawan hiburan dan meminta mereka menyebarkan berita bahwa kita berdua tidak jadi menikah dan memilih untuk berteman saja,” balas Lucas, enteng.

Olivia terdiam.

Rasa sesak kembali menguasai dada saat mendengar kalimat kejam yang keluar dari mulut Lucas.

Perih sekali rasanya!

“Kamu lebih memedulikan perasaan kamu dibandingkan perasaan keluarga kita yang bakal kehilangan proyek 500 juta dollar? Sejak kapan kamu berubah menjadi pria bajingan seperti ini? Pasti sejak kamu berteman dengan wanita bodoh nan miskin, si Ariana Wilson itu, bukan?”

Saking marahnya, Olivia melempar kata-kata keji, masih dengan suara lembut tetapi mampu mengoyak jantung.

Wajah Lucas langsung berubah masam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Wu An Li
semangat ya kak. kalo ceritanya bagus, saya akan buka bab selanjutnya dengan koin tanda saya mendukung cerita kaka
goodnovel comment avatar
Zea Azalea
ceritanya bagus. tapi tolong banyakin bab nya
goodnovel comment avatar
Mocha Latte
Assalamualaikum/Selamat Sejahtera, Ini adalah karya kedua saya di GN setelah dua tahun hiatus. Buat para pembaca, makasih banyak sudi mampir ke sini. Kalian bisa baca novel ini menggunakan bonus poin GN maupun nonton iklan. Buat yang sudi merogoh koin, saya doakan agar kalian sentiasa bahagia^_^
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 22 | Tak Ingin Pergi

    Olivia berjalan perlahan-lahan di hamparan rumput yang luas. Sinar matahari pagi yang hangat menerangi setiap helai rumput berwarna hijau segar. Langit biru cerah tanpa awan membuat suasana menjadi begitu tenang nan damai. Angin bersilir-silir menyapa sekujur tubuh Olivia. Nyaman sekali. "Tempat apa ini?” Suara seraknya memecah kesunyian. Riak bingung terpahat di wajahnya. Olivia masih ingat dengan jelas. Dia dikejar Emily sebelum terlibat dalam kecelakaan. Kepalanya terbentur setir bahkan mobil mewahnya jatuh ke jurang. Segera dia menyentuh kepala dan memeriksa tangan dan kakinya. Bagaimana bisa tidak ada luka walau satu goresan pun? Ajaib! “Apa aku sudah mati atau aku sedang bermimpi?" gumamnya, tak mengerti. Mata Olivia liar memandang ke kiri kanan guna mencari sosok manusia dan hewan. Akan tetapi, tiada makhluk bernyawa yang ditangkap oleh netranya. Mengabaikan rasa takut, dia membiarkan kedua-dua tungkainya terus mengatur langkah. Sampai di puncak bukit kecil, dia me

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 21 | Babu Putriku

    “Jawab aku, apa kamu pernah memikirkan Adam? Puluhan tahun dia membesar dengan pertelingkahan kalian yang tidak pernah usai. Fisiknya memang baik-baik saja tapi aku yakin, jiwa dan mentalnya sakit saat melihat Xavier menyiksamu. Apa kamu tahu itu?” tanya Tuan Dennis, gusar. Lisa mengatup tirai mata. Wajah Adam sewaktu kecil memenuhi benaknya. Anak itu… Tidak pernah memperlihatkan kesedihan walau sedikit. Dia sering tersenyum senang saat coba membujuknya setelah Xavier selesai melampiaskan segenap amarah di tubuhnya. Lisa masih ingat dengan jelas. Tangan mungil itu menyeka air mata yang membasahi pipinya dengan penuh kasih sayang. ‘Mama, jangan menangis. Ada Adam di sini.’ Hati kecil Lisa terenyuh. Dia kembali membuka mata. “Aku tahu.” Suaranya lirih sekali. “Kamu tahu tapi sengaja mengabaikannya! Adam butuh ibu yang bahagia agar dia juga bisa bahagia, Lisa.” Tuan Dennis menggeram. Tinjunya terkepal erat. “Setiap kali aku mendengar Xavier mengurungmu di penjara bawah tana

