Share

22. Bahagia

"Aku tidak bisa, Annisa."

Bian masih menatap lurus ke depan. Kini ia sedang memikirkan Dea. Takut jika istrinya kenapa-napa.

"Tapi Mas Bian belum menemui anak-anak yang lain?" protes wanita itu.

"Bahkan aku tidak membawakan oleh-oleh apapun untuk mereka."

Kemudian keduanya saling diam. Annisa pun masih merindukan Bian. Ia memakai alasan lain agar lelaki itu tetap di sana.

"Aku dengar seminggu yang lalu ada yang datang melamar kamu. Aku ucapkan selamat untukmu, An."

Annisa terkesiap. Ia tidak tahu jika Bian mengetahui berita itu. Padahal justru wanita itu menyembunyikannya rapat-rapat.

"Aku belum menerimanya, Mas."

Annisa berjalan mendekati Bian yang kini posisinya menghadap ke arah wanita itu.

"Mana mungkin aku menerima lamaran itu. Sedangkan di hatiku cuma ada Mas Bian. Sesungguhnya aku menunggumu, Mas."

Annisa memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Ia ingin Bian memperjuangkan dirinya agar batal menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya.

"Dan kamu sudah tahu, An. Seja
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status