Share

Bab 6 # Seseorang Dari Masa Lalu

Author: De Lilah
last update Huling Na-update: 2023-09-13 12:38:44

-PoV Lara-

Batas antara kenyataan dan khayalan menjadi kabur ketika kau baru saja menjalani operasi yang begitu lama. Dalam kebencian yang tertanam setelah kembali bertemu dengan Olivia, ingatanku mulai berputar ke masa ketika kami masih menjadi mahasiswa.

Waktu itu, belasan tahun silam, aku baru saja pindah ke Kampus Triguna yang ada di Jakarta, setelah menjalani kehidupan bersama bibiku di Surabaya. Sepeninggalan ibu dan ayahku, aku dijemput bibi dari Indonesia dan diasuh di kota pahlawan itu. Lumayan sulit juga beradaptasi di sana, terutama jika wajahmu sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya.

Banyak yang bilang bahwa aku cantik, meski aku selalu merasa, wajahku biasa saja. Di kampung halamanku, wajah sepertiku malah terbilang eksotis karena perpaduan dari ras kaukasoid dan ras asia. Tidak ada batas antara wajah cantik kaukasoid dengan cantik ala asia. Kami cukup menghargai perbedaan, berbeda dengan di Indonesia.

Aku cukup senang disebut cantik, tapi banyak juga yang merundungku karena dibilang sok cantik. Mereka bahkan mengolok-olok ‘bule kampung’ dan semacamnya, apalagi ketika mengetahui bahwa aku anak yatim piatu.

Ketika usiaku sudah beranjak remaja, tidak jarang anak laki-laki yang mendekatiku dan ingin menjalin hubungan denganku. Aku menolak mereka semua karena fokus pada studiku. Dari situlah, perundungan yang kualami semakin menjadi-jadi. Sampai pada akhirnya, paman memindahkan aku dari sekolah dan mencarikan guru pribadi karena perundungan itu berujung pada upaya pemerkosaan. Aku hampir kehilangan kesucian di usia yang sangat belia.

***

"Lara, ikut pemilihan Ratu Kampus, yuk!" ajak ketua angkatan kepadaku kala itu.

“Ratu Kampus?” aku bertanya. Aku tidak pernah mendengar hal semacam ini sebelumnya.

“Iya, anak-anak cantik sepertimu akan diadisi untuk menjadi mahasiswi tercantik di kampus ini.”

“Ehm, nggak deh. Aku tidak tertarik,” tolakku halus.

“Ayolah, hanya kamu mahasiswi tercantik di sini. Jurusan kita harus menang. Ini adalah bagian dari program sukses ketua Bem Sastra, plis ya!” 

Aku bingung. Apakah aku harus mengiakan atau tetap menolaknya? Aku memiliki ketakutan dengan kecantikan, setelah hampir menjadi korban pemerkosaan. Bagiku, wajah dan tubuh ini hanyalah rancangan Tuhan. Aku berpikir tidak ada yang istimewa dari ini semua.

“Heh! Kemarin katanya aku yang harus ikut, kok sekarang berubah lagi?” Seorang wanita dengan baju kuning dan rok mini denim, tiba-tiba menginterupsi pembicaraan kami.

“Eh! Olivia!” seru Ketua Angkatan itu sambil tertawa canggung. “Semakin banyak kandidat, semakin tinggi potensi untuk menang, kan?” 

“Dasar nggak setia! Aku udah daftar, lho, tadi!” 

“Kan, nggak pa-pa? Siapapun dari kalian yang menang, akan mengharumkan nama seluruh jurusan!”

“Maaf, aku tidak ikut saja,” putusku, namun, Ketua Angkatan bergeming. 

“Aku janji akan membantumu mengerjakan tugas sastra indonesia, beneran deh! Kamu nggak tahu, kan? Mata kuliah itu banyak yang gagal? Apalagi, kamu dulunya lahir dan besar di Kanada. Yakin, nggak butuh?”

Aku menelan ludah. Benar perkataannya. Mata kuliah itu sungguh susah. Aku juga ingin mencari bantuan, tapi belum menemukan kepada siapa. 

“Janji?”

“Janji!”

“Baiklah.” 

Aku akhirnya mengiakan ajakannya dan sejak saat itulah, hubunganku dengan Olivia bermula. Hubungan buruk, tentu saja.

***

Setelah terpilih menjadi Ratu Kampus, hubunganku dengan Olivia semakin serupa bukit dan jurang. Menurut rumor yang ada, aku merebut posisinya sebagai pemenang 'Ratu Kampus'. Aku juga dituduh mengambil hati lelaki paling keren yang menjadi incaran Olivia.