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 20 | 100 Bunga Lavender

    Tuan Dennis Hudson melangkah pelan menuju kamar rawat inap VVIP yang ditempati putrinya. Sempat ia melemparkan senyum kepada ibu-ibu yang sedang menunggu lift. “Lihat! Tuan Hudson sudah datang.” Seorang perawat berbisik dengan antusias kepada temannya yang sedang mengisi data pesakit di komputer. “Hmmm.” Temannya hanya menyahut acuh tak acuh. “Kamu kenapa, June?” Dia merasa heran dengan reaksi temannya. Bukan ini yang dia harapkan. “Tidak apa-apa, Lina. Aku cuma pernah mendengar cerita dari beberapa senior kita bahwa Tuan Hudson itu sangat membenci wanita setelah kematian istrinya. Saking bencinya, dia hanya menerima laki-laki sebagai sekretaris pribadi,” ujar June. Lina melongo tak percaya. “Benarkah? Maksudmu, dia sudah menjadi pria yang suka beradu pedang?” Belum sempat June membalas, kepala perawat yang mendengar obrolan mereka segera memberi peringatan keras. “Jangan mudah percaya dengan omongan senior di sini. Berhentilah menggunjing dan lanjutkan kerja

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 19 | Hari Duka

    “Xavier!” seru Tuan Marcus dengan suara yang sarat keputusasaan. Dengan terpaksa dia menyeret langkah kecil nan berat mendekati pasangan Knight. Bola mata Tuan Xavier Knight memindai wajah sedih Tuan Marcus Grant. Sementara itu, Alora menutup mulut dengan tangan sembari matanya terbelalak melihat kedua tangan pria gundul itu berlumur darah. “Mana putrimu? Bukankah aku telah menyuruhmu menyeret Emily kemari?” tanya Tuan Besar Knight, ketus. Alora mendekati suaminya lalu berbisik cepat, “Xavier, lihat tangannya.” Rasa marah berganti cemas secepat kilat. Tuan Xavier segera mendekati sahabatnya. “Bagaimana bisa tanganmu berdarah? Apa yang terjadi? Ceritakan padaku!” Kedua tangannya menggenggam erat lengan sahabatnya. Perlahan, netra basah Tuan Marcus menumbuk wajah khawatir Tuan Xavier. “Putriku… Dia… sudah… ma… mati.” Usai bicara, seluruh tulangnya terasa lemah lalu tubuhnya memerosot menyentuh lantai dingin rumah sakit. “Xavier, dia pingsan! Ya Tuhan, apa yang harus kita

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 18 | Kehilangan Cahaya

    “Kau pasti sedang tidur di dalam peti mati saat ‘Lucas’ bertengkar dengan kakeknya.” Peter menyindir seraya melengos. “Langsung saja ke inti, apa sebenarnya yang telah terjadi?” Meski wajah Lucas tampak tenang, sorot matanya berubah sedingin kutub syamali. Peter mendesah sebal kala melihat binar menusuk dari mata sang alter ego Lucas yakni Lucky Luke. Ia tahu benar bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan selain berkata jujur. Bagi Lucky Luke, hukuman yang pantas buat sang penipu adalah kematian. “Olivia kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah sakit milik keluarga Knight. Dia masih hidup tapi…” “Tapi apa?” potong Lucas. Suaranya naik satu oktaf. Serentak, jantungnya berdenyut kencang. “Kedua kakinya lumpuh,” balas Peter, enteng. Dia telah menerima pesan khusus dari Carlos ketika membawa Fiona kepada Lucas. Ketenangan Lucas langsung buyar berganti amarah yang bergelegak. Lidahnya cepat mengeluarkan umpatan, “sialan!” Sontak satu tendangan singgah di bokong berotot Peter menyebabkan

  • Dipuja Dua Penguasa   Bab 17 | Lucky Luke

    ‘Firasatku benar. Aaron sengaja mengincarku,’ batin Lucas sambil mengangguk puas. Aaron Xavier Knight, satu-satunya anggota keluarga Knight yang sangat suka mengusik hidup Lucas. Jika ditanya apa alasannya? Jawabannya hanya satu, cinta tulus Aaron pernah ditolak mentah-mentah oleh Olivia Hudson. Konyol, bukan? “Sebentar. Aku masih ada satu pertanyaan untukmu.” Lucas berdiri. Sigaret yang ada di antara dua jarinya dibuang. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. “Dengarkan baik-baik, Fiona,” tutur Lucas, dingin. Fiona mengangguk-angguk cemas dengan napas tertahan. “Aktris terkenal berinisial O –yang pernah membintangi film Wanita Yang Membenci Mentari– terluka parah setelah mobil mewahnya jatuh ke jurang dalam posisi terbalik. Seorang saksi berkata, Olivia sempat bertemu aktor tampan berinisial L di sebuah kafe sebelum kecelakaan itu terjadi.” Lucas mengalihkan tatapan dari layar ponsel lalu menikam iris biru Fiona yang tampak mengembun. “Kau sengaja menulis judul film yan

