Share

Bab 8

Selepas Livy membersihkan tubuhnya, Cintya pun memintanya untuk langsung menceritakan semua yang terjadi.

Di sisi lain, Terra hanya diam, mendengarkan percakapan dua sahabat itu.

"Maafkan aku, Livy. Hanya untuk membantuku balas dendam, kau justru harus menderita seperti ini!" tukas Cintya yang tidak tega mendengarkan cerita sahabatnya.

"Aku benar-benar lelah!" ucap Livy yang mulai menitikkan air matanya.

Cintya pun langsung memeluk sahabatnya dengan sangat erat.

"Aku tidak bisa membantumu kali ini, Livy. Maafkan aku!" ucap Cintya sambil menepuk punggung Livy pelan untuk meredakan tangisan Livy.

Dan begitulah ceritanya....

Pagi-pagi buta, Livy langsung dibawa paksa oleh bodyguard Marcho menuju ke sebuah salon ternama.

Dia hanya bisa pasrah saat MUA mulai memoles wajahnya dan merubahnya bak putri kerajaan dalam sehari.

Setelah riasan di wajah Livy selesai, dia pun mengenakan gaun pengantin yang sudah disiapkan oleh Marcho sebelumnya.

"Tuan, Nona Livy sudah siap!" ucap salah satu MUA memberitahukan kepada Marcho yang masih sibuk dengan ponselnya.

Marcho pun mengangkat kepalanya dan melihat Livy dari atas sampai bawah.

"Tersenyumlah, Livy!" titah Marcho yang tidak melihat senyum di wajah Livy sedikit pun.

Livy pun memaksakan dirinya untuk menarik ujung bibirnya agar senyumnya tercetak dengan jelas. Setelah Livy tersenyum, Marcho pun langsung berdiri dan mengangkat lengannya sedikit agar Livy bisa melingkarkan tangannya di lengan Marcho.

"Ingat untuk bersikap dengan baik selama acara pernikahan kita! Jangan sampai membuat para tamu undangan curiga!" bisik Marcho memberi ultimatum.

"Tamu undangan?" tanya Livy dengan suaranya yang tercekat. "Bukankah kata Anda jika pernikahan kita akan dilaksanakan secara tertutup?"

"Awalnya begitu, tapi Mom Merry tidak menyetujuinya sama sekali!" jawab Marcho tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Lalu bagaimana dengan perjanjian kita kemarin?" tanya Livy mulai gusar.

"Apa kau lupa siapa aku? Aku akan dengan mudah mengubah semuanya atas kehendakku, Livy. Dan tentunya tanpa persetujuan dari mu!"

"Karena aku sekarang sudah memegang kelemahanmu!" lanjut Marcho lagi membuat Livy mengepalkan tangannya dengan geram.

"Dasar gila!" umpat Livy kesal. 

Umpatan Livy kali ini langsung dibungkam oleh bibir Marcho yang mendarat tepat di bibir Livy. Cepat-cepat Livy mendorong tubuh Marcho untuk menjauh darinya dan mengusap bibirnya dengan kasar.

"Sial! Apa sebenarnya maumu, Tuan?!" tanya Livy yang kemarahannya sudah di ubun-ubun kepala.

Meski ini bukan ciuman pertamanya, tetap saja Livy tidak suka mencium bibir pria sembarangan. Terlebih pria ini jauh lebih tua darinya. Bukan hanya itu, dia adalah duda gila yang menghancurkan kehidupan indahnya!

"Aku hanya ingin kau menjalani peranmu dengan baik, karena aku akan menciummu lebih dari ini di depan para tamu undangan nanti!" jawab Marcho sambil mengusap lipstik di bibir Livy yang jadi sedikit berantakan.

"Benar-benar menyusahkan! Bertemu denganmu adalah petaka terbesar di hidupku!" gerutu Livy.

Marcho hanya berdecih pelan mendengar ucapan Livy barusan.

"Cih, bukannya justru kau sendiri yang datang kepadaku dan mengaku sedang hamil anakku?" tanya Marcho membuat Livy menghela nafasnya panjang.

"Itu adalah salah satu kesalahan terbesarku yang sangat aku sesali!"

Livy kini menatap Marcho dengan tajam. "Masuk ke apartemen seorang duda dan berakhir di pelaminan terburuk seumur hidupku. Padahal sedari dulu aku mendambakan pernikahan yang paling indah dalam sejarah! Sayangnya yang terjadi kali ini justru sebaliknya." 

"Bukannya menikahi perjaka tampan. Saya menikahi pria tua seperti Anda!"

Marcho membeliakkan matanya sempurna mendengar penuturan Livy barusan. Harga dirinya terasa sangat terinjak-injak oleh gadis ingusan yang sialnya tampak sangat cantik di hadapannya.

"Nyalimu cukup besar juga ya, Livy!"

"Aku harap kau tidak akan menyesal dengan apa yang kau katakan barusan, Livy!" ucapnya tajam.

Namun, Livy malah tersenyum miring, "Sayangnya, itu tidak akan pernah terjadi!"

Setelahnya, Livy yang sudah duduk di dalam mobil pengantin--terus saja membuang wajahnya ke luar jendela.

la seketika sadar dan merutuki kebodohannya sepanjang jalan.

Bagaimana jika Marcho membuat perhitungan padanya?

"Kita langsung menuju Carl Resto saja, Fredy! Aku akan sarapan lebih dulu dengan keluargaku sebelum melangsungkan pernikahan!" titah Marcho memecah keheningan di mobil itu.

"Baik Tuan!"

Fredy pun langsung memenuhi titah dari Tuannya.

Pernikahan mereka memang akan dihelat jam 11 siang. Sedangkan saat ini waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi.

Namun entah kenapa perasaan Livy mulai tidak enak saat mendengar Marcho akan mengajaknya sarapan dengan keluarganya.

Sesampainya di tempat yang dituju, Livyo memutuskan untuk tidak ikut makan bersama Marcho. la memilih untuk menunggu di lobby sampai Marcho menyelesaikan sarapannya.

"Aku masih kenyang. Jadi aku akan menunggu Anda selesai sarapan di sini!" ucap Livy yang bersiap untuk duduk di sofa tunggu.

Namun dengan cepat Marcho langsung mengamit lengan Livy.

"Tidak bisa!"

"Kau harus tetap ikut denganku!" titah Marcho dengan tegas.

Dengan terpaksa Livy pun mengikuti langkah Marcho untuk masuk ke dalam restoran. Perasaan Livy yang merasa tidak tenang semakin berkecamuk dalam hati.

Namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat matanya menatap sosok yang sangat ia kenal.

"Mama!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status