Share

Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya
Ditinggal Mantan, Dinikahi Pria Kaya
Author: Rira Faradina

Bab 1

"Mbak, ini kembaliannya," ucap pelayan toko itu menyerahkan uang kembalian milik Raya.

"Iya, terima kasih," Jawab gadis itu sambil menghitung kembali uang yang diterimanya.

Untuk sesaat gadis itu mengerutkan kening karena nominalnya yang dirasa tidak sesuai dengan hitungannya. 

"Mbak, ini kurang lho uang kembaliannya. Kurang lima ratus rupiah lagi," keluh Raya.

Nita, sahabat baiknya yang berdiri disamping Raya segera menyenggol pelan lengannya, wajah gadis itu gusar seolah memberi kode jika Raya tak perlu melakukan hal bodoh seperti itu. 

"Oh, gak ada koin lima ratusan, mbak. Ambil permen saja ya, tuh ada toples permen didepannya Mbak. Ambil tiga ya," jawab pelayan toko itu enteng.

Mata Raya langsung mendelik mendengar jawaban dari pelayan toko ini. Raut wajahnya langsung berubah masam ketika pelayan toko ini menyodorkan tiga buah permen ini padanya.

"Kalau seandainya besok aku membayar belanjaanku dengan sekantong permen, apa Mbak mau terima?" Ketus Raya lalu mendengkus kesal.

Wajah sang pelayan toko terlihat kesal. Tak lama ia membuka laci uangnya dan mengambil sebuah koin senilai seribu rupiah lalu, menyerahkannya pada Raya.

"Ini ambillah."

"Nah, setidaknya ini tidak merugikan pembeli, Terima kasih, ya," jawab Raya sambil tersenyum.

Nita yang melihat kejadian itu hanya menggeleng pelan. Sudah sering ia melihat sahabatnya bertingkah menyebalkan seperti ini.

Mereka berdua keluar dari minimarket itu sambil menenteng dua kantong belanja. Perintah dari emak yang meminta Raya untuk membelikannya bahan bahan membuat kue, sedang Nita, gadis itu hanya menemani saja, karena mereka bertetangga.

"Anggap aja sedekah sih, lagian cuma lima ratus perak ini," Ucap Nita manyun.

"Lima ratus itu tetap saja uang namanya, Nit, terserah kau mau bilang aku pelit, medit atau materialistis. Yang penting aku nggak ngutang, nggak maling, dan nggak menolak uang kembalian lebih seperti ini," jelas Raya sambil tersenyum lebar. Selebar lapangan bola di samping rumah Pak RT.

"Lagipula, kalau aku belanja lagi ketoko itu, apa mereka mau kubayar pakai permen," jelas Raya terkekeh.

"Au ah, gelap," balas Nita sambil mencebik kesal pada Raya.

"Katanya hari ini, Mas Dhani akan pulang dari kota, apa kau tahu?" Tanya Nita.

"Iya, kata adiknya sih begitu, mungkin sore ini Mas Dhani nyampe sini," balas Raya.

Mata gadis baru saja menginjak usia dua puluh satu tahun itu terlihat berbinar. Penantian Raya selama tiga tahun ini akan selesai, karena Dhani bilang jika ia akan segera melamarnya begitu pulang.

Setahun sekali kekasih Raya itu akan pulang dari rantau. Sejak lulus kuliah dua tahun lalu, laki laki itu bekerja disebuah perusahaan skala nasional di ibukota, yang membuatnya hanya bisa pulang saat mengambil cuti tahunan saja.

Dhani, pria yang lebih tua tiga tahun dari Raya itu, masih tinggal di satu kecamatan yang sama dengannya. Meski mengalami pasang surut, Namun, hubungan mereka bertahan hingga tahun ketiga.

"Seandainya Mas Dhani punya cewek lain dikota, apa yang akan lakukan?" Tanya Nita tiba tiba.

"Apa maksudmu bilang seperti itu?"

"Nggak, hanya nanya saja. Cewek kota cantik cantik lho."

"Menurutmu, aku jelek, begitu!" Bibir Raya maju beberapa centi.

"Tidak, kan aku bilang seandainya."

Raya memilih mengatup rapat mulutnya. Tak lama gadis itu berucap lirih.

"Kalau memang Mas Dhani mengkhianatiku. Akan kubuat ia menyesal."

"Dah lah, mending cepetan pulang, ntar emak ngomel lagi, nih bahan kelamaan nyampe," sungut Raya.

***

Mata Raya tak berkedip saat melihat laki laki yang dinantikannya selama ini terlihat menggandeng seorang gadis. Beberapa kali ia mencubit lengannya, demi menyakinkan apa yang baru saja dilihatnya. Seorang gadis dengan dandanan modis dan kekinian terlihat bergelayut manja dilengan kekasihnya. Seolah mereka pasangan paling serasi yang ada di kecamatan ini.

Gadis itu mungkin dari keluarga kaya dan berpendidikan. Terlihat dari pakaian dan tas yang dikenakannya. Raya melirik penampilannya yang memang tak sekeren dan semodis dirinya.

Tak lama, mulut Raya terlihat mengumpat. Ia marah, kesal, dan kecewa. Cukup lama gadis itu mematung menatap kemesraan mereka. Menahan rasa amarah dan sakit hatinya.

Dhani dan gadis kota itu berdiri didepan sebuah warung sayur tempat emak biasa belanja dan menitipkan kue - kue buatannya. Entah apa yang mereka lakukan di warung itu. Karena tak ada barang yang bisa dicari oleh seorang gadis kota, di warung kecil yang menjual cabe dan terong itu.

Raya tersenyum lebar sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi, ia mencoba menyamarkan perasaan sakit hatinya saat ini. Tangannya mengepal erat, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri dan menyapa mereka.

"Hai!"

Wajah Dhani berubah ketika menoleh dan melihat siapa yang baru saja menyapanya. Pria itu cukup terkejut dengan kedatangan Raya. 

"Apa kabar, mas?" Tanya Raya sambil melirik gadis kota yang masih bergelayut di lengan laki laki ini.

"Raya ...!"

"Yah, itu masih namaku, mas. Kupikir kau lupa." Ucap Raya sinis, membuang muka lalu mencari keberadaan Wak Husna, sang pemilik warung ini.

"Wak, mau ambil sisa kue ya," ucap Raya seakan tak peduli dengan tatapan dua orang di sampingnya.

"Iya."

"Nih sekalian titip buat emak ya." Wak Husna menyerahkan sejumlah uang pada Raya.

"Terima kasih, Wak."

Raya membalikkan badan. Untuk sesaat ia menatap Dhani. Pria yang selalu mengumbar janji akan menikahinya selama setahun terakhir ini. Matanya menatap marah pada laki laki itu.

"Kembalikan jam tangan yang kau pakai itu, mas. Setengah tahun aku menabung demi memberimu hadiah itu. Sekarang, aku minta kembali jam tangan itu karena kita sudah tak ada hubungan lagi." 

Bersambung.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
betul jangan Ampe merugi pokoke
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Baru diomongin udah kejadian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status