Share

Part 02

Author: Firdawati
last update Huling Na-update: 2023-12-01 18:55:29

Bismillahirrahmanirrahim.

“Ela, lihat aku. Apa benar yang dikatakan pria ini.”

“Itu tidak benar Mas, mana mungkin aku melewati malam panjang dengannya,” lirih suara Ela membantah apa yang dikatakan pria itu. Sakit hatinya dituduh sembarangan. Apa lagi di depan lelaki yang baru resmi menjadi suaminya.

“Tentu saja ia tidak akan mengakuinya. Mana ada maling ngaku, bisa penuh penjara. Percayalah padaku,” timpal Soni percaya diri seraya tersenyum menyeringai.

“Ela! Katakan sejujurnya. Apa kamu mengenal pria ini,” tanya Erlangga dengan napas menderu kencang.

Ela bungkam.

“Tentu saja dia mengenalku, beberapa kali kami melewati malam yang syahdu. Mana mungkin dia bisa lupa.” Kekeh lelaki itu ringan.

“Iya-kan Ela.”

Bisik-bisik warga kembali memanas. “Tak menyangka wanita Sholehah itu hanya tampilan luar saja. Ternyata dalamnya bobrok.”

"Tanggalkan saja hijab itu, hanya sebatas hiasan belaka." Perih hati Ela mendengar perkataan warga.

Komentar demi komentar pedas warga, bagaikan dengungan lebah yang siap menghisap darah Ela sampai kering. Hingga mati tak bersisa.

Ela serta merta berdiri, lalu mengayunkan kedua tangannya ke wajah pria yang baru datang itu.

Plak! Plak!

“Jangan fitnah aku Soni, apa salahku padamu? Tega kamu menghancurkan diriku di hari pernikahanku.”

“Perkataanmu tadi bisa mengundang berita viral, apa kamu tidak memikirkan akibat berkata dusta.” Sambung Ela dengan napas yang mulai sesak. Di depan banyak orang, Soni mengatakan hal yang tidak-tidak tentang dirinya.

“Soni? Namanya Soni. Jadi kamu mengenalnya. Berarti apa yang dikatakan pria itu benar.” Ucap Erlangga mengguncang bahu Ela.

“Baiklah! Tidak ada lagi yang ingin aku dengar, semua sudah nampak jelas.”

Dengan menarik napas sejenak, lalu membuangnya, kemudian menarik lagi terus membuangnya lagi. Erlangga mengangkat wajah.

“Dengar Ela, mulai detik ini, aku jatuhkan talak padamu. Kamu bukan lagi istriku.”

Mendadak wajah Ela pias, tak menyangka suaminya menjatuhkan talak saat itu juga. Matanya membelalak tak percaya.

Soni, lelaki yang berdiri di hadapan sang pengantin tersenyum senang. Emang itulah yang ia mau, rencananya telah berhasil. Lelaki itu tanpa tabayyun lebih dulu langsung menjatuhkan talak.

Hanya itu yang dia inginkan, pernikahan Ela berakhir dramatis. Enak saja ia menikahi lelaki lain. Siapa yang menjaga dan mencintainya  selama ini dengan sepenuh hati. Hanya dia, hanya dia yang bisa memberikan cinta tulus untuk Ela seorang.

“Angga, stop. Jangan katakan itu. Tarik lagi ucapanmu,” sanggah wanita yang masih terlihat garis kecantikannya. Meskipun usianya tak lagi muda.

“Ayo Nak! Tarik lagi ucapanmu, jangan gegabah memutuskan. Nanti kamu menyesal.”

“Tidak Ma, keputusanku sudah bulat. Aku tidak ingin melanjutkan pernikahan dengan wanita yang tidak mampu menjaga diri dan kehormatan keluarga. Alias pelacur. Ayo Ma, Pa, kita pergi dari sini.”

Ela mendongak cepat, tuduhan pelacur dari lelaki yang baru saja menjatuhkan talak padanya membuat darahnya mendidih panas.

