Share

Kamu Anak Mama

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2023-04-15 03:46:30

Bab 4

"Ibu macam apa kamu? Menenangkan satu bayi saja tidak bisa. Dari tadi nangis terus. Bosan aku mendengarnya!" sembur Yudha yang seketika membuat Zakia mengurungkan niatnya untuk melangkah keluar kamar, karena orang yang akan dicarinya sudah berada di sini.

Zakia menghela nafas kesal. "Mas, Naya menangis karena kelaparan dan kehausan. Bahkan badannya sampai panas begini. ASI ku tidak mencukupi, karena hanya beberapa tetes. Mas ngerti nggak sih?"

"Kalau dia haus, kamu tinggal kasih minum saja. Apa susahnya?!"

"Kasih minum pakai apa, Mas?!" Dada Zakia bergemuruh. Antara marah dan kesal yang membumbung hingga ke ubun-ubun. 

"Tolong Mas belikan Naya susu formula, biar dia tidak nangis terus dan demamnya bisa segera turun," pinta Zakia dengan berani.

"Susu formula? Kamu pikir susu formula itu murah? Jangan ngada-ngada kamu, Zakia! Kalau anak itu haus, kasih minum air putih atau air tajin. Beres, kan?" sergah Yudha enteng.

"Air putih? Apa Mas sudah gila?! Mana boleh, Mas?! Makanan bayi itu hanya ASI atau kalau tidak ada ASI, ya susu formula yang memang khusus diformulasikan untuk bayi yang baru lahir...." Ucapan Zakia terhenti saat melihat bola mata Yudha yang melotot seolah ingin keluar dari tempatnya.

"Nggak, nggak, nggak. Aku nggak sudi tambah pengeluaran. Masih bayi saja sudah banyak pengeluaran, apalagi kalau sudah besar nanti." Yudha bergerak semakin dekat, menoyor dahi baby Naya yang masih saja menangis dengan jari telunjuknya.

Refleks Zakia menepis tangan Yudha. Dia tak ingin Yudha berbuat lebih jauh lagi menyakiti putrinya.

"Sudah cukup, Mas. Tega sekali kamu sama putrimu sendiri. Dia darah dagingmu, Mas! Terlepas dari cara dia dilahirkan. Dia itu hadir ke dunia ini, karena keinginan kita berdua yang ingin memiliki seorang anak...." pekik Zakia. Sakit hatinya tak terperi, mengalahkan sakitnya luka bekas operasi yang memang belum sembuh.

"Tapi dia anak perempuan, bukan anak laki-laki. Ingat, Zakia. Anak perempuan itu nanti setelah besar, dia akan ikut orang, menjadi istri orang, menjadi milik orang. Kalau anak perempuan, kita nggak perlu capek-capek ngurusin dia, nyekolahin dia, apalagi sampai bela-belain beli susu formula segala. Pemborosan!" balas Yudha. Emosinya semakin tersulut tatkala Zakia menepis tangannya dari dahi mungil Naya.

"Tapi anak itu adalah titipan dari Tuhan. Mau laki-laki atau perempuan, kita nggak bisa milih. Kita nggak bisa minta. Semua terserah Tuhan yang memberikan kita anak laki-laki atau perempuan!" bantah Zakia. Dia tak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. Padahal sepanjang kehamilannya, Yudha tak pernah menyinggung soal jenis kelamin anaknya. Paling-paling hanya berantem soal ongkos untuk kontrol ke dokter kandungan.

"Dasar perempuan tak berguna! Sudah capek-capek aku nikahi, tapi tidak bisa memberi anak laki-laki untukku, malah yang lahir perempuan. Susah pula lahirannya! Banyak pengeluaran!" geram laki-laki itu. 

Yudha menelan ludahnya sebelum melanjutkan sumpah serapah. "Sekarang begini saja. Kalau kamu masih ingin tetap mengurus anak itu, sebaiknya kamu pindah ke kamar belakang sana! Aku tidak sudi mendengar tangisnya! Membuatku pusing saja!" Yudha spontan menutup telinganya saat tangis Naya kembali melengking, karena merasa terusik dengan pertengkaran mereka.

"Apa?! Aku harus pindah kamar?! Yang bener aja kamu, Mas! Kamar belakang itu gudang dan tempatnya sangat kotor."

