Share

Ayam betutu bikin sendu

Damian menutup pintu mobilnya seraya menarik Sassy dan mendekapnya. Tak akan lama karena dia langsung menyuruh orangnya untuk menanyakan keberadaan Pamela Khandita Kilmer di dalam rumah sakit.

Sassy memukul dadanya, “Bisa nggak sih Pamela nanti lagi!” desaknya. “Aku cemburu!”

“Bukannya ini sudah risiko jadi pacar kedua?” Damian menyelipkan sehelai rambutnya ke belakang telinga. Isi kepala Sassy harus di isi dengan realita. Kecemburuannya kadang tidak masuk akal. Slalu menuntut lebih seperti lakonnya menjadi perebut milik orang. Ingin berkuasa.

“Sabar dulu. Ngerti dong. Pamela bagaimana pun harus aku cari. Dia bisa menghancurkan hidupku. Jadi sebelum dia melakukan itu, aku akan menghancurkannya dulu!” Damian bersitegang dengan waktu, semakin cepat ketemu, semakin baik.

Rumah sakit adalah tujuan utama sejak kehilangan Pamela semalam. Dan rumah sakit saat ini adalah rumah sakit ke lima sejak subuh tadi dia mendatangi lembaga pelayanan kesehatan di Bali.

“Mungkin Pamela di klinik-klinik kecil atau tukang urut. Bisa jadi tangannya cuma terkilir, Dam?” tukas Sassy dengan nada melunak. Dia mencium rahang Damian sebelum lelakinya mencium bibirnya beberapa saat.

“Bagaimana?” tanya Damian ke orang suruhannya mengetuk kaca mobil.

“Tidak ada yang namanya Pamela, Bos.”

“Nah kan.” sahut Sassy, “Coba sekarang cari di tukang urut dekat pantai. Aku yakin si melon itu pasti masih di sekitar sana!”

Damian enggan menggampangkan ucapan Sassy yang terbiasa menikmati kemudahan termasuk menjadi pacar kedua.

“Kalian cek kembali semua mobil yang kita cari. Pastikan di semua parkiran kalo perlu sampai di luar wilayah rumah sakit!” pungkas Damian seraya menaikkan kaca mobilnya.

Sassy mengelus rahangnya dengan lembut, berusaha mengendorkan otot-otot tegang Damian. Sassy percaya pernyataan Damian untuk menghancurkan Pamela bukan isapan jempol.

Damian Airlangga adalah pria petualang yang senang bermain risiko. Sudah bulanan ia menemani pria langganan kamarnya hingga mengerti sisi gelapnya.

“Lagian kalo Pamela di bawa mobil semalam, apa dia selamat? Gimana kalo dia malah—”

Damian mencengkeram rahangnya sambil mendelik tajam. Kalau sudah begitu, Sassy biasanya hanya diam dan memutuskan menampung kemarahannya sampai emosinya luluh sendiri.

Damian cenderung temperamen setiap kali dia menjelekkan Pamela dan berharap yang tidak-tidak, Damian slalu tersulut emosi seakan tidak terima Pamela kenapa-kenapa. Oh, sial. sampai Sassy kadang-kadang tidak memahami Damian cintanya kepada siapa?

Tidak mungkin dengan Pamela! Dia berselingkuh.

Tidak mungkin juga dengannya karena Damian masih betah mempertahankan hubungan kotor mereka tanpa ikatan yang jelas.

“Pamela masih di bumi, dia masih bisa di cari!” Damian menggeram sembari melepas cengkeramannya.

Sassy mengelus rahangnya seraya menggeser posisi duduknya. Sudah berbagi cinta, kasar lagi, apa yang bisa di banggakan dari Damian jika bukan uang dan ketampanannya?

Damian memalingkan wajahnya yang muram, biarpun Pamela hanyalah gadis yang dia kencani saban malam Minggu saja untuk keperluan asmara dan hubungan kerjasama dengan ayahnya, sebentuk hatinya tetap menyayanginya.

Damian memandangi orang-orangnya yang berseliweran di sekitar mobil Ace.

Satu diantaranya menuding mobil Ace. “Aku yakin ini mobilnya!” tukasnya lalu mengernyit, memeriksa kesamaan foto yang diberi Damian dan wujud asli mobilnya.

“Mobil orang kaya ini, platnya satu. Bisa jadi nggak pakai ini. Orang-orang kaya biasanya pemilih.” tukas yang lain.

“Terus menurutmu penggede gak ada hati nurani?” sahut yang lain.

Kerumunan yang berjumlah lima orang itu berkacak pinggang. Berpikir.

“Kita intai saja!” pungkas pria bertato naga di lengannya. Yang lain mendatangi Damian. Memberitahunya.