“Apa katamu tadi, coba ulangi lagi,” sentak Ela marah seraya mencengkeram kerah baju Erlangga.

“Kamu itu pel**ur, tak pantas bersanding denganku.” Balas Erlangga datar.

Plak! Plak!

Setelah itu Ela jatuh tersungkur seraya menangis pilu. Ia tak menduga, lelaki yang kini menjadi suaminya tidak memiliki hati nurani.

“Tidak Angga, Ela bukan wanita seperti itu. Mama tahu persis kelakuan Ela. Ayo Nak, tarik ucapanmu.”

Tanpa mengindahkan omongan sang Mama, Erlangga menarik tangan Bu Waida dan Pak Handoko untuk segera pergi dari sana.

“Abii,” teriak seorang perempuan dengan raut cemas.

Langkah Bu Waida terhenti, manakala mendengar teriakan wanita yang sangat dikenalnya. Siapa lagi kalau bukan umi Rosyida mamanya Ela.

Bu Waida berbalik badan, tapi sayang tarikan Erlangga tak bisa ia tahan. Ia pergi semakin jauh dari rumah sahabat kentalnya.

Ela tersentak, kemudian bangkit berdiri, lalu menoleh ke asal suara. Tampak olehnya sang ayah jatuh pingsan.

Ia segera berlari mendekati lelaki yang selalu ada untuknya. Pria yang selalu menomor satukan dirinya dalam segala hal.

“Abi, ayo bangun. Jangan bikin Ela takut.” Ela terus saja mengguncang badan lelaki cinta pertamanya dengan bercucuran air mata. Tak pernah ia bayangkan, jika pernikahan yang semestinya bahagia berakhir duka lara dan nestapa.  

Sakit hatinya, apalagi daftar pelacur baru disematkan dalam dirinya, oleh lelaki yang gagal menjadi suaminya. Entah kemana akan ia bawa derita dan luka hatinya. Tak terasa cairan bening lolos juga dari netranya.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah yang kini dirasakan Ela. Bukan hanya pernikahan saja yang berakhir dalam sekejap mata, kini sang ayah pingsan tak sadarkan diri.

Ela takut sang ayah pergi meninggalkannya.

“Kita bawa Abi ke rumah sakit,” ajak sang Umi cepat. Untung sang Umi tidak ikut pingsan seperti Abi Hisyam. Jika tidak, entah bagaimana Ela menghadapinya.

Ela dan Umi Rosyida tidak peduli lagi dengan kasak-kusuk tentang pernikahannya. Biarlah orang berkomentar miring tentangnya. Sekarang perhatiannya lebih tertuju pada Abi Hisyam, lelaki yang tak pernah meragukannya.

Dengan bantuan beberapa tetangga dekat, yang masih pro dengan Abi Hisyam. Melarikan lelaki pingsan itu ke rumah sakit. Selama perjalanan Ela tak berhenti menangis.

“Abi tidak boleh pergi. Siapa yang jaga Ela, ayo bangun Bi.”

“Abi banguuuun!” Ela terus saja merengek manja seraya kedua tangannya tak henti mengguncang bahu sang Abi.

“Sudah Nak, tenangkan dirimu. Lihat! Wajahmu kusut sekali, ayo hapus air matamu. Kita doakan yang terbaik untuk Abi.”

“Umi?”

“Kenapa Nak?”

“Umi percaya pada Ela-kan. Ela tidak mungkin melakukan apa yang dikatakan Soni.”

“Sudah! Kamu tidak perlu katakan itu. Sekarang kita pikirkan saja keselamatan Abi.”

“Tidak Umi, ayo katakan kalau Umi percaya pada Ela.”

“Iya Nak, Umi lebih percaya kamu dibandingkan lelaki itu.”

“Terima kasih Umi,” jawab Ela seraya memeluk wanita yang telah melahirkannya dengan susah payah.

“Ela hanya butuh kepercayaan dari Umi dan Abi saja. Ela tidak butuh pendapat orang lain,” sambung Ela memeluk Uminya erat.

Tak lama kemudian, mobil memasuki area rumah sakit.