Lelaki itu tentu saja bukan Seno. Lelaki itu adalah kakak kelas yang kutolak cintanya. Aku tidak suka berpacaran ketika kuliah. Tentu saja, sebelum Seno hadir dalam hidupku, dulu.

“Eh, lihat … sainganmu, tuh!”

Permusuhan kami menjadi legenda di jurusan sastra 2008. Sejak aku menjadi pemenang Ratu Kampus, Olivia menjadi terobsesi untuk menyaingiku dalam segala hal. Terutama, penampilan. Olivia tidak secerdas aku. IPK-nya selalu 2,5 saja. Tapi, Olivia pandai mencari teman dan mempengaruhi mereka. Aku … dikucilkan.

***

"Lara…"

Aku mulai dapat membuka mata setelah beberapa waktu aku tidak sadarkan diri. Lamat-lamat, kudengar seseorang memanggilku.

Suara itu. Suara suamiku. Aku hanya berkedip, tanpa menghiraukan panggilan Seno. aku sangat ingin menghindarinya.

"Lara… maafkan aku," ucap Seno sambil mengecup punggung tanganku. Aku dapat merasakan bibirnya menyentuhku dan aku sangat jijik.

"Lara ..." Ia memanggilku lagi. Kudengar suaranya bergetar. Apakah, pria itu akhirnya cukup menyesali perbuatannya?

"Ehm ..."

Aku hanya menggeram. Rasanya, suaraku sulit keluar. Seno tampak tersenyum kemudian semakin mendekat ke arah wajahku.

"Sayang," panggilnya lagi, kali ini, suaranya terdengar dekat dengan telingaku. Aku merinding.

"Kau pasti syok, ya? Aku pastikan, Olivia tidak akan pernah ke rumah kita lagi, ya?" Seno terus mengoceh dan menghadirkan nama wanita yang tidak ingin kudengar namanya.

"Olivia itu—"

"Stop."

Akhirnya, aku dapat berbicara. "Jangan membicarakannya lagi. Aku muak!"

"Maaf…"

Seno kembali mengelus kepalaku meski aku tak ingin. Namun aku tak bisa mengelak karena masih terlalu lemah.

Selang dan kabel-kabel masih terhubung pada tubuhku. Bunyi monitor dan juga penjagaan khusus dari tim dokter turut menemani proses penyembuhanku. Aku seperti tawanan yang tidak bebas kemana-mana.

"Hari apa ini?" tanyaku, mencoba menghitung seberapa lama aku telah tidak sadarkan diri.

"Ini hari Jum'at, Sayang. Kenapa?"

"Di mana Bi Yani?"

"Bi Yani… Ehm…"

"Jangan bilang kau memecatnya!"

Aku berusaha duduk dengan amarah yang kutahan. Kalau saja, Seno berani memecat pelayan kesayanganku. Maka, aku akan membuat perhitungan dengannya.

"Bi Yani sedang istirahat. Dia di rumah. Tenanglah. Okay?" ucapnya.

"Kau berbohong!"

"Sumpah! Aku tidak berbohong. Sabar ya … nanti bisa dicek kalau kita pulang, Okay?"

Aku mencoba membaca air muka Seno yang tampaknya tidak mengalami perubahan atau pun terlihat gugup. Sepertinya ia berbicara jujur.

"Baiklah…" Aku mempercayainya. Aku juga tidak ingin menguras energi dengan bertengkar dengan suamiku ini.

"Aku minta maaf, Sayang. Aku khilaf. Ini tidak akan terjadi lagi," ucap Seno, merujuk pada insiden perselingkuhannya.

Tentu saja, permintaan maaf itu sudah yang kesekian kalinya, namun kali ini berbeda. Aku tidak lagi menduga-duga. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa ia telah melakukan hubungan suami-istri dengan selingkuhannya. Hati istri mana yang tak sskit karenanya.

"Sudahlah, Seno. Aku tidak peduli."

Aku membuang muka. Aku bahkan jijik tatkala melihat wajah suamiku. Aku bisa mengingat kembali bagaimana rupa Seno dan Olivia yang sedang berada di puncak kenikmatan berdua, tanpa mempedulikan lokasi mereka.

Bos dan sekretaris binal itu sama sekali tidak peduli dengan desas-desus atau pun saksi mata yang mungkin melihat persetubuhan mereka.

