Share

Bab 5 Menyusun Rencana Jahat

"Gimana sih Lo? Jalan pake mata dong!!!" teriak Zora menabrak Shifra yang sedang mengepel lantai.

"Maaf, Ra! Ha--"

"Aaarrrgh .... Aaauuuw! Shifra!!!"

Belum sempat mengatakan agar Zora berhati-hati melangkah, perempuan yang memakai heels dengan dress super ketat itu sudah jatuh terduduk di lantai. Meringis kesakitan memegang pinggang dan kakinya.

Shifra memang sengaja melakukan pekerjaan rumah pada malam hari. Dia tak mau Javaz membawanya pergi dari rumah ini. Haribawa dan Zora tak pernah bersikap manis lagi semenjak tahu bahwa seluruh aset milik Elzien jatuh ke tangannya. Tak lagi menyuruh tinggal di pavilium belakang, tapi seluruh pelayan diberhentikan bahkan hanya meninggalkan satu security. Mau tak mau semua pekerjaan rumah harus dilakukan Shifra sendirian.

Seperti malam-malam sebelumnya, Zora yang sekarang menjadi tak terkendali lagi. Sering pulang malam dalam keadaan tak sadar karena minuman keras. Jika dulu aturan Elzien mengharuskan penghuni rumah sudah harus pulang saat makan malam. Semua aturan seperti menghilang bersama pemilik tunggal rumah besar ini.

"Kenapa kamu jadi kayak gini, sih Ra? Jangan sampai kamu menyesal dengan pergaulan kamu yang kayak gini, lhoooo," tegur Shifra membantu adik iparnya itu berdiri dan memapahnya ke arah tangga.

"Nggak usah sok nasehatin Gue, deh!" ketusnya menghempaskan tangan Shifra.

Perempuan yang ditinggal pergi tanpa kabar oleh suaminya itu menatap punggung terbuka Zora menaiki anak tangga dengan langkah sempoyongan ke arah kamar. Shifra melanjutkan pekerjaannya dengan cepat sebelum Javaz memergokinya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan dia sudah mendengar deru motor sport memasuki halaman rumah.

Hanya adik laki-laki suaminya itu yang saat ini masih peduli dengan Shifra. Setiap pagi setelah Haribawa ke kantor, dia menyewa orang untuk membersihkan dan melakukan pekerjaan rumah. Tugas memasak tetap dilakukan Shifra setiap pagi dan sore, meski hanya dirinya dan Javaz yang mau memakannya. Tapi terkadang Sifra kasihan pada orang yang diperintahkan lelaki itu membersihkan seluruh rumah sebesar ini sendirian. Akhirnya dia pun ikut andil juga.

"Shif ... berapa lama lagi kamu selesai masa iddahnya?" tanya Javaz saat sarapan berdua keesokan paginya.

"Nggak ada masa iddah, Mas El masih hidup. Dan pasti akan kembali ke rumah ini. Jangan tanyakan itu lagi, Jav!" balas Shifra datar tak jadi memasukkan makanan ke mulutnya. Sudah tak berselera lagi mendengar pertanyaan yang sama setiap pagi dari adik iparnya itu.

"Aku baca di laman hukum Islam, kalau suami meninggalkan istrinya dan tidak menafkahinya selama tiga bulan--"

"Jangan tanyakan sesuatu yang sudah kamu tahu! Jika kamu sengaja bertanya dengan tujuan membuat orang yang kamu tanya menjadi tampak bodoh, maka jangan pernah tanyakan apapun, Jav!" pangkas perempuan itu ketus, lalu membawa piring berisi nasi yang masih setengah ke wastafel dan membuangnya ke tempat sampah.

"Oh ya! Awasi dan beri perhatian adik perempuan kamu saja, sebelum terlambat, Jav! Bukan aku! Kewajiban kamu mengingatkan dia!" ucap Shifra setelah selesai mencuci piringnya sendiri dan berjalan menuju kamarnya.

