Home / Romansa / Disakiti Suami Dikejar CEO / Bab 2.Rencana Erick

Share

Bab 2.Rencana Erick

Author: Mom'ay
last update Last Updated: 2024-01-08 15:42:09

Dengan tubuh yang masih lemah, Alissa segera bangun dari ranjang saat melihat kucingnya tiba-tiba tergeletak di lantai. Ia memeriksa kucing itu sudah mati. "Apa yang terjadi? Kenapa kucing ini mati setelah minum obat itu?" 

Kejadian itu membuat Alissa bertanya-tanya, apa ia telah salah minum obat selama ini? Pantas saja tubuhnya semakin lemah, bukannya semakin membaik. Tak berselang lama, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Mendadak Alissa gugup. Ia tahu bahwa yang di luar pasti Riana. Alissa segera mengambil kucing mati itu, lalu kembali ke atas ranjang dan menyembunyikan kucing itu di dalam selimut. Ia tidak mau membuat Riana curiga jika melihat kucingnya mati.

"Masuk," teriak Alissa. Pintu pun terbuka dan tampak Riana masuk ke dalam kamar. Mendadak Alissa merasa panas. Ia marah karena teringat kejadian semalam. Alissa selama ini sangat percaya pada Riana, tetapi ternyata Riana telah menusuknya dari belakang. 

"Maaf, Nyonya! Sesuai perintah Tuan, saya ingin memastikan apa Anda sudah minum obat atau belum," ucap Riana.

"Sudah, lihat saja sendiri!" ketus Alissa seraya menunjuk gelas kosong yang ada di meja.

Riana tersenyum lega, dengan itu ia bisa tenang saat menghadapi Erick. Ya, Riana hanyalah dimanfaatkan oleh Erick selama ini. Riana ditugaskan oleh Erick untuk memastikan bahwa Alissa sudah minum obat yang Erick minta.

Seperti yang ia lakukan semalam, Alissa yang sangat hafal bagaimana obat itu harusnya bekerja, segera pura-pura tidur untuk mengusir Riana. "Riana, sepertinya aku harus istirahat. Kamu bisa pergi dan urus yang lainnya sekarang!"

"Baik, Nyonya!" Riana pun pergi meninggalkan Alissa di dalam kamar. 

Setelah kepergian Riana, Alissa bangun lagi. Dengan tubuhnya yang masih sangat lemah, Alissa berjalan ke balkon dan membuang kucing mati itu lewat balkon. Setelah membuang kucing itu, dari atas balkon Alissa melihat mobil Erick yang baru saja kembali dan masuk ke garasi. 'Bukankah dia sudah berangkat ke kantor? Kenapa dia kembali?' tanya Alissa dalam hati. 

Alissa yang penasaran, meski sedikit sempoyongan, dengan sekuat tenaga dan berpegangan pada dinding tembok, berjalan keluar kamar untuk melihat apa yang dilakukan suaminya. 

Sementara itu, Erick baru saja baru memasuki rumahnya. Ia tidak langsung pergi ke kamar Alissa, melainkan langsung menemui Riana. Erick memanggil Riana yang sedang ada di kamar Ellena, lalu mengajak Riana untuk pergi ke ruang kerja yang berada tidak jauh dari kamar Alissa. Keduanya pun masuk ke dalam ruang kerja bersamaan, tanpa mereka sadari ada Alissa yang baru saja keluar dari kamar dan melihat mereka. 

Alissa berjalan menuju pintu ruang kerja Erick. Ia menempelkan kupingnya pada pintu untuk mendengar pembicaraan Erick. Sementara di dalam, Erick tampak duduk gelisah di kursi kebesarannya. 

"Ada apa, Sayang? Kenapa kamu tampak gelisah?" tanya Riana, seraya membuka sedikit kancing baju memperlihatkan dadanya. Riana sangat tahu, jika Erick sedang gelisah maka ia bisa marah sewaktu-waktu. Jadi, Riana sengaja menggoda Erick untuk mencegah kemarahannya. 

"Hari ini Alissa sangat aneh sekali, tidak biasanya ia menolakku. Apa kamu mengetahui sesuatu?" tanya Erick. 

"Alissa? Tidak, Sayang! Aku tidak tahu. Dia terlihat biasa-biasa saja, kok," jawab Riana mulai gugup. Riana hanya bisa berharap, Erick percaya padanya. 

