Home / Romansa / Dituduh Mandul / Ranjang Istimewa

Share

Ranjang Istimewa

last update Last Updated: 2025-10-02 16:50:54

Zack Lee melirik ke arah ranjang istimewa yang sudah dipersiapkan Adolf. Seorang wanita dengan kedua tangan terikat di ranjang dan matanya ditutup terlihat disana. Zack mengambil napasnya sesaat dan masuk ke kamar mandi, dia perlu membersihkan diri sebelum melakukan ritual tidurnya.

Hanya beberapa menit, Zack sudah keluar mengenakan piyama tidurnya. Dia berjalan pelan mendekati ranjang dan sepertinya wanita yang dalam kondisi terikat itu menyadari kedatangan Zack.

Wanita itu sengaja memberikan gerakan sensual dan membuka kedua kakinya dengan lebar. Seakan memberikan akses kalau dia sudah benar-benar siap melakukan ritual malamnya. Dia hanya dijanjikan gaji yang besar jika dia bisa melewati malam ini dengan baik.

Pastinya wanita itu merasa percaya diri, dia mampu memberikan apa yang laki-laki itu inginkan. Lingerie seksi berwarna merah benar—benar sangat menggoda siapapun yang melihatnya. Apalagi dua benda kenyal yang begitu padat, kencang, mulus, putih dan sudah terlihat ujung pucuknya menonjol ketika langkah kaki Zack mendekatinya.

“Tuan, apakah itu Anda? Anda sudah ada disini, Tuan?” suara wanita itu sudah benar-benar membuat deg deg ser siapapun yang mendengarnya. Melakukan panggilan yang mendesah dan membuat seluruh tubuh meremang sudah dipastikan membuat gila siapapun yang mendengarnya.

Lingerie seksi berwarna merah menggoda yang menampung dua benda kenyal itu seperti mau tumpah. Nggak muat di sana, itu serasa memanggil para laki-laki untuk menyusui nya. Siapapun pasti tergoda dengan ukuran juga bentuknya.

Entah apa yang sedang dilakukan Zack, dia nggak mengeluarkan suara. Dia seperti sedang mengendus sesuatu dan tangan dinginnya mulai menyentuh salah satu benda kenyal tersebut.

“Ahhh ummm enak banget Tuan, emmm …,” suara wanita sudah benar–benar mengundang siapapun untuk masuk dan mencicipinya.

Nggak ada reaksi apapun dari Zack saat dia melakukan peremasan dan mengeluarkan keduanya. Zack benar—benar membuat wanita itu panas dan terus menggeliat seperti cacing kepanasan.

“Tuan ahh umm ayo tuan, masukin aja ke mulutnya, aku benar-benar udah nggak tahan lagi, Tuan aaagghh ummmmm,” sepertinya wanita itu sudah diliputi dengan gairah yang tinggi. Apalagi saat Zack melakukan peremasan kedua kakinya yang dilebarkan terasa semakin basah dengan cairan yang dikeluarkan dari belahan bibir bawahnya.

“Tuan, ahh umm, ayolah, tuan, aku udah nggak tahan, masukin aja, ummm ahh,” katanya sudah terus dalam penekanan, hawanya sudah semakin tinggi dan sangat siap dieksekusi dengan gaya apapun oleh Zack.

Zack Lee mendekat, dia mencoba mengeluarkan ujung lidahnya dan menjilat ujung pucuk kemerahan milik wanita itu, “emmmm Tuan ahh terus lagi Tuann emm tolong lebih dalam lagi, jangan berhenti Tuan,” kata wanita itu semakin menggila, itu baru ujung lidah Zack yang bermain di pucuk miliknya, namun detik kemudian permainannya berhenti. Dua benda kenyal yang sudah diremasnya itu dilepaskan begitu saja.

“Adolf!!” teriak Zack dan nggak perlu waktu lama Adolf memasuki kamar istimewa itu.

Adolf melihat tuannya sedang berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada, “Ini nggak enak sama sekali. Sama saja seperti biasanya. Nggak enak. Bawakan obatku ke kamar,” ucapnya mendengus ketus dan meninggalkan wanita yang sudah dibuat panas dingin hanya dengan sentuhan tangan Zack di dua benda kenyalnya.