"Ada apa dengan Zora? Dia kenapa?" Javaz berdiri menghadang Shifra yang sudah melangkah di anak tangga terbawah.

Perempuan itu tak menjawab dan beralih melangkah dari sisi lain tanpa menoleh lagi ke bawah.

---

"Apa yang kamu adukan ke Kak Javaz tentang Gue?" Zora menarik hijab Shifra hingga perempuan yang sedang memasak itu mendongak dan melepaskan spatula di tangannya. Menahan ujung depan dan belakang hijab agar tak terlihat rambut dan auratnya.

"ZORA!!! Apa yang Lo lakuin?!" Teriakan menggelegar Javaz yang berjalan cepat menuruni tangga membuat adik perempuannya itu melepas tangannya dari kain berwarna kuning gading penutup kepala Shifra.

Tamparan keras mendarat keras di wajah Zora dari sang kakak. Pipi gadis berambut sebahu yang dicat pirang itu memerah dan setitik embun mengendap di sudut matanya.

"JAVAZ!!!" Kali ini Haribawa yang memanggil dengan suara lantangnya dari arah tangga.

"Kamu lebih membela perempuan ini dibanding adik kandungmu sendiri, haah!?" lanjutnya mengangkat tangan hendak memberi pukulan pada putranya setelah berjalan cepat mendekat.

Tangan itu tertahan oleh satu tangan Javaz.

"Pukul, Pa! Pukul Gue! Gue emang nggak ada gunanya lagi 'kan di rumah ini?" tantang Javaz menuntun tangan Haribawa menampar wajahnya sendiri.

"Kamu!!!" geram Haribawa menarik kembali tangan dari genggaman putranya, kemudian mengepal kuat di sisi tubuh.

Seringaian licik tercetak di wajah Javaz saat Haribawa dan Zora meninggalkan dapur. Merasa menang dengan semua yang dilakukan Javaz sebagai pengganti Elzien.

"Kamu nggak ada yang sakit, kan Shif?" tangannya hampir saja menyentuh Shifra membenahi kerundung yang masih sedikit berantakan. Tapi diurungkan saat dengan cepat gerakan perempuan itu menghindarinya.

"Sorry ... Gue akan beri Zora peringatan keras setelah ini! Dia nggak bakal berani nyakitin Lo lagi, Lo tenang aja, ya?" ucap Javaz tersenyum manis pada perempuan yang sama sekali tak memandangnya itu.

'Sebentar lagi pasti Lo bakal jatuh cinta sama Gue, Shif!' batinnya bersemangat mengingat rencana yang disusunnya sebulan lalu.

"Papa nggak bisa usir Shifra dari rumah itu, Pa! Gue tahu Papa bukanlah ayah kandung Elzien! Entah apa kebenarannya, Gue tahu kenapa bisa semua warisan jatuh ke tangan Shifra, Pa! Selama perusahaan ini ada di tangan Gue, Papa nggak bisa berbuat apa-apa!" tekan Javaz saat dihasut untuk mengalihkan nama perusahaan atas nama Haribawa.

"Kalau begitu, nikahi Shifra dan dapatkan semuanya untuk kita!" Senyum pria paruh baya itu mengembang, mengungkapkan sebuah ide licik pada putranya.

"Gue udah siapkan skenarionya, dan Papa harus bantu. Jangan kacaukan semuanya dengan menyakiti Shifra! Biar Gue yang jadi tokoh utama cerita cinta Shifra selanjutnya!" kekehnya tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Jadi kita buat dia jadi upik abu, dan kamu penolongnya? Lalu dia jatuh cinta dan mau menikah dengan kamu! Hahaha ...."

Tawa sepasang anak dan orang tua itu memenuhi ruangan kantor milik Elzien dulu.

'Jadi ... ini rencana mereka? Baiklah ... let's play the game!' gumam seseorang di balik pintu mendengar semua percakapan Javaz dan Haribawa.

***

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status