Share

Bab 5

Livy kini sudah duduk terpaku di hadapan Marcho, menantikan hukuman apa yang akan ia dapatkan kali ini. Tatapan dingin Marcho yang seperti mampu membekukan siapa pun yang dilihatnya, membuat Livy terus menundukkan kepalanya.

Entah kenapa kali ini keberanian Livy sirna begitu saja, saat ia kembali berhadapan dengan bosnya sendiri.

"Ke mana perginya keberanianmu tadi, Livy?!" tanya Marcho menghardik wanita yang sudah mempermainkannya hari ini.

Livy hanya diam tidak menjawab pertanyaan Marcho kali ini. Jika dibilang takut, tentu saja ia sangat takut. Terlebih tatapan Marcho saat ini seperti hendak mengunyahnya habis-habisan tanpa sisa.

"Jangan diam saja dan jawab pertanyaanku!" gertak Marcho.

"Aku sama sekali tidak suka diacuhkan!" lanjutnya lagi.

Mendengar itu, Livy pun mulai mengangkat kepalanya dan memberanikan dirinya menatap Marcho yang saat ini sedang diselimuti dengan amarah.

"Keberanian saya masih disimpan untuk memperhitungkan kembali dengan baik bagaimana saya bisa melarikan diri dari Anda!" jawab Livy.

"Jadi kau masih berpikiran untuk melarikan diri dariku?!" tanya Marcho yang langsung diangguki oleh Livy.

"Benar!" jawab Livy dengan mantap.

Keberanian Livy membuat Marcho cukup terkejut dan semakin penasaran dengan identitas wanita yang berhasil memporak-porandakan hidupnya itu.

"Kalau begitu pikirkan saja dengan baik bagaimana caranya melarikan diri dariku! Karena aku benar-benar akan mengurungmu dan tidak memberikan celah untukmu, Livy!" ucap Marcho dengan tegas.

*****

Kini Livy sudah berada di depan pintu apartemen Marcho untuk memenuhi panggilan makan malam dengan Nyonya Merry, Milla, dan juga Hizkiel. 

"Jaga sikapmu di depan Mommyku. Kau tau kalau Mommy punya penyakit asma, jadi jangan membuatnya syok!" ujar Marcho dengan penuh penekanan.

Livy tersenyum penuh arti dan berkata, "Anda tenang saja, Tuan Marcho."

Mereka pun masuk ke dalam apartemen dan langsung menuju ke ruang makan, dimana sudah ada mom Merry, Mila dan Hizkiel di sana.

Marcho menghentikan langkahnya dan terdiam sejanak, saat ia melihat ruang makan yang sudah di tata dengan gaya kelas atas lengkap dengan peralatan table mannernya.

"Sial!" umpatnya dalam hati semari melirik sekilas pada Livy dan berharap gadis itu tidak terlalu memalukan nantinya.

Melihat anak dan calon menantunya datang, Mom Merry pun mempersilahkan Livy untuk duduk. "Oh kalian sudah datang, duduklah."

"Kita mulai sekarang ya makan malamnya!" ajak Mommy Merry dan Livy langsung menganggukkan kepalanya dengan santun.

Kini semua mata tertuju pada Livy untuk melihat bagaimana Livy menikmati makan malamnya kali ini. Awalnya, mereka mengira Livy akan kebingungan dengan banyaknya alat makan yang di sediakan.

Tapi di liar dugaan, Livy justru melakukannya dengan sangat baik. Tampak begitu elegan dan berkelas, yang tentu saja membuat dahi Marcho berkerut heran dan semakin mempertanyakan identitas Livy.

Semua gerak gerik Livy sama sekali tidak luput dari pandangan Mom Merry, Marcho dan juga Mila. Setelah jamuan makan malam selesai, kini waktunya Livy bercengkerama dengan Mom Merry untuk membicarakan sesuatu.

"Nyonya Merry, Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan!" ucap Livy dengan sangat santun dan tentunya menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami oleh Mom Merry.

Marcho membulatkan matanya dan menatap tajam pada Livy, namun gadis itu hanya melirik sekilas kearahnya dan mengacuhkannya..

"Katakan saja Livy!" ucap Mom Merry.

Keringat dingin mulai mengucur di dahi Marcho, tangannya juga mengepal erat menahan amarah saat Livy mengatakan yang sebenarnya, dimana  ia tidak sedang hamil. Dan yang dilakukannya di apartemen Marcho tempo hari tidak lain adalah murni kesalahpahaman.

"Saya mohon maafkan saya, Nyonya. Saya menyesal sudah membuat Anda salah paham." ucap Livy dengan penuh kehati-hatian.

