Share

Part 02

Bismillahirrahmanirrahim.

“Ela, lihat aku. Apa benar yang dikatakan pria ini.”

“Itu tidak benar Mas, mana mungkin aku melewati malam panjang dengannya,” lirih suara Ela membantah apa yang dikatakan pria itu. Sakit hatinya dituduh sembarangan. Apa lagi di depan lelaki yang baru resmi menjadi suaminya.

“Tentu saja ia tidak akan mengakuinya. Mana ada maling ngaku, bisa penuh penjara. Percayalah padaku,” timpal Soni percaya diri seraya tersenyum menyeringai.

“Ela! Katakan sejujurnya. Apa kamu mengenal pria ini,” tanya Erlangga dengan napas menderu kencang.

Ela bungkam.

“Tentu saja dia mengenalku, beberapa kali kami melewati malam yang syahdu. Mana mungkin dia bisa lupa.” Kekeh lelaki itu ringan.

“Iya-kan Ela.”

Bisik-bisik warga kembali memanas. “Tak menyangka wanita Sholehah itu hanya tampilan luar saja. Ternyata dalamnya bobrok.”

"Tanggalkan saja hijab itu, hanya sebatas hiasan belaka." Perih hati Ela mendengar perkataan warga.

Komentar demi komentar pedas warga, bagaikan dengungan lebah yang siap menghisap darah Ela sampai kering. Hingga mati tak bersisa.

Ela serta merta berdiri, lalu mengayunkan kedua tangannya ke wajah pria yang baru datang itu.

Plak! Plak!

“Jangan fitnah aku Soni, apa salahku padamu? Tega kamu menghancurkan diriku di hari pernikahanku.”

“Perkataanmu tadi bisa mengundang berita viral, apa kamu tidak memikirkan akibat berkata dusta.” Sambung Ela dengan napas yang mulai sesak. Di depan banyak orang, Soni mengatakan hal yang tidak-tidak tentang dirinya.

“Soni? Namanya Soni. Jadi kamu mengenalnya. Berarti apa yang dikatakan pria itu benar.” Ucap Erlangga mengguncang bahu Ela.

“Baiklah! Tidak ada lagi yang ingin aku dengar, semua sudah nampak jelas.”

Dengan menarik napas sejenak, lalu membuangnya, kemudian menarik lagi terus membuangnya lagi. Erlangga mengangkat wajah.

“Dengar Ela, mulai detik ini, aku jatuhkan talak padamu. Kamu bukan lagi istriku.”

Mendadak wajah Ela pias, tak menyangka suaminya menjatuhkan talak saat itu juga. Matanya membelalak tak percaya.

Soni, lelaki yang berdiri di hadapan sang pengantin tersenyum senang. Emang itulah yang ia mau, rencananya telah berhasil. Lelaki itu tanpa tabayyun lebih dulu langsung menjatuhkan talak.

Hanya itu yang dia inginkan, pernikahan Ela berakhir dramatis. Enak saja ia menikahi lelaki lain. Siapa yang menjaga dan mencintainya  selama ini dengan sepenuh hati. Hanya dia, hanya dia yang bisa memberikan cinta tulus untuk Ela seorang.

“Angga, stop. Jangan katakan itu. Tarik lagi ucapanmu,” sanggah wanita yang masih terlihat garis kecantikannya. Meskipun usianya tak lagi muda.

“Ayo Nak! Tarik lagi ucapanmu, jangan gegabah memutuskan. Nanti kamu menyesal.”

“Tidak Ma, keputusanku sudah bulat. Aku tidak ingin melanjutkan pernikahan dengan wanita yang tidak mampu menjaga diri dan kehormatan keluarga. Alias pelacur. Ayo Ma, Pa, kita pergi dari sini.”

Ela mendongak cepat, tuduhan pelacur dari lelaki yang baru saja menjatuhkan talak padanya membuat darahnya mendidih panas.

“Apa katamu tadi, coba ulangi lagi,” sentak Ela marah seraya mencengkeram kerah baju Erlangga.

“Kamu itu pel**ur, tak pantas bersanding denganku.” Balas Erlangga datar.