"Ooh, tapi ... dia sudah minum obatnya, kan?" tanya Erick lagi. 

"Tentu sudah, tadi aku melihat gelasnya sudah kosong. Pasti ia sudah meminum obatnya." Riana yang mulai takut dengan kemarahan Erick, berjalan mendekati Erick. Ia harus segera mengalihkan perhatian Erick dari rasa curiganya terhadap Alissa. 

"Sayang, seharusnya kamu jangan berpikir macam-macam. Tenang saja, wanita itu masih dalam kendali kita," ucap Riana yang kini sudah berada di dekat Erick. Ia berusaha memeluk dan naik ke pangkuan Erick. Namun, gerakannya terhenti kala tiba-tiba tangan Erick mencengkeram dagunya. 

"Awh, sa-sakit!" rintih Riana. 

"Apa kamu pikir, aku tidak tahu niatmu, hah? Jangan mengalihkan pembicaraan kita! Kamu sudah tahu tugasmu, kan? Kamu harus pastikan bahwa Alissa meminum obatnya, atau kamu mau kamu sendiri yang meminum obat itu?" ucap Erick menatap tajam Riana. 

"Ti-tidak, ku-mohon ja-jangan lakukan itu!" ucap Riana yang kesulitan bicara karena cengkeraman erick. 

"Kamu ingat ini! Kamu di sini hanya pemuas nafsuku. Jadi, jangan kamu pikir bisa bodohi aku dengan rayuanmu ini! Dasar, wanita murahan!" ucap Erick tepat di telinga Riana. Setelahnya, Erick pun melepaskan cengkeraman tangannya. Lalu mendorong Riana menjauh.

Riana sudah tidak berani berkata-kata lagi, ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan menuruti kemauan Erick. "Ba-baik, Tuan! Lalu, apa yang harus saya lakukan?" 

"Bagus, seperti itulah seharusnya kamu memanggilku! Kamu boleh panggil sayang saat aku memintamu saja." Erick mengingatkan. "Satu lagi, kamu harus benar-benar memastikan obat itu diminum oleh Alissa. Aku ingin dia mati secara perlahan, obat itu akan mengantarkan kematian Alissa di waktu yang tepat dan di saat itu aku sudah berhasil menguasai semua hartanya, " ucap Erick lantang, tanpa ia sadari di luar pintu Alissa dapat mendengar dengan jelas apa yang dia ucapkan. 

Sementara di luar, Alissa membungkam mulutnya. Airmata pun membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar hebat. Ia tidak menyangka ternyata Erick tidak hanya bermain wanita di belakangnya, tapi juga berniat membunuhnya. Alissa sangat terkejut mendengar semua itu, perlahan ia memundurkan langkahnya, lalu dengan langkah gontai segera pergi dari tempat itu. Ia tidak ingin Erick melihatnya dan mengetahui jika ia telah menguping pembicaraan Erick dengan Riana. 

Saat malam hari tiba, Alissa sedang termenung sendiri di balkon kamarnya sambil menikmati angin malam. Hatinya sangat gelisah. Ia takut, jika sewaktu-waktu Erick mencelakainya. Alissa mulai berpikir, ia harus meminta pertolongan pada seseorang. Alissa pun teringat pada sahabatnya, Rena. 

Sejenak kemudian, Alissa teringat ponsel miliknya disimpan oleh Erick. Ya. Selama Alissa sakit, Erick menyimpan ponsel Alissa dan melarang Alissa menggunakan ponsel dengan alasan Alissa harus fokus dengan kesembuhan penyakitnya. Namun, ternyata penyakit itu hanya akal-akalan Erick saja untuk bisa membunuhnya secara perlahan. 

Alissa kembali masuk ke dalam kamar untuk mencari ponselnya di dalam lemari. Namun, ia tidak mendapatkannya. Ia pun mencari di tempat di mana Erick biasa menyimpan barang-barangnya. Ia harus mencari ponsel itu dengan cepat sebelum Erick atau Riana datang ke kamarnya. 

Akhirnya Alissa pun menemukan ponselnya di tempat bersama barang-barang Erick yang sudah tidak terpakai disimpan. Alissa mencoba menghidupkan ponselnya. Ia merasa lega, ternyata ponselnya masih bisa digunakan. 

