Share

Ditalak Usai Akad
Ditalak Usai Akad
Author: Firdawati

Part 01

Bismillahirrahmanirrahim.

“Aku terima nikah dan kawinnya Ela Almahera binti Hisyam dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas murni seberat 20 gram dibayar tunai.”

“Sah.”

“Sah,” teriak para saksi serentak dengan wajah sumringah. Beberapa tamu ikut merasakan kebahagiaan pasangan pengantin baru. Kedua keluarga saling melempar senyum dan berjabat tangan, sebagai ungkapan rasa haru dan bahagia.

“Alhamdulillah, Barakallah,” ucap beberapa tamu yang menyaksikan jalannya akad nikah.

Ela tersenyum bahagia, akad nikah berjalan dengan lancar. Bahkan hanya dengan satu tarikan napas. Kini ia telah resmi menyandang status istri Erlangga. Senyum bahagia terpancar dari wajah cantiknya. 

Gadis berhijab coklat susu itu bertekad akan melayani sang suami dengan sepenuh hati. Meskipun belum ada cinta di hatinya, demi bakti pada orang tua, ia terima dengan tulus. 

Ela memandang wajah lelaki yang terlihat tenang dan meneduhkan dengan senyum terbingkai di bibir. Binar mata sang pengantin wanita menghanyutkan semua orang, termasuk Erlangga.

Begitu juga dengan Erlangga, senyum menawan terukir dari bibir sang lelaki yang kini telah resmi menjadi seorang suami. Mereka saling pandang sejenak, mengirimkan energi positif, bahwa mereka tengah berbahagia.

Pernikahan Ela dan Erlangga terjadi, memang berawal karena perjodohan kedua orang tua. Meskipun keduanya belum saling mengenal karakter satu sama lain, mereka bertekad akan menghadirkan cinta dalam hati mereka. Tergantung niat awal membina rumah tangga. Cinta bisa hadir dan dipupuk seiring berjalannya waktu. 

Tapi sungguh disayangkan, kebahagiaan yang baru saja mereka reguk tidak berlangsung lama. Seorang pria hadir menghancurkan mimpi sang pengantin baru. Tidak ada yang menduga, Pernikahan yang seharusnya berakhir bahagia berganti derita, luka lara dan air mata.

Prok prok prok.

Tepuk tangan membahana seketika. Sontak semua perhatian beralih ke seorang pria yang datang tiba-tiba. Pria tinggi semampai dengan kemeja hitam membungkus tubuhnya. Senada dengan celana levis berwarna biru tua. Bila disandingkan dengan Erlangga, pria ini tak kalah ganteng dan tampan juga menarik.

Pria itu melangkah jumawa, mendekati sepasang pengantin. Ia berjalan dengan gagah tanpa rasa takut melewati kerumunan tamu yang hadir menyaksikan jalanya proses akad pernikahan. Pria itu datang dengan penuh percaya diri.

Sejenak pria itu memandang sang pengantin lelaki dengan pandangan meremehkan. Senyum menyeringai terlukis dari sudut bibirnya.

“Selamat atas pernikahanmu Bung, semoga kamu tidak MENYESAL.” Ucap pria  yang baru datang itu dengan menekan kata “Menyesal.”

“Apa maksud Anda.” Tanya Erlangga seraya bangkit berdiri dengan wajah bingung. Ia menatap pria itu dengan banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya.

Bagaimana bisa lelaki ini bilang dia akan menyesal menikahi Ela. Ada apa sebenarnya.  Rahasia apa yang pria itu ketahui tentang wanita yang kini telah resmi menjadi istrinya. 

“Kenapa aku akan menyesal menikahi wanita ini, apa sebenarnya maksud perkataan anda tadi.” tanya Erlangga akhirnya, karena tidak mau mati penasaran. Ia harus tahu rahasia dibalik itu.

“Perempuan yang kamu nikahi itu tidak secantik rupanya. Aku tahu betul bagaimana orangnya. Kamu mau tahu rahasia besarnya?"

"Iya,  rahasia apa?"

"Wanita itu telah melewati malam panjang denganku, tapi ia justru menikah denganmu. Ibarat kelapa kau hanya dapat ampasnya." ucap pria itu lantang. Semua tamu yang hadir terkesiap kaget.

“Wanita seperti itukah yang kamu nikahi, apa kamu tidak takut kena penyakit.” Sambung lelaki itu dingin sekaligus datar.

"Kalau boleh saya kasih saran, mending batalkan sekarang juga. Maaf maksud saya ceraikan sekarang juga. Dia tak pantas disandingkan denganmu," ucap pria itu menghasut Erlangga.

Duaarrr.

Berita itu bagaikan petir di siang bolong. Semua tamu yang hadir nampak terperanjat kaget. 

Bisik-bisik antar sesama tamu dan para tetangga mulai terdengar.

“Tidak menyangka Ela kelakuannya bejat ya.” Kata wanita berbaju kuning seraya menggeleng-geleng kaget.

“Percuma pakai jilbab, tapi tak bisa menjaga murwah.” Timpal sese-ibu berbaju ungu.

“Kasihan Abi Hisyam dan Umi Rosida, nama baiknya pasti tercoreng.” Balas seorang bapak yang lebih arif dan bijaksana.

“Itu akibat terlalu memanjakan anak,” timpal Pak Oyong yang tidak suka melihat keluarga Abi Hisyam bahagia. Entah ada dendam apa antara Pak Oyong dan Abi Hisyam. 

Seringai kecil tampak jelas terpampang di wajah lelaki yang kini tak lagi muda. Sepertinya Pak Oyong puas sekali melihat keluarga Abi Hisyam dipermalukan di depan orang banyak. Harga diri pak Oyong sedang dipertaruhkan.

Semua warga sudah lama mengetahui, kalau Abi Hisyam dan Pak Oyong tidak pernah akur. Hanya saja warga tidak mengetahui penyebab pertikaian antara kedua lelaki itu.

Ela yang mendengar komentar pedas warga, hanya bisa terdiam tanpa dapat berkata-kata. Percuma ia jelaskan, situasinya tidak memungkinkan. Sekarang dirinya jadi santapan empuk untuk dipergunjingkan, tentu sulit menjelaskan kebenarannya pada warga. Jadi biarkan saja mereka berkata apapun tentangnya.

Ela memandangi kedua orang tuanya yang tampak terpuruk dan tertunduk diam mendengar komentar warga. Mereka tertunduk malu. Itu sudah pasti.

Begitu pun dengar Erlangga. Badannya huyung dan limbung. Perkataan lelaki itu masih terekam kuat di hatinya.

“Apa? Apa maksud Anda? Anda hanya ngasih Frank-kan. Bukan sebenarnya.”

“Apa kurang jelas perkataan saya, apa perlu saya ulang lagi.”

“Tidak perlu,” sahut Erlangga cepat dengan napas mendadak sesak.

Erlangga berjengit kaget. Baru saja akad nikahnya berlangsung khidmat, sekarang muncul berita yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. 

Berita itu sangat menghancurkan mimpi indah, yang telah ia rancang sedemikian rupa untuk membina sebuah keluarga sakinah, mawadah dan warohmah dengan Ela. Tapi sekarang, dalam sekejap mata hancur bagaikan serpihan debu.

Erlangga memijit kepalanya yang mendadak pusing. Ia pandangi Ela yang tertunduk diam. Benarkah wanita ini seperti yang lelaki itu bilang, ucapnya dalam hati mungkin.

“Ela, lihat aku. Apa benar yang dikatakan pria ini.”

Bersambung...

Ini cerita baru, mohon dukungannya...

Terima kasih!! 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status