Adolf mendelik, dia benar-benar sudah kehabisan akal dengan tuannya. Dia nggak tahu kriteria apa yang sedang dicari tuannya. Sudah 68 wanita setengah bulan ini dia berikan pada tuannya, namun belum ada yang cocok lagi. Bulan lalu saja kalau dihitung, dia sudah membawakan sampai 159 wanita, tuannya tetap menolak dan lebih memilih mengkonsumsi obatnya.

Sepertinya Adolf harus membuka kembali lowongan pekerjaan untuk pelayan khusus tuannya itu. Padahal pagi tadi, dia sudah yakin 100% kalau pilihannya nggak akan meleset.

“Ta–tapi, Tuan, saya pikir, kenapa anda nggak mencoba dulu. Ini saya pesan benar benar khusus tuan, dan dapat dipastikan masih segel an Tuan,” bujuk Adolf, dia benar-benar ingin beristirahat dengan petualangan mencari pelayan khusus untuk tuannya tersebut.

“Kau saja yang mencobanya. Aku nggak ada selera. Kau bilang, tubuhnya sangat baik dan benar—benar bikin aku ingin muntah,” jleb, Adolf menelan ludahnya dengan kasar, nggak mengerti dengan kata tuannya hingga dia malah mendekati wanita itu, seperti seekor hewan pencium, Adolf malah mengendus tubuh wanita itu.

“Bau? Bau apanya sih? Dia nggak bau sesama sekali?” Batin Adolf, dia melihat tuannya keluar dengan kesal sambil membanting pintu.

“Tuan, Tuan, ada apa? Kenapa nggak dilanjutkan lagi?” suara wanita itu dan Adolf yang mendengar dia malah segera mengikuti tuannya keluar kamar. Membiarkan wanita yang kedua tangannya terikat di ranjang dengan posisi su su nya yang keluar dan kedua kakinya melebar.

“Amel, Mel, bangun,” suara seseorang membangunkan tidurku. Aku membuka mataku perlahan. Aku melihat Donna sudah rapi dengan blouse ketat dan rok mininya.

“Gue udah bikinin sarapan buat Lo atau Lo bisa bikin apa aja yang ada di kulkas gue. Hari ini gue kerja pagi, sore paling balik. Kalo ada perlu apa-apa, Lo bisa hubungi gue kesini,” kata Donna mendekat dan duduk di tepi ranjang.

Donna memberikan ponsel miliknya, dia sama sekali nggak bertanya apapun. Dia hanya mencoba mengerti kondisiku. Mungkin tanpa perlu dijelaskan, Donna tahu kesulitan apa yang sedang aku alami.

“Lo bisa kirim pesan ke nomor Donna 2, itu nomor ada di hape gue satunya. Lo pake dulu ini dan gue juga udah ninggalin Lo yang di atas kulkas. Pokoknya Lo nggak usah banyak pikiran dulu. Tenangkan hati Lo, kalo udah tenang dan siap cerita apa gue, kapanpun Lo mau cerita, gue siap mendengarkan. Kode rumah gue, udah gue kirim ke chat ya. Lo liat aja, siapa tau Lo bosen di rumah dan mau keluar,” kata Donna sudah seperti emak-emak yang nyeramahin anaknya.

Aku hanya mendengarkan dan mengangguk pas Donna mengatakan semua.

“Ya udah, gue berangkat kerja dulu ya. Santai aja, pokoknya Lo nggak perlu mikirin apapun dulu,” pesan Donna sebelum dia benar-benar keluar kamarnya.

Aku menatap kembali kamar Donna yang hening setelah kepergiannya. Aku benar-benar bingung mau melakukan apa. Aku nggak pernah seperti ini, aku biasanya bangun pagi dan menyiapkan semua keperluan mas Yuda dan sekarang itu nggak kulakukan. Seperti ada bagian dari diriku yang hilang. Hampa dan kosong.