Tanpa berlama-lama, Alissa langsung melakukan panggilan begitu ia melihat nama temannya tertera di layar, lalu mengetuk dan menempelkan pada telinganya. 

"Hallo, ini aku nggak salah lihat ponsel, kan? Ini beneran kamu kan, Al?" ucap Rena heboh sendiri dari seberang. 

"Iya, Ren! Ini aku, Alissa. Ren, tolong aku! Erick berniat membunuhku," ucap Alissa, seraya sesekali melihat pintu. Ia takut tiba-tiba Erick datang. 

"Apa maksud kamu, Al? Bukannya kamu sedang liburan? Aku sering hubungi Erick, dia bilang kamu nggak bisa di ganggu dan sedang menikmati liburanmu." tanya Rena. 

"Dia bohong, Ren! Dia ingin membunuhku dengan memberiku obat. Dia ...." Belum selesai Alissa bicara pada Rena, tiba-tiba ia tersentak saat mendengar suara dari pintu kamarnya. 

... 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Disakiti Suami Dikejar CEO   Bab 29.

    Erick seakan murka saat menyadari bahwa Alissa dan Rena tidak ada di ruang UGD. Dia mulai curiga bahwa semua ini hanyalah akal-akalan Rena. Dia pun teringat tadi pagi saat Rena tiba-tiba memaksa untuk membawa Alissa pergi dari rumah, sementara selama ini Rena sendiri tidak pernah tahu apa-apa tentang kondisi Alissa. Erick mulai meyakini bahwa semua itu tidak hanya kebetulan. Dengan langkah cepat, Erick pergi dari ruang UGD dan memutuskan untuk mencari keduanya. Erick hampir saja menghubungi seorang preman untuk mencari di mana keberadaan Alissa, tetapi tiba-tiba saja dia melihat Rena yang sedang berjalan menuju ruang ICU. Seketika dia mengerutkan kening. Dia mengira Rena telah membawa Alissa pergi jauh ke luar rumah sakit, tetapi ternyata Rena masih ada di sana. Lelaki itu pun berusaha mengejar Rena."Rena, tunggu!" panggil Erick setengah berteriak saat Rena tiba di depan ICU. Mendapat panggilan itu, seketika membuat Rena tersenyum senang. Dia tidak menyangka ternyata rencananya ber

  • Disakiti Suami Dikejar CEO   Bab 28.

    Erick membawa Alissa ke rumah sakit sesuai dengan permintaan Rena. Di dalam ruang UGD, Alissa sedang di periksa oleh Dokter yang jaga saat itu. Sementara di luar, Erick tampak mondar mandir gelisah. Namun, bukan takut karena terjadi sesuatu pada Alissa, melainkan takut jika rahasianya selama ini terbongkar. Rena yang juga ada di sana, duduk diruang tunggu sambil menatap sinis Erick. Rena tahu, pasti sekarang ini Erick sedang memikirkan bagaimana cara agar tidak ketahuan dan juga mungkin berencana untuk segera mencelakai Alissa. Akan tetapi, kali ini dia dan Reyvan tidak akan membiarkannya. Rena dan Reyvan akan berusaha semampunya untuk membantu Alissa. Mendadak senyum seringai tampak terlihat di wajah Erick, membuat Rena yang melihatnya yakin bahwa Erick telah menemukan suatu cara. "Kamu bisa saja membuat rencana, Erick. Tapi saat kamu menjalankan rencana itu, aku akan sudah membawa Alissa pergi dari sini," ucap Rena dalam hati.Rena dan Erick tidak menyangka, bahwa pemeriksaan Alis

  • Disakiti Suami Dikejar CEO   Bab 27.

    "Bohong? Siapa yang membohongimu?" tanya Alissa pura-pura bingung. Saat melihat Rena masuk ke kamar, memang sedikit membuat terkejut Alissa. Namun, dengan cepat Alissa bisa menguasai diri. pertanyaan Rena yang menuduh Erick berbohong pasti ada hubungannya dengan cara Rena sehingga akhirnya bisa masuk kamarnya. "Alissa, masa suamimu ini bilang kalau kamu lagi sakit. Nggak, kan, Alissa? Bukannya kemarin kamu tidak apa-apa?" cecar Rena, "Aku tahu, suamimu ini pembohong emang," lanjutnya. Alissa menatap Rena dan Erick yang juga baru datang secara bergantian, kemudian matanya terfokus pada Erick. "Erick, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku sakit? Sejak aku bangun tadi, kita bahkan belum bertemu." "Sayang. Kamu beneran sakit?" tanya Erick pura-pura terkejut, padahal dia sendiri yang telah sengaja memberi obat pelumpuh pada Alissa dengan dosis tinggi. Erick berjalan menghampiri Alissa, lalu pura-pura khawatir pada Alissa. "Yang sakit mana, Sayang? Tapi kamu gak pa-pa, kan? Alissa

  • Disakiti Suami Dikejar CEO   Bab 26.