"Aku serius, Zakia. Kalau kamu menolak, aku akan membawa anak ini dan menyerahkannya ke panti asuhan atau membuangnya sekalian. Aku tidak sudi punya anak perempuan!" umpat lelaki itu. Yudha benar-benar kehilangan kontrol diri. Perkataannya seperti orang gila saja.

Zakia tergugu, menatap Yudha tak percaya. Entah setan apa yang sudah bersarang di tubuh suaminya. Tega nian Yudha menolak darah dagingnya sendiri, hanya karena terlahir berjenis kelamin perempuan. Apa salahnya dengan anak perempuan? Bukankah laki-laki dan perempuan itu sama saja?! 

Sesak sekali rasanya dada Zakia. Namun sebelum sempat ia berpikir, Yudha keburu membuka lemari pakaian, mengeluarkan baju-bajunya yang tak seberapa, yang kemudian ia satukan dengan baju-baju milik Naya.

"Aku serius dengan ucapanku, Zakia. Sana, segera pindah kamar belakang. Lebih baik aku tidur sendiri di kamar ini. Nanti kalau aku ada perlu sama kamu, kamu bisa masuk ke sini lagi. Akan tetapi ingat, jangan pernah membawa anak ini ke kamarku. Aku tidak sudi mendengar tangisnya."

Yudha melemparkan buntalan besar itu tepat di samping Zakia duduk, kemudian lelaki itu keluar dari kamar. Zakia pikir Yudha tidak akan kembali lagi setelah puas mengucapkan kata-kata kasar kepadanya, tetapi ternyata lelaki itu kembali lagi dengan membawa segelas air hangat

"Beri minum anak ini. Jangan sampai dia menangis  terus. Setelah dia tenang, pergilah dari kamar ini. Sekarang kamar belakang adalah tempat tinggalmu selama kamu mengurus bayi ini," ucap Yudha dingin sembari meletakkan gelas berisi air putih hangat di meja dekat pembaringan, lalu bergegas keluar lagi dari kamar ini.

Zakia meraup udara sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskannya pelan-pelan. Dadanya masih terasa sesak. Perlakuan Yudha sungguh menyakitkan. Dia masih bisa menerima jika seandainya Yudha memperlakukan dirinya dengan kasar, tetapi tidak bagi putrinya. Putrinya adalah nyawanya. Dia tidak bisa membiarkan laki-laki itu memperlakukan putrinya dengan buruk. 

Naya masih saja menangis. Akhirnya dengan berat hati, Zakia mulai memasukkan pucuk payudara yang sudah ia tetesi dengan air hangat ke mulut putrinya. Naya menghisap pucuk payudaranya dengan kuat. Zakia terus menetesi payudaranya dengan air hangat itu sembari berurai air mata.

Dia tahu ini salah. Andai ia masih punya pegangan uang, Zakia sendiri yang akan membelikan susu formula untuk putrinya. Akan tetapi saat ini dia benar-benar tidak punya uang sama sekali. Tak sepeser pun uang ada padanya sepulangnya dari rumah sakit.

"Mudah-mudahan saja perutmu tidak kembung, Nak. Untuk sementara minum air putih dulu ya. Nanti Mama akan pikirkan solusinya," ucap Zakia lirih. 

Naya sudah mulai tenang. Rona wajahnya berangsur-angsur normal, meski nafasnya masih turun naik, pun suhu di tubuhnya belum juga turun.

Setelah Naya lebih tenang, dia segera menggendong putrinya menuju kamar belakang. Kamar belakang itu sebenarnya merupakan sebuah gudang tempat penyimpanan barang-barang. Dulu Marina, ibu mertuanya memiliki sebuah toko yang menjual bahan kebutuhan pokok. Namun setelah suaminya alias bapak mertua Zakia meninggal dunia, toko akhirnya ditutup dan gudang itu pun dibiarkan kosong.

Zakia membuka pintu dengan hati-hati. Suasana agak gelap, karena tak ada penerangan. Dia membuka jendela untuk membuat udara lebih segar.

Ruangan ini memiliki ukuran 4x4 meter, cukup luas untuk tempat tinggal ia berdua dengan Naya. Hanya saja, ruangan ini penuh dengan debu. Dia harus membersihkannya lebih dulu. Zakia menyapu seluruh ruangan sambil tetap menggendong putrinya. 