Aku menghampiri koperku yang ada di sudut kamar Donna. Sepertinya Donna yang meletakkan dan belum membongkar apapun. Baju yang aku pakai adalah milik Donna. Dia yang menggantikan baju basahku. Tubuhku seperti dilindas buldozer. Benar–benar sakit semua.

“Aku mandi dulu aja,” ucapku sambil membuka koper, mencari satu baju yang bisa aku pakai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dituduh Mandul   Memuaskan Aku

    Zack tersenyum puas saat melihatku sudah blingsatan seperti itu, kemudian dia mengangkat kepalanya sambil menjilati asupan yang sudah dia hisap barusan.“Kamu mau ini kan?” jelas secara gamblang Zack mengeluarkan benda pusaka miliknya yang sudah benar-benar besar, tegang dan siap memasukiku, aku mengangguk dan, ‘Agh!” sudah gak diragukan lagi, benda besar itu sudah masuk kembali didalam milikku.“Bersiaplah, aku akan memberikanmu tidur yang nyenyak, Sayang!” siap dengan cepat Zack sudah memompa lagi milikku yang aku merasakan penuh di dalam milikku.“Ahh Amel, kamu benar-benar sempit banget ah aku suka milikmu ini emmmm!!” rancu Zack terus memompa ku semakin cepat hingga keringat kami sudah sangat deras.Kenikmatan sampai langit ke tujuh ini hanya bisa aku dapatkan dengan benda milik Zack. Selama ini aku menganggap kalau milik mas Yuda sudah yang terbaik, ternyata saat aku merasakan milik Zack, ini benar-benar gak ada tandingannya. Ini sangat memuaskan aku.“Ah mmm!” kami berbarengan

  • Dituduh Mandul   Wanita Murahan

    Aku hanya berdiri di ruangan sampai Zack akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Dia menatapku dan berjalan perlahan. Handuk putih membalut pinggangnya. Otot-otot dadanya terlihat kuat dan basah.Aku hampir saja lupa diri menatapnya, air liurku tanpa sadar kutelan sendiri.“Kenapa tidak membuat dirimu nyaman, apa kau takut?” aku mengerjapkan mata saat dia menyentuh pipiku.“Aku mau bilang, aku bisa tidur di sofa dan kamu di ranjang,” sudut bibirnya langsung terangkat saat aku mengatakan hal itu.“Kau pikir, siapa dirimu? Bisa menyuruh-nyuruh aku?” leherku terasa tercekat, aku gak sangka dia akan membalikkan ucapanku dengan kasar.Aku tertunduk, ‘Ma—maafkan aku!”“Pergilah!” katanya.Aku kaget, rupanya dia menyuruhku pergi. Syukurlah, aku bisa keluar kamar ini, pikirku dan berbalik, tapi detik kemudian dia mencengkram tanganku, “Mau kemana?” aura sudah berubah kembali.“Ta–tadi, bukannya kamu bilang, pergi? Bukannya itu berarti aku bisa keluar dari kamar ini,” kataku.*Kau berani?” deca

  • Dituduh Mandul   Sudah Bisa Menerima

    Aku menarik napasku sebelum bercerita, aku juga gak menyadari kalau Zack sudah berdiri dibelakangku sejak tadi, tapi dia gak bersuara sama sekali, dia sedang mendengarkan aku cerita.“Hari itu sebenarnya, ulang tahun pernikahan kami yang kedua. Aku tiba-tiba dihubungi mas Yuda akan memberikanku kejutan, tapi dia meminta aku keluar rumah terlebih dahulu. Dia bilang jangan pulang sebelum jam 9 malam. Aku berpikir, itu memang hadiah spesial yang mas Yuda siapakah untukku, tapi ternyata saat aku pulang aku malah melihat mas Yuda bercengkrama dengan wanita lain di ranjang kami.”“Aku benar-benar gak menyangka akan ada hadiah seperti itu. Dan sepertinya mas Yuda gak menyesal sama sekali saat aku memergoki. Dia malah memberikan aku laporan kesehatan, disitu aku dinyatakan mandul,” Donna mengerutkan kening saat mendengar ceritaku.“Mandul?” Aku mengangguk, “padahal aku gak ingat kapan aku melakukan tes itu. Aku merasa gak pernah melakukannya. Kemudian yang membuat aku terkejut selain wanita y