    Di rumah Reyvan, tepatnya di kamar, Reyvan baru saja selesai bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Reyvan berjalan ke arah pintu untuk keluar. Akan tetapi langkahnya terhenti kala ia merasakan getaran ponsel di saku celananya. Dengan cepat Reyvan merogoh saku celana dan mengambil ponselnya. Tampak nama Alissa tertera di layar ponsel. Reyvan tersenyum lebar. Ia senang Alissa menghubunginya, karena sejak semalam ia tidak berhasil menghubungi Alissa. Reyvan menyentuh layar ponselnya dan langsung terhubung dengan Alissa. Raut wajah Reyvan seketika memerah, rahangnya mengeras setelah mendengar semua yang di ucapkan oleh Alissa. Apa yang ditakutkannya terjadi. seperti kata Denis, Erick telah berhasil memberi Alissa obat dengan dosis tinggi. Tanpa pikir panjang, Reyvan segera menghubungi Rena. Ia menceritakan semua yang telah terjadi kepada Alissa, juga meminta bantuan Rena untuk membawa Alissa keluar dari rumahnya. Setelah itu, Reyvan segera melangkah pergi menuju tempat Denis berada. Dia

  • Disakiti Suami Dikejar CEO   Bab 25.

    Di kantornya, Reyvan baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Tadi siang setelah Reyvan menemui Denis, ia langsung kembali menuju kantornya, untuk memeriksa beberapa masalah yang terjadi dengan perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaannya. Sebelumnya kakaknya, Riana, melaporkan ada salah satu perusahaan mitra kerja mereka ketahuan telah berbuat curang. Untuk itu Reyvan harus menyelidiki dan mengatasinya sendiri.Dari penyelidikan yang dilakukan oleh anak buahnya, Reyvan dibuat terkejut seketika. Ternyata dibalik pengkhianatan mitra kerjanya itu, ada hubungannya dengan perusahaan milik Alissa yang saat ini berada dalam kekuasaan Erick. "Ooh ... jadi begini cara kamu bermain, Erick? Sepertinya kamu belum mengenal siapa lawanmu," gumam Reyvan, tersenyum sinis.Berpikir tentang Erick, Tiba-tiba Reyvan pun terpikirkan tentang Alissa. Ia teringat ucapan Denis yang mengatakan bahwa Erick berencana memberi Alissa obat dengan dosis tinggi. Rasa khawatir pun memenuhi benak Reyvan. Seketika ia

  • Disakiti Suami Dikejar CEO   Bab 24.

    "Sebenarnya apa tujuan Anda? Tolong katakan dengan jelas!" Denis tidak menyangka bahwa apa yang dia dan Erick lakukan pada Alissa telah diketahui oleh orang lain. Denis berpikir, kenapa Erick selama ini tidak pernah memberitahunya tentang masalah ini? "Apa kamu juga tidak tahu? Jika ya, maka kamu dalam masalah besar, Erick," ucap Denis dalam hati."Setelah semua pembicaraan kita tadi, aku yakin kamu tahu jelas maksudku. Kamu pikir, aku dapat darimana obat itu?" Mendengar ucapan Reyvan, seketika keringat dingin mengucur deras dari wajah Denis. Ia gugup. Ia mulai berpikir semua ini pasti ada hubungannya dengan Alissa. "Maksudnya, Anda ke sini atas perintah Alissa?" Denis sudah tidak dapat menahan diri dan langsung bertanya pada tamu misteriusnya itu."Lebih tepatnya, aku datang untuk membantu Alissa dari kekejaman kalian." Reyvan berkata seraya menatap tajam Denis. "Aku tahu, kalian telah merencanakan sesuatu untuk mencelakai Alissa, bukan?""La-lalu apa yang akan Anda Lakukan? Saya ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status