Share

4. Persiapan

Tuan Alex yang sedari tadi hanya terbengong menatap kedatangan cucunya itu pun langsung bangkit dan merangkul.

"Ariaan... Kau sudah pulang, nak. Kenapa tak bilang kalau mau pulang hari ini ?" tanya tuan Alex dengan bahagia.

Cucunya itu pun membalas pelukannya dan mengabaikan gadis di antara mereka. 

"Maaf, kakek. Arian tak sempat memberi kabar." ucapnya

Tuan Alex melerai pelukan, dia terlihat begitu senang dan wajahnya pun tak henti-hentinya menampilkan senyuman.

"Kakek sangat senang sekali, jadi sudah jelas ya semuanya ? Kita harus segera bersiap-siap untuk mengadakan pernikahan kalian. Ayo, Nadia, kita ke dalam." ucap tuan Alex yang kemudian merangkul Arian dan Nadia dengan penuh kebahagiaan.

'Apa ? Pernikahan ? Inii... Ini sungguhan ?' Nadia yang sedari tadi hanya terbengong mendengar ucapan tuan Alex pun hanya bisa beetanya-tanya dalam hati tanpa berani berkata. 

'Aku sangat tak percaya, tiba-tiba saja aku harus menikah, dengan pria yang... Ah ! Mereka langsung berpesta tanpa mendengarkan pendapatku terlebih dulu. Tapi, memangnya aku bisa berbuat apa ? Sedangkan ini semua pun buah dari perkataan ayah dulu.' Nadia terus menggerutu dalam hati.

Wanita mana yang menginginkan pernikahan tanpa cinta ? Mungkin bagi wanita lain hal itu tak terlalu jadi masalah selama sang pria kaya dan tampan, tapi bagi Nadia berbeda, dia selalu memimpikan pernikahan yang begitu harmonis penuh dengan cinta dan kasih sayang, jelas apa yang akan di jalaninya begitu menyimpang dari mimpinya. 

Nadia sibuk dengan fikirannya sendiri, sedangkan tuan Alex sudah memanggil seluruh pelayan untuk mempersiapkan segalanya. Pernikahan yang sudah begitu di dambakan takkan disia-siakan, bahkan tuan Alex mengumumkan hari pernikahan Nadia dan Arian akan berlangsung satu minggu lagi dari sekarang.

Nadia yang masih sibuk dengan hati dan fikirannya tak menyimak, dia hanya duduk menunduk sambil menarik rambut depannya kesamping. Kepalanya terasa ingin pecah menghadapi garis hidupnya ini.

Dia tak sengaja mengarahkan pandangannya pada sosok pria di kursi sampingnya, pria itu terlihat begitu santai menonton keributan yang di ciptakan sang kakek. Seolah bukan dirinyalah pemeran utama dalam keributan ini.

Nadia mencebik, tanpa dia sadari sepasang mata pria itu tengah menatapnya yang membuat Nadia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia sedikit bergidik, mengingat tatapan pria itu yang begitu tajam dan bahkan sampai terasa menembus jantungnya.

'Sepertinya kemalanganku akan semakin memprihatinkan mulai sekarang.' ucapnya dalam hati.

Seluruh pelayan bersorak, raut kebahagiaan terlihat dengan jelas dari wajah merkea. Tentu saja kabar pernikahan tuan muda mereka menjadi salah satu kabar baik, karena dengan begitu rumah utama tidak lama lagi akan menjadi hangat dengan tangisan bayi, akan hadirnya sang penerus dari tuan Alex. Namun itu semua masih menjadi misteri yang tidak ada satu orangpun tau kapan semua itu akan terjadi.

"Kek, Arian ke kamar dulu ..." ucap pria itu 

"Oh, iya. Kau istirahatlah. Kau baru pulang, Arian. Biarkan semua persiapan biar kakek yang urus." ucap tuan Alex dengan menepuk dada kanannya.

"Kek, jangan kecapean. Biarkan pelayan saja yang mengurusnya. Kasih tugas pada Abhy, dia pasti bisa di andalkan untuk mengurus segalanya." ucap Arian dengan tenang.

"Tidak papa, sudah lama kakek ingin cape seperti ini. Nanti kakek panggil Abhy untuk ikut membantu." ucap tuan Alex sambil tertawa kecil.

"Ya sudah, terserah kakek." 

Pria itu pun berlalu begitu saja dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya, dia bahkan tak menyempatkan menoleh pada Nadia barang sedetikpun, membuat Nadia merasa kalau pria itu tak menganggap kehadirannya.

