Share

Bab 6

Tanpa menunggu jawaban, Marcho langsung berjalan keluar dan mengunci pintu dari luar.

Melihat itu, Livy menahan gemetar di tubuh, terlebih kala pria itu terdengar menelpon asisten pribadinya-Fredy.

Apa mereka sedang mempersiapkan proses penangkapannya?

Tidak!

Livy menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dia tak mau mendekam di dalam penjara yang dingin dan menakutkan itu.

"Aku harus kabur secepatnya sebelum Marcho sadar!" batin gadis itu dalam hati.

Sementara itu, Marcho kini tengah berada di ruang kerjanya di apartemen itu.

Dia tersenyum penuh kemenangan, saat melihat dokumen yang baru saja di kirimkan oleh asistennya. Sesuatu yang bisa dia gunakan untuk menaklukkan Livy!

Livy adalah anak dari seorang bos pertambangan. Setelah Ayahnya meninggal dunia, Ibunya menikah lagi. Tapi tanpa sepengetahuan sang Ibu, Ayah tirinya seringkali bertindak tak senonoh padanya hingga membuat Livy memutuskan untuk kabur dari rumahnya.

Dia melihat jam tangannya kemudian beranjak untuk menemui Livy di kamarnya, untuk 'bernegosiasi' tentunya!

Namun saat Marcho tiba di depan kamarnya, pintu itu sudah terbuka! Livy menghilang! 

"Sialan!" Marcho menendang pintu kamarnya dengan geram dan berlari keluar sembari menelepon para bawahannya. "Blokir semua akses keluar masuk di gedung ini, sekarang juga! Bawa dia kembali bagaimanapun caranya!"

***

"Untung ... aja ada kamu!" gumam Livy sembari menatap jepit rambut di tangannya, benda yang menyelamatkan hidupnya.

Kini Livy sudah berada di dalam lift yang hanya ada dia sendiri di dalamnya.

Dia menghela napas lega karena dia masih bisa kabur dari genggaman duda dingin itu. 

Ting! 

Pintu lift pun terbuka. Namun belum sempat Livy melangkahkan kakinya keluar dari lift, dia melihat beberapa pria berseragam hitam berjalan capt ke arahnya. Dengan jantung yang berdetak cepat, Livy refleks memundurkan langkahnya dan berdoa dalam hati, berharap orang-orang itu bukan datang untuknya.

Tapi sayangnya harapan Livy sirna saat salah seorang dari pria itu masuk ke dalam lift dan menyapanya, "Nona Livy, mohon ikut dengan kami."

*Boom*

Hancur sudah harapan Livy untuk terbebas dari Marcho!

Tubuhnya meluruh dan hampir saja ambruk, jika salah seorang bodyguard Marcho itu tidak dengan sigap menahan tubuhnya.

Pria itu menekan tombol lift, menuju lantai dimana apartemen Marcho berada sembari menghubungi rekannya untuk membuka kembali akses keluar masuk di gedung itu dan menormalkan kondisi yang tadi sempat begitu menegangkan. Bahkan hal itu juga membuat beberapa penghuni lain di sana panik, heran, dan bingung.

Jadi, pelarian Livy yang sebentar itu, berakhir sudah.

Kini, dia kembali berada di dalam ruang kerja Marcho dan duduk di hadapan pria itu dengan kepala tertunduk.

"Cepat berikan kepadanya!" perintah Marcho kepada Fredy-asistennya.

"Baik, Tuan!" jawab Fredy yang langsung menyerahkan berkas perjanjian di hadapan Livy.

"Bacalah dan segera tanda tangani!" titah Marcho. "Aku tidak hanya akan mengerahkan anak buahku untuk terus mengawasimu, tapi aku juga akan mengikatmu secara hukum!" jelas Marcho membuat Livy kembali bergidik ngeri.

'Mati aku kali ini!' gumam Livy dalam hati.

Perlahan Livy meraih berkas yang ada di hadapannya dan membaca setiap tulisan yang ada di dalamnya. Hatinya langsung terasa sesak saat membaca isi surat perjanjian pernikahan yang berisikan aturan-aturan apa saja yang boleh ia lakukan dan tidak boleh ia lakukan selama pernikahan.

Begitu Livy membaca poin terakhir, semakin membuatnya kesulitan bernapas. Apa maksudnya dia hanya dijadikan pembantu oleh laki-laki itu?

"Pertama, kau harus menuruti semua perintahku. Kedua, kau sama sekali tidak diizinkan untuk membantah!" tutur Marcho. 

"Tapi ini sangat tidak manusiawi, Tuan! Bagaimana bisa Anda menjadikan saya sebagai budak seperti ini?" sanggah Livy yang sama sekali tidak terima dengan isi perjanjian yang sangat merugikan dirinya.

Bagaimana ia tidak rugi, jika setelah menikah nanti ia dituntut agar segera hamil karena saat awal pertama ia membuat keributan sudah mengaku jika ia memang sedang hamil.

Tidak hanya itu, meski sudah menikah dengan Marcho statusnya bukanlah sebagai istri yang dengan enaknya menikmati uang suami. Dia masih harus bekerja di kantor dan juga di apartemen. Lebih tepatnya ia menjadi pembantu pribadi Marcho dengan gaji yang sama sekali tidak setimpal dengan pekerjaannya.

Dan satu lagi, Livy sama sekali tidak diperkenankan untuk mempublikasikan pernikahan mereka dan juga ikut campur dalam urusan pribadi Marcho.

"Jika pernikahan kita tidak bisa dipublikasikan, bagaimana saya menjawab pertanyaan netizen di saat saya hamil?" tanya Livy yang sama sekali tidak habis pikir dengan isi perjanjian tersebut. 

"Aku tidak peduli dengan semua itu. Yang aku butuhkan adalah kau segera menandatangani perjanjian ini!" jawab Marcho.

"Saya tidak setuju, Tuan!" balas Livy sambil meletakkan kembali berkas yang ada di tangannya dan bersiap untuk meninggalkan ruangan Marcho.

"Jika kau tidak menyetujui perjanjian ini, tidak apa. Aku hanya perlu mengabarkan kepada Nyonya Besar Widya jika putri kesayangan ada di sini bersamaku!" ancam Marcho yang langsung menyebutkan nama mama kandung Livy.

Mata gadis cantik itu sontak membulat.

Bagaimana Marcho tahu tentang keluarganya?!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rosemarry
dahlah vy, terima aja. "duren mateng" gitu juga. duda keren mapan dan ganteng
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status