Kini Abi Hisyam tengah ditangani dokter, Ela dan Umi Rosyida menunggu di ruang tunggu.

Bersambung...

Apa yang terjadi dengan Abi Hisyam, mampukah ia melewati masa kritis?

Bersambung ...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ditalak Usai Akad   Part 84

    Lelaki itu akhirnya pergi juga meninggalkan kamar, meninggalkan Ela dengan degup jantung yang menderu. Bibir wanita itu kembali tersungging manis. Membayangkan tingkah agresifnya tadi sungguh membuatnya malu. Ia sungguh tak percaya, bisa melakukan hal yang sangat tabu untuknya. Wajahnya memerah, sontak ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.Setelah mengatur debar di dada, Ela mulai siap-siap seperti permintaan suaminya. Ia beranjak ke lemari, meraih kado dari Farah yang dulu hampir saja ia buang. Tapi setelah ia tahu kegunaan pakaian tipis menerawang itu, ia menyimpannya kembali di lemari. Kini ia berniat memakainya untuk menyenangkan sang suami. Yah, kini hatinya telah mantap, siap sempurna tanpa ada keraguan sedikitpun.Hampir 20 menit ia bersiap-siap dan menunggu kedatangan sang suami di kamar tepatnya di tempat tidur. Beberapa kali ia menguap, tapi sayangnya orang yang ditunggu tak kunjung datang. Ela menarik selimut hampir menutupi seluruh badannya. Ia belum siap menu

  • Ditalak Usai Akad   Part 83

    “Mas, kok berhenti, gak jadi masuk?” tanya Ela bingung. Wanita itu memindai area ruang keluarga, dan tatapannya melongo kaget, menyaksikan pertikaian antara kakak ipar dan suaminya.Bukannya menjawab pertanyaan Ela, Faiq justru berbisik di telinga sang istri. “Lihat itu, mereka lagi berantem. Kita dengarkan dari sini.”“Menguping pembicaraan orang diam-diam itu tidak baik Mas, apalagi mereka tengah berantem. Ayo kita keluar saja,” ajak Ela cepat seraya berbisik. Tangannya tak lupa menarik tangan sang suami dan mengajaknya keluar. Tapi sayang, Faiq tak bergerak dari posisinya. Ela menatap suaminya dengan perasaan kalut, takut ketahuan oleh kakak ipar dan suaminya.“Ayo Mas, tunggu apa lagi. Sebaiknya kita pergi sekarang,” pinta Ela memelas.Faiq mendekatkan bibir ke telinga sang istri lalu berbisik, “Ini kedua kalinya mereka berantem, aku harus tahu apa yang mereka debatkan.”“Tapi....”“Syut... Diamlah. Nanti kita ketahuan, bahaya!” pinta Faiq menutup mulut sang istri. Akhirnya Ela men

  • Ditalak Usai Akad   Part 82

    “Bunda,” ucapnya terbata-bata. Wanita itu lantas membuka pintu dan memintanya mamanya masuk ke dalam. Perempuan yang dipanggil bunda itu pun lantas masuk ke apartemen sang putri. Lalu mendaratkan bokongnya di kursi tunggal yang ada di sana. Matanya memindai area ruang keluarga yang tertata dengan rapi dan juga bersih. Meskipun rapi dan bersih, tetap saja tinggal sendiri itu tidak menyenangkan.“Betah kamu tinggal menyendiri di sini?”“Maksud bunda?”“Kamu jangan pura-pura tidak tahu apa maksud perkataan bunda.”“Menikah!! Itu yang ingin bunda katakan bukan?”“Iya, apalagi.”“Kapan kamu bisa memenuhi permintaan bunda, Nak? Kamu itu bukan ABG labil lagi. Kamu itu sudah kelewat dewasa.”Widuri tersentak kaget, ia sangat paham dengan maksud perkataan sang bunda, memang dirinya sudah kelewat dewasa, bahkan sebentar lagi usianya mencapai 29 tahun. Tapi mau bagaimana, lelaki yang ia sukai dari dulu bahkan sampai sekarang tidak berubah, namun tidak direstui oleh sang bunda hanya karena lelak

