Share

Bab 7

Selama ini, Livy sudah menutup identitas dirinya rapat-rapat. la tidak mau mamanya tahu keberadaannya dan menjemputnya secara paksa untuk kembali ke Mansion Utama yang sangat ketat dengan peraturan.

Bukan hanya itu sebenarnya, yang sangat Livy takutkan adalah jika ia harus kembali bertemu dengan papa tirinya yang selalu saja mencari celah untuk menggodanya.

Kini Livy mulai bimbang harus memilih yang mana. Jika ia menolak masuk ke kandang harimau yang disediakan oleh Marcho, mau tidak mau ia harus kembali ke kandang buaya dan siap untuk diterkam papa tirinya kapan pun dia mau.

"Saya akan menandatangani surat perjanjian itu..." ucap Livy memotong kalimatnya membuat Marcho tersenyum penuh kemenangan. "Tapi, saya tidak mau mengandung anak Anda, Tuan Marcho!" jelas Livy dengan tegas.

"Sayangnya kau tidak bisa mengubah surat perjanjian yang sudah aku buat, Livy!" balas Marcho tidak mau kalah.

"Apa sebegitunya kah Anda menginginkan saya mengandung anak Anda, Tuan Marcho?" tanya Livy yang semakin memberanikan dirinya mendekati Marcho. "Jangan-jangan Anda benar-benar sudah jatuh cinta dengan saya?" lanjut Livy lagi sambil memainkan dasi Marcho.

"Cih, jangan pernah berharap aku jatuh cinta dengan gadis urakan sepertimu, Livy!" decih Marcho memandang remeh ke arah Livy. "Bahkan aku juga tidak sudi untuk menidurimu!"

"Oh yaa?" tanya Livy yang semakin mengikis jaraknya dengan Marcho. "Apa Anda yakin tidak akan tergoda dengan saya?" Livy mulai menyibakkan rambutnya dengan gaya menggoda Marcho.

Nafas Marcho mulai tidak beraturan saat ia berdekatan dengan Livy kali ini. Namun, cepat-cepat ia menguasai dirinya sendiri agar tidak kalah dengan gadis pembuat onar di hadapannya itu.

"Jaga sikap kamu, Livy! Dasar wanita murahan!" hardik Marcho geram karena jantungnya justru bertalu-talu saat berada di dekat wanita yang ia katakan murahan.

"Fredy!" panggil Marcho. "Telepon Nyonya Widya sekarang juga!"

"Oke oke, saya akan menjadi Istri anda dan menjadi Mommy yang baik untuk Hizkiel!" ucap Livy.

"Bohong! Aku benar-benar tidak bisa mempercayaimu lagi! Berulang kali kau berilah dan membuat masalah denganku!"

"Kali ini saya benar-benar berjanji, Tuan. Dan anda bisa memegang janji saya kali ini!" ucap Livy dengan sungguh-sungguh.

"Temui putraku sekarang juga dan hibur dia. Jika dia tidak bisa memaafkanmu, jangan harap kau masih bisa bernafas dengan bebas, Livy!" titah Marcho.

Livy cepat-cepat keluar dari kamar Marcho dan menuju ke kamar Hizkiel. Perlahan Livy mendekati Hizkiel yang masih merajuk dan sedang dihibur oleh omanya.

"Mommy tidak bermaksud membuatmu kecewa, Hizkiel. Mommy hanya bertanya saja tadi. Tapi, Mommy berjanji akan belajar menjadi Mommy yang baik untuk Hizkiel!" ucap Livy sambil mengusap kepala Hizkiel.

"Benarkah?" tanya Hizkiel dengan mata yang berbinar.

Livy pun langsung menyunggingkan senyumnya dan menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, Hizkiel sayang. Mulai sekarang kau bisa meluapkan semua keluh kesahmu pada Mommy!" ucap Livy.

Hizkiel langsung memeluk Livy dengan sangat erat. Akhirnya apa yang selama ini ia inginkan pun terwujud. Sedangkan Livy hanya bisa pasrah dengan apa yang kini akan terjadi ke depannya.