Hizkiel yang tidak sengaja mendengar percakapan antara Omanya dengan Livy pun langsung mendekat dan duduk di antara mereka.

"Jadi aunty tidak hamil?" tanya Hizkiel yang sudah mendambakan seorang adik.

Tentu saja kedatangan Hizkiel membuat mereka terkejut, terutama Marcho. Dia sangat menyayangi anaknya dan dia tak ingin melihat anaknya kecewa.

Livy pun menggelengkan kepalanya, "No, Hizkiel. I'm not pregnant!" jawab Livy.

"Tapi kau akan tetap menjadi mommyku dan memberikan adik untukku kan?" tanya Hizkiel sambil menggenggam tangan Livy dan menatapnya dengan penuh harap.

Marcho terkejut, dia tak menyangka jika Hizkiel begitu menginginkan Livy menjadi Ibunya. Dia pun menatap Livy dengan tajam, membuat Livy kesulitan menelan ludahnya. Entah kenapa suaranya tercekat dan susah untuk menjawab pertanyaan Hizkiel kali ini.

Jauh di dalam lubuk hatinya, ia tidak ingin menikah secepat ini terlebih dengan seorang duda dingin seperti Marcho. Namun di sisi lain, ia tidak ingin membuat anak laki-laki di hadapannya kecewa dengan jawabannya.

"Tentu saja, Hizkiel. Aunty Livy akan tetap menjadi Mommy mu, sayang!" tukas Oma Merry yang langsung menjawab pertanyaan cucu kesayangannya.

Marcho akhirnya bisa bernapas lega, mendengar jawaban Livy.

"Mulai sekarang belajar untuk memanggilnya Mommy!" pinta Merry.

"Hai, Mommy!" panggil Hizkiel membuat Livy mau tidak mau mengusap kepala Hizkiel dengan lembut.

Usapan tangan Livy membuat Hizkiel sangat nyaman dan langsung meletakkan kepalanya di atas pangkuan Livy.

"Kau tahu, Mommy. Aku sangat bahagia karena akhirnya aku bisa mengatakan kepada semua teman-temanku, jika saat ini aku memiliki Mommy yang cantik!" ucap Hizkiel yang seketika membuat mimpi Livy buyar.

Tujuannya untuk menggagalkan pernikahannya dengan Marcho kini jadi berantakan karena apa yang ia dapatkan, justru semakin menguatkan jika sebentar lagi ia akan menjadi Istri yang tentunya sama sekali tidak dianggap oleh Marcho.

"Tapi bagaimana jika aku tidak bisa menjadi Mommy yang baik untukmu, Hizkiel?" tanya Livy.

"Kenapa kau tidak bisa menjadi Mommy yang baik untukku?" tanya Hizkiel balik bertanya.

"Apa kau juga akan seperti Mom Paula yang meninggalkan aku dan Daddy demi karir dan cita-citanya?"

Mata Hizkiel mulai berkaca-kaca dan membuat Livy tidak tahu harus menjawab apa.

Melihat Livy terdiam, Hizkiel pun langsung bangun dari pangkuan Livy dan berlari menuju ke kamarnya dengan raut wajah yang tampak sangat kecewa.

Marcho mengepalkan tangannya dengan geram. Bisa-bisanya dia membuat putra kesayangannya kecewa!

Marcho yang diselimuti amarah pun langsung menarik tangan Livy untuk ikut dengannya. "Mom, aku harus berbicara dengan Livy," ucap Marcho kepada Mom Merry.

"Oh, silakan saja! Mom juga akan menghibur Hizkiel. Sepertinya dia sedang sedikit sensitif kali ini!"

Mom Merry pun berjalan menuju ke kamar cucunya, sedangkan Marcho langsung menarik tangan Livy sedikit kasar dan membawanya ke dalam kamar.

"Awh! Sakit, Tuan!" pekik Livy sambil mengibaskan tangannya yang sedikit memerah.

"Kenapa kau membuat putraku kecewa, hah!?" tanya Marcho dengan nada menggertak Livy sambil terus mengikis jarak antara mereka sampai Livy terpojok di dinding kamar Marcho.

Luapan amarah Marcho kali ini membuat nyali Livy menciut.

"Saya hanya bertanya saja karena saya benar-benar tidak ingin menjadi istri anda, Tuan!"

Ucapan Livy barusan ternyata membuat amarah Marcho semakin menjadi-jadi. Tangannya langsung mencengkeram dagu Livy dan menatapnya dengan sangat tajam dan terlihat begitu mengerikan.

"Apa kamu bilang?!" gertak Marcho. "Kalau memang kamu tidak ingin menjadi istriku, lebih baik aku memenjarakanmu!"

Deg!

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rosemarry
kasian hizki
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status