  • Ditalak Usai Akad   Part 81

    “Baiklah! Saya mengerti. Sebenarnya apa yang hendak kamu bicarakan?” tanya Widuri menatap lekat sang mantan. Dadanya sampai sekarang masih bergetar hebat, saat menatap lelaki di depannya itu. Rasa cinta itu semakin menancap dalam hati, meskipun tidak terlihat rasa rindu itu di mata Faiq. Tak membuat rasa cintanya padam, tapi terus saja menyala terang. Apalagi setelah melihat keberhasilan dan kesuksesan yang pria itu sandang sekarang menambah rasa kagum dan keinginan untuk memiliki lelaki itu sepenuhnya semakin tertancap kuat dalam dadanya. Terlebih setelah mendengar perkataan Ela, kalau Faiq belum menikah dan tidak punya wanita spesial. Ia berharap, dialah wanita yang mendampingi Faiq melewati fase kehidupan berumah tangga. Ia merasa, Faiq masih mengharapkannya, belum bisa move on, buktinya sampai sekarang Faiq masih betah menyendiri. Bisa seyakin itu Widuri memahaminya, padahal andai ia tahu, jika Faiq sudah memiliki wanita spesial yang bergelar istri, entah bagaimana perasaan per

  • Ditalak Usai Akad   Part 80

    “Ela, Maaf! Tadi gak bangunin kamu, soalnya tidurmu pulas banget,” ucap Faiq menyesal seraya mendaratkan bokongnya di kursi tak jauh dari Ela. Lelaki itu menatap sang istri yang tak menoleh sedikit pun padanya.Sebenarnya tadi Faiq ragu untuk masuk ke dalam ruang keluarga, ulahnya semalam yang pura-pura pingsan membuatnya enggan bertemu dengan Ela. Ia khawatir Ela mengetahui kepura-puraannya dan bisa saja wanita itu menceritakan kepada orang tuanya. Tapi bila tetap diam dan menunggu di luar juga akan membuat kedua orang tuanya pasti bertanya-tanya. Makanya Faiq memberanikan diri masuk bergabung dengan istri dan kedua orang tuanya. Ia tak hiraukan, meskipun nanti pandangan buruk yang dilayangkan Ela.“Tidak apa-apa Mas.” Jawab Ela singkat, setelah terdiam cukup lama. Itu pun karena tak enak pada kedua mertuanya, bila Ela menampakkan kekesalan di depan sang mertua. “Oh iya Mas, nanti kita jadi pergi menemui Bu Widuri?” tanya Ela memastikan. “Kalau jadi, aku mau siap-siap sekalian mau ka

  • Ditalak Usai Akad   Part 79

    “Bukan begitu, sekarang sudah terlalu larut. Bagaimana kalau besok saja,” ucap Faiq bernegosiasi. Lelaki itu bicara tanpa beban, seolah sang istri tidak marah dituduh tidak virgin.Bukan tanpa alasan Faiq menunda sampai besok, malam ini karena sudah terlalu malam dan ia juga dari tadi menguap terus, maka tercetuslah ide menunda malam pertama itu sampai besok pagi.Lelaki itu berusaha membujuk Ela, tapi sayangnya Ela sudah terlalu kesal. Akhirnya ia bicara dengan ketus. Bahkan terkesan mengancam. Ela jelas tak bisa terima begitu saja, di mana harga dirinya. Kehormatannya dipertanyakan.“Sekarang! Atau tidak sama sekali,” ancam Ela tak terima dicurigai tidak perawan oleh lelaki yang baru beberapa hari ini sah menjadi suaminya.Sebagai wanita yang selalu menjaga kehormatannya, jelas kecewa dibuatnya.Sakit hatinya dituduh tidak perawan apalagi oleh suami sendiri. Rasanya Ela ingin menjambak rambut lelaki itu untuk melampiaskan kekesalan hati, tapi ia tak punya keberanian melakukannya. Si

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status