Seno dan Olivia bahkan tidak sungkan menampakkan kemesraan di ruang kerja, yang seharusnya penuh dengan formalitas dan juga profesionalitas, bukan hanya nafsu semata.

Aku benar-benar tidak habis pikir. Namun, aku tidak ingin pusing lagi. Bagiku, Seno tak ubahnya patung batu yang kusimpan di kediaman.

Aku tidak perlu banyak bicara dengannya. Aku hanya perlu bersamanya saja supaya jika anak kami lahir, ia tidak kebingungan karena Ayah dan Ibunya ada bersamanya.

"Aku tidak akan menceraikanmu! Ingat itu!"

De Lilah

Seru? Kirim gem dong untuk cerita ini. makasih!

| Like
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Diselingkuhi Suami, Dinikahi Dokter Tampan   Bab 108 # Pernikahan (End)

    Waktu berlalu begitu cepat sejak kali terakhir Lara mendengar tentang proses kasusnya. Persidangan terakhir yang menghadirkan Miriam, benar-benar menjadi tolok ukur kemenangan bagi pihaknya. Seno tidak dapat berkelit lagi. Hadirnya saksi dan kuatnya bukti-bukti menjadikan alibinya patah dan segala bantahan dari pengacaranya menjadi mentah. Lara dapat bernapas lega ketika hakim akhirnya menyatakan bahwa Seno bersalah atas kasus kekerasan dan percobaan pembunuhan. Mantan suami Lara itu pun harus membusuk di penjara akibat perbuatan-perbuatannya. *** “Bagaimana?” tanya Lara ragu, setelah mematutkan diri di cermin selama beberapa waktu. Ia telah mencoba gaun itu sebelumnya, namun ketika hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, Lara malah gugup dan tidak tahu harus berbuat apa. “Cantik banget!” seru Mahya tanpa sedikit pun keraguan. Shanon berpikir serupa. Carol juga tampak mengacungkan jempolnya. Mereka bertiga sepakat bahwa tidak ada yang salah dari penampilan mempelai hari ini yang c

  • Diselingkuhi Suami, Dinikahi Dokter Tampan   Bab 107 # Tumpukan Memori

    “Lara?” jawab suara di seberang ponsel Lara dengan nada rendah. Lara dapat menyimpulkan bahwa suara itu adalah milik Kakak Andre, Shanon. “Kak Shanon?” tanya Lara sebelum melanjutkan pembicaraannya. Ia ingin memastikan bahwa Shanon memang wanita yang dimaksud dan bukan orang lain. Lara sedikit melupakan bagaimana suara Shanon. Belasan tahun telah berlalu, dan hari ini adalah pertama kalinya mereka kembali bertegur sapa setelah insiden salah paham tentang kecelakaan Ibu Lara. “Ya, ini aku, Ra. Shanon. Andre sedang menyetir, kami hendak kembali ke apartemen.” “Ah, baiklah. Aku akan menunggu di sini.” “Oke! Kami akan segera tiba, Ra. Tunggu, ya! Aku membawakan makanan hangat dari restoran favoritku di Jakarta ini. Semoga kamu suka, ya!” Lara mengiyakan, kemudian mengakhiri pembicaraan. Hatinya masih dipenuhi keraguan. Ia masih belum yakin, bagaimana bersilkap setelah memusuhi orang yang salah selama beberapa belas tahun. Semoga saja, Shanon adalah sosok kakak perempuan seperti yang

  • Diselingkuhi Suami, Dinikahi Dokter Tampan   Bab 106 # Hukum Tabur-Tuai

    Langkah Miriam berlalu begitu cepat menyusuri koridor untuk sampai ke lift yang ada di barat bangunan. “Sial!” Jemari lentiknya sibuk mencari-cari kontak travel agent yang bisa dihubungi. Miriam harus segera meninggalkan negara ini. Sayang, sinyal ponselnya ternyata tidak mendukung misinya, Miriam memutuskan untuk menundanya hingga ia sampai di lobby utama. “Halo?” Miriam akhirnya dapat menghubungi kenalannya. “Siapkan aku tiket ke Washington malam ini,jam–” “Dokter Miriam Rajapatni?” Seseorang tiba-tiba memotong percakapannya di telepon. Miriam terkejut, ia menoleh dalam keadaan setengah sadar. Pikirannya berkelana ke destinasi tujuan yang hendak didatanginya malam ini. “Siapa?” tanya Miriam dengan alis terangkat. Ia merasa tak mengenal pria-pria berkaos di hadapannya. Tiga pria cepak dengan perawakan seperti atlet. Mereka tampak ngos-ngosan, seakan baru saja mengejar hantu atau penjahat yang mencoba kabur. “Saya Detektif Ragas, Anda harus ikut kami ke kantor polisi untuk membe