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 16 | Bergosip

    Edward mendelik. Apa dia tidak salah dengar? Pria tampan seperti Zen merasa kasihan pada wanita kotor itu? Tidak bisa dibiarkan! “Apa katamu? Kasihan? Kau pasti tidak pernah mendengar kisah silam ibu-anak yang dipenuhi rahasia gelap itu, bukan? Sini, biar aku ceritakan padamu.” Edward menepuk lembut pundak Zen; tampak bersemangat untuk memulakan cerita. “Barbara bukanlah wanita baik. Dia pernah menjadi kupu-kupu penjaja kenikmatan, bergelimang dalam kubangan dosa malam dengan puluhan pria hidung belang. Dia–” “Cukup, Bos.” Zen menggeleng meski dia sadar tindakannya itu bisa menyinggung Edward namun ia menolak tegas untuk mendengar semua cerita buruk tentang selir kesayangan Tuan Besar Grant. Lagian, untuk apa coba mendengar aib orang yang sudah meninggal dunia? Tidak ada manfaat! “Memalukan.” Lucas bergumam seraya melontarkan tatapan sinis kepada Edward yang suka sekali mengumbar masa lalu orang lain. Tak ingin ikut campur, dia segera menggeser layar ponsel lalu men

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 15 | Kambing Hitam

    “Ah, pujian anda tidak pantas untuk saya terima. Malah saya yang berutang budi pada keluarga Knight karena sudi memberi beasiswa kepada adik laki-laki saya,” balas sang dokter, merendah diri. “Ah, iya. Jika ada informasi baru, akan saya kabarkan secepat mungkin,” imbuhnya lagi. Usai bicara, segaris senyum licik mengapung di bibirnya. ‘Sepertinya, kau harus mengucapkan selamat tinggal kepada kariermu sebagai aktor, Lucas Sullivan.’ Sang dokter membatin puas. Sementara itu, di kamar rawat inap VVIP. ‘Aduh, kapan Bos mau pulang? Tuhan, kelopak mataku semakin berat.’ Zen berkali-kali mengangakan mulut dengan mengeluarkan napas berat karena terlalu mengantuk. Namun, dia tidak bisa merebahkan kepala apalagi memejamkan mata karena ada sang majikan di sini. Aktor tampan berhidung mancung dan beralis indah itu sedang duduk bersandar di kursi kulit sambil memejamkan mata. ‘Pasti Bos lagi memikirkan Nona Olivia,’ tebak Zen, asal-asalan. Ponsel Lucas bergetar tetiba, berhas

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 14 | Berlututlah Di Depan Tuhan

    Barbara terkesiap. Benarkah apa yang dikatakan Emily barusan? Di mata Tuan Besar Grant, aku hanyalah boneka seks? “Ah iya, aku membunuh putrimu karena dia merebut calon suamiku, Adam Abraham Knight. Pelacur sialan itu menggoda Adam dengan melebarkan pahanya sama seperti kamu menggoda ayahku,” balasnya, dingin. “Tetap saja, mengambil nyawa orang lain adalah dosa besar! Kamu pasti akan dihukum Tuhan!” tengking Barbara, geram dengan kalimat Emily yang merendahkan putrinya. ‘Dihukum Tuhan? Yang benar saja.’ Rahang Emily mengetat. Urat di lehernya terlihat jelas. “Omong kosong! Kamu pikir Tuhan akan mendengar dan memperkenankan doa wanita kotor sepertimu? Hei, Barbara! Apa yang terjadi pada putrimu adalah sebuah karma. Kamu juga telah menyiksa jiwa aku dan ibuku selama 12 tahun, dan sekarang kamu meminta agar Tuhan memberikan hukuman padaku? Sungguh, kamu benar-benar bermuka tebal!” ejek Emily, sombong. Barbara menangis tersedu-sedu. “Berhenti menangis, sialan!” Jerkah Emily

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status