Setelah semuanya bersih Zakia pun segera memindahkan barang-barangnya dari kamar suaminya ke kamar ini.

"Tak apa kita tinggal di tempat ini, Nak. Kalau ayahmu tidak bisa menerimamu, Mama lah yang akan menjaga dengan segenap jiwa raga Mama. Kamu anak Mama. Kamu permata hati Mama. Jangan takut," ucap Zakia lirih sembari merebahkan putrinya di kasur tipis yang ia ambil dari kamar suaminya. Yudha mengizinkan Zakia membawa kasur itu karena kondisinya yang sudah nyaris tidak lagi layak pakai. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Waty Rosilawaty
Zakiah klau kamu masak simpan tersendiri yg kamu mau makan, krn tau sendiri kan tdk akan menyimpankan kamu dan bantahlah suamimu kalau dia sewenang-wenang atau tinggal dia sekalian
goodnovel comment avatar
Rya Pattiasina
suami spt ini enaknya ditinggal, emang itu suami lahir dari ibu laki2 ya, edan
goodnovel comment avatar
Casper Mas
geram nyer lelaki mcm ni..harus dibuang aja..buat apa dipertahankan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 6 (Penutup)

    Ekstra Part 6 (Penutup)Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?!Ingin rasanya ia menangis, tetapi tak bisa. Dia seorang laki-laki, pantang baginya untuk menangis. Dia harus tegar menghadapi kenyataan ini. Dialah yang membuat Citra akhirnya menggugat cerai dirinya. Dia yang tidak bisa menerima anak itu. Dia tidak bisa menerima kehamilan Citra, padahal Citra tidak salah. Yang salah disini adalah Kevin yang sudah berbuat curang. Sepanjang pernikahannya dengan wanita itu, dia sudah menyakitinya, bukan membuatnya bahagia. Apalagi ibu dan kakak perempuannya yang selalu saja menindas, menuntutnya macam-macam. Citra sama sekali tidak menemukan ketenangan hidup saat menikah dengannya.Dia pula yang membiarkan kedekatan Citra dengan dokter Budi, direktur rumah sakit ini. Kedekatan yang terjalin karena ia memang tak pernah mendampingi Citra kontrol kehamilan dan kemungkinan faktor itu yang membuat dokter Budi simpati kepada Citra. Sekarang hasilnya apa?!Kedekatan yang membuat Yudha akan sa

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 5

    Ekstra Part 5"Bagaimana, Mbak Citra? Sudah siap?" tanya Dokter Budi. Lelaki itu mendekat saat Melda sudah menyadari kehadirannya.Melda buru-buru menyingkir dari tempat itu lantaran merasa malu karena sudah ketahuan membicarakan orang lain di hadapan yang bersangkutan."Antara siap dan tidak siap sih, Dok." Citra meringis."Sebenarnya saya deg-degan, karena ini pengalaman pertama saya. Tolong dimaklumi ya, Dok.""Tidak apa-apa. Tidak akan terjadi apa-apa. Kami semua sudah mempersiapkan dengan baik. Jangan khawatir Mbak Citra." Tangan lelaki itu terulur, mengusap kepala sang pasien kesayangannya.Lelaki itu merasa bersyukur, kini dia sudah selangkah lebih maju. Hakim sudah ketok palu dan Citra sudah resmi bercerai dari suaminya, walaupun mungkin masa iddahnya baru berakhir setelah wanita ini melahirkan. Ya, hanya sebentar lagi. Sebentar lagi ia bisa menyatakan perasaannya kepada wanita ini. Wanita cantik dan mandiri, sangat pas dengan kriteria wanita idamannya. Dia membutuhkan seoran