Ego Damian melarangnya untuk menyerah sekarang meski rasa lelahnya lumayan parah. Dia mabuk semalam dan bangun dengan mata bengkak karena kebanyakan menangis. Entah menangisi apa, Sassy yang menemaninya sampai terheran-heran dengan tingkah lelakinya.

“Kita cari di rumah sakit lain dan klinik-klinik pijat di sekitar sini, Bli. Kalian amankan mobil itu!”

Ace mengamati rombongan Damian pergi dari parkiran rumah sakit dari kejauhan.

“Apa sudah selesai papa?” tanya Berlian setelah Ace berdiri di dalam pos satpam. Dalih bermain petak umpet dengan monster penculik putri duyung berhasil tanpa adanya campur tangan pertanyaan Berlian. Itu hebat menurutnya.

“Sudah, kerja bagus!” Ace menyunggingkan senyum seraya menarik ponselnya dari kantong celananya. Dia menghubungi seseorang lalu menyinggung keberadaan mobilnya.

“Selesai. Ayo kita cari ayam betutu!”

-

Pamela membuka mulutnya lebar-lebar untuk menyantap ayam betutu dari tangan Asih. Pamela merasa saat ini semua terasa berbeda, Asih memperhatikannya seperti seorang ibu yang sudah fasih mengurusinya hingga membuat dadanya menghangat.

Dua tahun sudah berlalu sejak Tuhan mengambil ibunya dari hidupnya. Sudah dua tahun Pamela kehilangan perhatian dan kasih sayang dari sosok penuh pengertian dan tanpa pamrih itu hingga ia merasa dirinya hanyalah tamu dalam semesta ini. Tamu yang tak di undang sebab masih jelas di telinganya bahwa ia anak hasil hubungan di luar nikah.

Banyak yang terjadi dua tahun terakhir itu.

Pertama, ayahnya menikah lagi setelah lima bulan kematian ibunya dengan senior Damian. Karena itu ia menjalani dinasti asmara kantoran setelan mendatangi banyak kegiatan non resmi perusahaan dan dijodoh-jodohkan oleh ibu tirinya. Dia terpaksa melakoni istilah pacaran dulu cintanya belakangan. Damian tidak keberatan saat itu, dia justru bahagia karena pada akhirnya berakhir sudah tekanan dari seniornya.

Kedua, dia memiliki dua adik tiri masih SMP dan SMA, dia membencinya karena mereka sering minta traktiran. Dan ini yang paling merepotkan dan menyebalkan sekali dalam hidupnya selama dua tahun ibunya tiada. Dia memiliki adik bayi! Bayangkan berapa banyak selisih umurnya. Dia lebih pantas menjadi tantenya daripada kakak.

Ketiga, ayahnya mendukung seratus persen hubungannya dengan Damian. Bagi Anang Brotoseno, Damian adalah lelaki matang dan mapan. Punya apartemen dan mobil sendiri. Pokoknya paket komplit mantu idaman yang bisa di banggakan di kampung halaman. Mungkin Anang Brotoseno akan menyangkal jika nanti ia mengetahuinya anaknya babak belur karena lelaki kebanggaannya? Tapi untuk hal itu Pamela tidak begitu khawatir. Dia sudah pisah dengan Damian. Aman.

Keempat, hari ini dia harus melihat betapa manisnya Ace mengasuh Berlian. Ace menyuapinya dengan sabar sambil sekali-kali berlagak membawa sendok pesawat sebelum mulut putrinya mangap.

Pamela mencebikkan bibir. ‘Agak gila sih orangnya. Bisa semanis itu sama anaknya tapi sama aku dan Asih mirip AC lama lupa servis. Nggak dingin banget, dan berisik. Sama-sama nyebelin pokoknya.’

Asih menyipitkan mata, reaksi Pamela seperti aksinya saat Ace menggunakan sikap kebapak-bapakannya dengan tulus menyenangkan. Mau juga digituin, tapi langsung sadar diri ia siapa.

“Emang suka gitu, Mbak. Maklum ibunya sudah nggak ada!” bisik Asih. Takut Ace mendengar dan marah lagi. Kapok dia memancing emosi duda sentimentil, bawanya marah terus seperti kurang minum dan pelepasan.

“Dua tahun lalu perginya.”

“Kok sama. Mamaku juga meninggal dua tahun lalu, Bi.”

Asih tersenyum sedih. Kesulitan mencari canda untuk menghibur suasana. Tapi ia cukup pintar mendapat jawaban dengan cepat.

“Mungkin takdir yang berkuasa di atas itu semua, Mbak!”

-Next-

Komen (6)
goodnovel comment avatar
KAMSIAH CHI
bagus ceritanya, seru
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
takdir yang berkuasa di sini mba vii ya asih
goodnovel comment avatar
Claresta Ayu
Oh.... Pamela dan Damian itu di jodohin??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status