'Ya ampuun... Pantas saja semua wanita marah dan kesal pada pria itu, ternyata sikapna begitu menyebalkan. Semoga aku kuat menghadapinya. Seumur hidup..." Nadia meringis saat mengatakan kata-kata terakhirnya itu.

"Nadia..." ucap tuan Alex membuat Nadia tersentak.

"Eh, iya tuan ?" 

"Kamu juga beristirahatlah. Nanti kamu akan pergi jalan-jalan di temani oleh Fariza. Sekarang kau istirahatlah lebih dulu di kamar." ucap tuan Alex memberi perintah.

Nadia tak banyak bertanya, dia hanya mengangguk dan berlalu ke kamarnya. Entah dia akan di bawa jalan-jalan kemana dan untuk apa dia sungguh tak tau dan tak mau tau. Sepertinya dia harus siap-siap menjalani semua ini dengan benar-benar berlapang dada. Kehidupannya kini bukan hanya miliknya sendiri.

Nadia masuk ke dalam kamarnya, merebahkan dirinya di atas kasur empuknya, merentangkan kedua tangannya dan menatap langit-langit kamar.

"Ayah... Apa ini sebuah titipan darimu ? Tanpa sengaja kau memilihkan seseorang untukku setelah kepergianmu. Walaupun orang itu sepertinya tak mengharapkanku." gumam Nadia sebelum kesadarannya melayang.

"Nonaa... Nona banguun..." 

Nadia menggeliat dan mengucek matanya, dia sedikit terkejut mendapati orang lain berada di dalam kamarnya. 

"Kau sedang apa disini ?" tanya Nadia

"Maaf nona, saya membangunkan nona karena ini sudah waktunya saya mengajak nona jalan-jalan keluar." ucap Fariza membuat Nadia mengerutkan dahinya.

"Memangnya kita akan kemana ? Apa penting sekali untuk keluar ?" 

"Tentu saja nona, kita akan ke salon, ke mall, dan tempat-tempat lain untuk membeli keperluan nona, supaya semuanya sesuai dengan selera nona." ucap Fariza dengan antusias.

"Ke salon ? Belanja ? Untuk apa ?" tanya Nadia semakin bingung. Fariza menepuk kaningnya, dia pun mendekati nonanya dan menatapnya dengan lekat.

"Nona, nona sebentar lagi akan menikah dengan tuan muda. Apa nona tidak mendengar tuan besar tadi ? Yang mengumumkan pernikahan kalian akan berlangsung seminggu lagi ?"

"Hah ? Seminggu ?" 

Nadia sedikit menjerit hingga Fariza terjungkal ke belakang saking terkejutnya.

"Aduuhh, nona kenapa kaget begitu ?" tanya Fariza sambil mengusap-usap pantatnya yang sakit akibat terjatuh ke lantai.

"Seminggu lagi ? Apa aku gak salah dengar, Fariza ?" tanya Nadia masih dengan mulut menganga.

"Nona, anda ini kenapa ? Sepertinya nona tidak mendengarkannya tadi, yah ? Seharusnya nona mengetahuinya, mengingat ini pun pernikahan nona ?" 

"Tidak, ini bukan pernikahanku. Ini pernikahan tuan Alex dan cucunya." ucap Nadia dengan ketus.

Fariza melotot, dia mengejar nona nya yang hendak mendekati lemari.

"Apa ?? Pernikahan ... ?? Ah, nona ini ada-ada saja." ucapnya yang di balas sunggingan bibir dari Nadia.

Nadia sudah bersiap, dia bersama Fariza pun  keluar rumah dan langsung masuk ke dalam mobil. 

Nadia hanya menurut saja kemana Fariza menarik tangannya. Berbeda dengan Nadia yang begitu malas, Fariza malah menjadi yang paling bersemangat dalam segala hal.

Sore hari pun tiba, langit  yang cerah sudah berganti menjadi gelap. Nadia serta Fariza baru pulang ke rumah utama, Fariza begitu repot membawa banyak sekali barang belanjaan di tangan kanan dan kirinya, belum lagi sebagian yang di bawakan oleh sang supir. 

"Huh, ini pegal sekali." ucap Fariza begitu dia menyimpan semua barang bawaannya di atas meja ruang keluarga. 

"Tadi aku ingin membantu kau tak memberikannya." ucap Nadia menatap Fariza yang sedang mengurut pelan tangannya sendiri. 

"Hehe, tidak papa nona, saya senang kok." 

'Semua orang sangat bahagia menyambut hari pernikahan itu, apakah aku pun harus bahagia seperti mereka ? Walau semua ini hanya demi tuan Alex, tapi ini benar-benar pernikahanku.' batin Nadia berkata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status