  • Dituduh Mandul   Teman Sekelas

    “Huhuhu, iya kan mas, aku juga gak tau kenapa jadi bodoh banget. Huhuhu, aku ditipu temanku 400 juta, sekarang aku lebih baik mati saja kalau begini, huhuhu!” Rania masih menangis kencang. Rania berpura-pura berdiri dan siap untuk mencari sesuatu untuk membenturkan kepalanya.“Hey, kamu mau apa, Rania? Jangan gegabah! Aku akan bantu, tenanglah, aku pasti bantu. Itu urusan kecil,” kata mas Yuda, berbicara seperti tidak keberatan, tapi napasnya berhembus dengan kasar.“Masalah mama tadi tanya aku, Mas, dia kayaknya sudah mulai curiga kalau uangnya aku yang pakai. Aku bingung, Mas, gak berani pulang,” kata Rania lagi berbicara pelan, tapi nadanya terkesan mendesak.“Sudahlah, sudahlah, aku akan segera transfer sekarang, sudah jangan menangis lagi,” mas Yuda mengeluarkan ponsel dan, “sudah aku transfer, kamu bisa cek sekarang!” ucapnya, Rania tersenyum, dia benar-benar berhasil meminta uangnya.“Mas Yuda makasih banyak ya, Mas, kalau bukan kamu sama Mama Erlita yang nolongin aku, aku gak

  • Dituduh Mandul   Isi Dalam Perutmu

    “Diam! Tutup mulutmu, Felix. Jangan banyak bicara lagi. Aku akan usahakan uang itu, tapi 3 hari itu gak mungkin. Aku belum bisa memberikan uangnya karena aku tetap harus terlihat seperti bukan wanita mata duitan dihadapan mas Yuda. Kalau dia tahu, aku aslinya suka menghamburkan uang, mana mungkin dia membandingkan aku dengan istri bodohnya itu,” decak Rania.“Kalau gak bisa manfaatkan laki-lakinya kenapa kau gak manfaatkan keluarganya? Bukannya kau bilang, ibunya sangat perhatian dan menurutku ucapanmu? Hah … atau ini alasan saja, apa ini yang dibilang perhatian? Ini maksud dari perkataanmu itu? Perhatian itu yang terpenting nilainya uang, Rania. Orang bodoh juga tahu, tanpa uang mana bisa kita hidup!” ejek Felix lagi.“Diam, jangan bicara lagi. Anggap saja aku gak mendengar semua ucapanmu itu. Aktingku itu harus maksimal agar bisa mendapatkan seluruh kekayaannya. Kalau hanya sebentar saja gak bisa bertahan, bagaimana bisa mendapat kepercayaan dari mereka,” elak Rania, dia merasa seka

  • Dituduh Mandul   Obat Bius

    Ancamannya jelas terdengar gak main—main. Zack sedang menegaskan wilayah kekuasaannya padaku. Dia hanya ingin aku pindah dari tempat yang dikategorikan biang masalah.“Zack, kamu benar—benar ya, aku kan udah bilang gak mau. Aku bisa mengatasi semua,” kataku sebenarnya hanya untuk melakukan negosiasi saja dengan Zack.“Bagaimana dengan pilihanmu?” Zack mengabaikan ucapanku berarti kode keras penuh tekanan untuk Donna.“Ish, jangan mengancam temanku!” aku gak terima kalau Donna diperlakukan seperti itu. Dia satu—satunya teman yang menerima saat aku berada dalam kondisi tersulit ya meskipun itu hanya dari sudut pandangku. Aku nggak mungkin melupakannya begitu saja. Semua kebaikan Donna datang disaat aku benar—benar membutuhkan tempat bersandar.“Diamlah, aku tidak bertanya padamu!” Zack menangkap tanganku saat aku akan mengarahkan tangan protes pada ucapannya, matanya hanya melirik Donna tajam.“A—aku …,” Donna masih melirik ku untuk mengambil keputusan. Dia benar—benar bingung meskipun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status