Plak! Plak!

Setelah itu Ela jatuh tersungkur seraya menangis pilu. Ia tak menduga, lelaki yang kini menjadi suaminya tidak memiliki hati nurani.

“Tidak Angga, Ela bukan wanita seperti itu. Mama tahu persis kelakuan Ela. Ayo Nak, tarik ucapanmu.”

Tanpa mengindahkan omongan sang Mama, Erlangga menarik tangan Bu Waida dan Pak Handoko untuk segera pergi dari sana.

“Abii,” teriak seorang perempuan dengan raut cemas.

Langkah Bu Waida terhenti, manakala mendengar teriakan wanita yang sangat dikenalnya. Siapa lagi kalau bukan umi Rosyida mamanya Ela.

Bu Waida berbalik badan, tapi sayang tarikan Erlangga tak bisa ia tahan. Ia pergi semakin jauh dari rumah sahabat kentalnya.

Ela tersentak, kemudian bangkit berdiri, lalu menoleh ke asal suara. Tampak olehnya sang ayah jatuh pingsan.

Ia segera berlari mendekati lelaki yang selalu ada untuknya. Pria yang selalu menomor satukan dirinya dalam segala hal.

“Abi, ayo bangun. Jangan bikin Ela takut.” Ela terus saja mengguncang badan lelaki cinta pertamanya dengan bercucuran air mata. Tak pernah ia bayangkan, jika pernikahan yang semestinya bahagia berakhir duka lara dan nestapa.  

Sakit hatinya, apalagi daftar pelacur baru disematkan dalam dirinya, oleh lelaki yang gagal menjadi suaminya. Entah kemana akan ia bawa derita dan luka hatinya. Tak terasa cairan bening lolos juga dari netranya.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah yang kini dirasakan Ela. Bukan hanya pernikahan saja yang berakhir dalam sekejap mata, kini sang ayah pingsan tak sadarkan diri.

Ela takut sang ayah pergi meninggalkannya.

“Kita bawa Abi ke rumah sakit,” ajak sang Umi cepat. Untung sang Umi tidak ikut pingsan seperti Abi Hisyam. Jika tidak, entah bagaimana Ela menghadapinya.

Ela dan Umi Rosyida tidak peduli lagi dengan kasak-kusuk tentang pernikahannya. Biarlah orang berkomentar miring tentangnya. Sekarang perhatiannya lebih tertuju pada Abi Hisyam, lelaki yang tak pernah meragukannya.

Dengan bantuan beberapa tetangga dekat, yang masih pro dengan Abi Hisyam. Melarikan lelaki pingsan itu ke rumah sakit. Selama perjalanan Ela tak berhenti menangis.

“Abi tidak boleh pergi. Siapa yang jaga Ela, ayo bangun Bi.”

“Abi banguuuun!” Ela terus saja merengek manja seraya kedua tangannya tak henti mengguncang bahu sang Abi.

“Sudah Nak, tenangkan dirimu. Lihat! Wajahmu kusut sekali, ayo hapus air matamu. Kita doakan yang terbaik untuk Abi.”

“Umi?”

“Kenapa Nak?”

“Umi percaya pada Ela-kan. Ela tidak mungkin melakukan apa yang dikatakan Soni.”

“Sudah! Kamu tidak perlu katakan itu. Sekarang kita pikirkan saja keselamatan Abi.”

“Tidak Umi, ayo katakan kalau Umi percaya pada Ela.”

“Iya Nak, Umi lebih percaya kamu dibandingkan lelaki itu.”

“Terima kasih Umi,” jawab Ela seraya memeluk wanita yang telah melahirkannya dengan susah payah.

“Ela hanya butuh kepercayaan dari Umi dan Abi saja. Ela tidak butuh pendapat orang lain,” sambung Ela memeluk Uminya erat.

Tak lama kemudian, mobil memasuki area rumah sakit.

Kini Abi Hisyam tengah ditangani dokter, Ela dan Umi Rosyida menunggu di ruang tunggu.

Bersambung...

Apa yang terjadi dengan Abi Hisyam, mampukah ia melewati masa kritis?

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status