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 4

    Ekstra Part 4Niat hati ingin segera meloloskan diri demi menyusul Citra yang sudah lebih dulu masuk ke dalam gedung rumah sakit ini, tapi ternyata Kevin malah dihadang oleh beberapa orang lelaki berseragam petugas medis. Mereka mencekal Kevin dan memaksanya berjalan menuju pintu pagar. Mereka baru melepaskan Kevin setelah lelaki itu berada di luar batas area rumah sakit ini."Sial! Sial!" Lelaki itu mengumpat dalam hati melihat Yudha dan rekannya sudah menghadangnya di depan pintu pagar, sehingga dia tidak bisa lagi menerobos masuk."Pergilah, Kevin. Jangan membuat kekacauan di sini," ujar Yudha dingin. Dia berusaha mengabaikan sejenak kegalauan yang bersarang di hatinya."Aku tidak akan pergi sebelum kalian memberi jalan padaku untuk masuk ke rumah sakit ini. Aku yang lebih berhak mendampingi Citra melahirkan, karena anak itu adalah anakku!" ucap Kevin pongah dengan nada menindas. Tangannya bersedekap di dada. Lelaki itu mendongakkan wajah menatap Yudha yang tak kalah beringas."Keh

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 3

    Ekstra part 3Pengalaman melahirkan sungguh mendebarkan bagi Citra. Dari sejak bangun tidur, mandi, kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan persalinannya di rumah sakit nanti, lalu sarapan bersama dengan bik Sum dan Melda.Hanya dua orang itu yang menemaninya pergi ke rumah sakit. Tetapi tidak masalah. Citra bersyukur dia memiliki dua orang yang sangat baik dan mau menemaninya dengan tulus.Setelah memastikan keadaan rumah aman dan pintu terkunci rapat, ketiga wanita itu segera masuk ke dalam mobil. Melda yang kebagian menyetir menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah. Hari ini adalah jadwal operasi caesar untuk Citra. Citra memilih melahirkan secara caesar untuk menghindari komplikasi. Usianya yang sudah 40 tahun cukup beresiko jika memaksakan melahirkan secara normal, lagi pula Citra bukan orang yang sanggup menahan rasa sakit.Sekali lagi cara melahirkan itu adalah pilihan. Bukan soal melahirkan secara normal atau operasi, tetapi kembali kepada kesanggupan tiap ca

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 2

    Ekstra part 2"Jangan memikirkan soal sewa, Ri, karena aku yang akan menyewakannya untukmu," sahut Leo berbohong. Padahal sebenarnya apartemen ini adalah apartemen pribadi milik Leo sendiri. Dia tidak menyewanya. Apartemen yang sudah lama tidak pernah ia tinggali, karena Leo memilih untuk tinggal di apartemen sederhana yang sesuai dengan perannya sebagai pengawal pribadi seorang nyonya muda."Tapi..." Riri masih ingin memprotes."Sudahlah, Ri," tukas Leo seraya masuk ke dalam apartemen ini, sembari membawakan barang-barang milik Riri. "Masuklah, jangan cuma berdiri di depan pintu seperti itu. Kamu nggak usah takut padaku."Antara percaya atau tidak, tapi yang jelas hatinya benar-benar gamang. Akhirnya Riri melangkah masuk ke dalam. Apartemen ini benar-benar mewah, dengan ukuran yang cukup luas untuk ia tinggali sendirian. Dia baru berada di area ruang tamu, tapi sudah merasakan aura yang berbeda. Di ruang tamu ada satu set sofa dengan meja kaca di tengah-tengah. Lampu kristal yang me

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 1

    Ekstra Part 1Riri masih menimang amplop berwarna coklat tua di tangannya. Amplop yang diberikan oleh Zakia beberapa jam yang lalu sebelum wanita itu pergi dari rumah ini. Tidak terlalu berat, tetapi Riri yakin, uang yang berada di dalam amplop itu nominalnya cukup besar untuk ukuran dirinya yang hanya orang kecil. Dia belum membukanya, apalagi menghitungnya. Dia masih saja terbawa oleh perasaan.Berat sekali. Rasanya ia ingin menangis saat Zakia memutuskan untuk memberhentikan dirinya sebagai pengasuh Naya. Bukan soal kehilangan pekerjaan, tapi lebih karena perpisahan dengan anak asuhnya. Masih terbayang-bayang semua tingkah anak asuhnya, Aretha Nayyara Az-Zahra yang aktif dan ceria. Balita cantik dan menggemaskan, buah perkawinan nyonya mudanya dengan suami pertamanya.Dia sangat menyayangi anak itu, karena ia pun mengalami hal serupa. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih kecil. Bedanya, Riri memiliki seorang kakak laki-laki yang kemudian bisa menggantikan sosok ayahnya yang pergi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status