'Selamat datang di kehidupan baru mu, Livy. Kali ini kau menikah hanya untuk menjadi Mommy tanpa tahu kapan berakhirnya semua ini' batin Livy sambil membalas pelukan Hizkiel.

Setelah Hizkiel tertidur, Livy segera berpamitan untuk kembali ke kostnya. la sudah sangat ingin bertemu dengan Cintya untuk menceritakan apa yang sudah terjadi padanya hari ini.

la pun berpamitan dengan Mom Merry dan juga Marcho. Kini Livy mulai bernafas lega karena sebentar lagi akan keluar dari penjara yang sudah mengurungnya satu hari penuh.

Namun langkah Livy terhenti saat melihat 3 orang body guard di hadapannya. Dua orang pria bertubuh kekar dan seorang wanita dengan gaya tomboy sudah berdiri tegap di depan pintu apartemen Marcho.

"Apa-apaan ini?" tanya Livy yang tidak suka dengan kedatangan body guard Marcho di depannya.

"Kami mendapat perintah untuk mengikuti Anda selama 24 jam penuh, Nona!" jawab salah satu body guard yang bertubuh kekar.

"Hei, aku tidak akan kabur lagi! Kost ku juga sangat sempit. Bagaimana mungkin kalian ikut denganku?" protes Livy yang sangat tidak terima jika harus terus menerus dikuntit oleh anak buah Marcho.

Marcho yang mendengar keributan di luar apartemennya pun langsung keluar.

"Mereka bisa beristirahat di dalam mobil, tapi yang perempuan akan terus mengikutimu ke mana pun kau pergi. Yang jelas, aku tidak ingin kau melarikan diri karena aku sudah tidak bisa mempercayaimu lagi!" tegas Marcho.

"Ck!" Livy memutar bola matanya malas. "Menyusahkan!" gerutu Livy sambil meninggalkan Marcho begitu saja.

Livy pun langsung memasuki lift bersama dengan ketiga body guard yang ditugaskan untuk mengikutinya.

Sesampainya di underground, salah satu body guard yang mengikutinya memberitahukan jika mereka akan mengikuti Livy dengan mobil. Sedangkan Livy tetap akan pulang mengendarai motornya.

"Apaa?!" pekik Livy dengan kencang.

la kira dirinya akan pulang dengan menaiki mobil, ternyata Marcho sudah menyiapkan kendaraan pribadinya di depan lobby.

"Dasar Tuan Pelit yang tidak tahu diri!" umpat Livy.

Hari ini ia benar-benar sangat sial! Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tubuhnya yang sudah sangat lelah mau tidak mau harus mengendarai motornya dan pulang ke kostnya.

Tiba di kostnya, Cintya langsung menyambut kedatangan Livy yang sudah tampak sangat kusut.

"Livy! Apa yang sudah terjadi padamu?" tanya Cintya yang sedari tadi mengkhawatirkannya.

Livy hanya menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan tangannya ke arah body guard yang kini sedang berjalan ke arahnya.

"Hidupku sudah usai!" ucap Livy lirih sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam kost-kostannya.

Cintya mengerutkan dahinya dengan sejuta pertanyaan di dalam benaknya. Terlebih saat salah satu body guard wanita mengikuti mereka sampai masuk ke dalam kamar Livy.

Livy yang masih enggan bercerita pun langsung meraih handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Kini tinggal Cintya dan body guard yang ditugaskan mengikuti Livy lah yang ada.

"Siapa kamu?" tanya Cintya dengan tatapan mengintimidasi.

"Terra!" jawabnya singkat.

"Apa tujuanmu mengikuti sahabatku?"

"Saya hanya memenuhi perintah dari Tuan Marcho!"

"Hah?!"

Jawaban itu jelas membuat Cintya terhenyak. Apakah ini akibat Livy berusaha membalaskan dendamnya waktu itu? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status