  • Diselingkuhi Suami, Dinikahi Dokter Tampan   Bab 105 # Permintaan Maaf

    “Menjelaskan apa. Ndre?” tanya Shanon dengan alis terangkat. Andre hanya menghela napas berat. Ia tahu bahwa campur tangan kakaknya hanya akan memperumit situasi. “Bagaimana Kakak mengetahui semua masalah ini?” Andre masih terheran-heran. “Mengapa Kakak menipuku? Apanya yang gawat?” “Andre! Oh, Andre! Apa yang Kakak tidak tahu? Terutama setelah menikah dengan pria hebat ini? Bahkan semut berbisik pun bisa kudengar!” Shanon bersedekap sambil memandang Andre dengan tatapan aneh. Andre seharusnya tahu bahwa Shanon tidak akan membiarkan adik semata wayangnya menderita, apalagi setelah mengalami pasang-surut kehidupan yang begitu mengguncang dunia mereka. “Hhh … Kayak, sudahlah. Ini bukan hal besar. Masalahnya sudah hampir selesai. Rekaman CCTV rumah sakit ini sudah sampai di tangan jaksa,” ucap Andre sambil melirik ke arah Miriam yang tampak tercengang. “Ba–bagaimana bisa?” Mata Miriam membelalak. Ia sangat yakin bahwa rekaman CCTV itu sudah dihancurkan olehnya, atau … seseorang telah

  • Diselingkuhi Suami, Dinikahi Dokter Tampan   Bab 104 # Pertolongan Kakak

    Andre menyipitkan kedua matanya tatkala nama sang kakak muncul pada layar ponselnya. Untuk apa kakaknya menghubunginya di waktu seperti ini? Tidak biasanya. “Halo?” “Ndre! Gawat! Kamu harus ke sini sekarang!” seru sang Kakak dengan napas tersengal. “Tunggu! Ke sini, ke mana?” Andre bingung karena tidak mungkin ia pergi ke Kanada dalam waktu singkat seperti pindah jalur angkot saja. Ia tak mengerti kenapa Kakaknya begitu tergesa dan seperti sedang dikejar setan seperti itu. “Ke rumah sakit! Bukan ke Kanada, Ndre! Ke rumah sakitmu! Ruangan direktur! Sekarang!” “Kakak–” Tut. Tut. Sambungan telepon terputus. Kakaknya itu memang selalu bisa memenangkan juara jika ada kontes ‘siapa yang paling bisa bikin orang penasaran?’. Andre meremas rambutnya kasar. Ia bingung bagaimana menyikapi permintaan sang kakak, padahal … LAra dan Mahya baru saja menikmati keindahan pantai di ujung utara Jakarta. Apakah mereka harus kembali? “Kenapa, Ndre?” Melihat wajah kusut sang kekasih, Lara tentu saja

  • Diselingkuhi Suami, Dinikahi Dokter Tampan    Bab 103 # Waktu Rehat

    Mahya terlihat cantik dengan riasan natural dan bibir lembabnya yang bersinar. Namun, tentu saja, satu hal yang aneh begitu membuat Lara iba. Mahya kini berada di kursi roda. “Kangen aku?” tanya Mahya sambil mengerlingkan sebelah matanya. Lara mengangguk sambil berlinang air mata. Ia kemudian menghambur ke arah sang sahabat dan memeluknya erat. “Apa kabar?” tanya Lara dengan suara serak. Mahya hanya tersenyum dan menepuk punggung Lara pelan. “Aku baik-baik saja, seperti yang kau lihat? Yang penting aku sudah sadar dari koma, kan?” ucap Mahya diiringi seulas senyuman. Lara mengendurkan pelukannya dan meneliti setiap tubuh sang sahabat. Benar. Mahya telah sadar dan hanya kakinya saja yang masih belum bisa berjalan dengan benar. “Ini cuma sementara, ‘kan?” tanya Lara khawatir. “Tentu saja. Aku ‘kan kuda liar! Mana bisa aku kalah begitu saja,” seloroh Mahya bangga sambil memamerkan otot bisepnya. Lara hanya tertawa. Pandangannya berpindah ke dua orang lain yang ada di kanan dan kir

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status