Home / Romansa / Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir / Menyelesaikannya Di Pengadilan

Share

Menyelesaikannya Di Pengadilan

Author: Juniarth
last update Huling Na-update: 2025-01-25 23:54:40

Lewis sedikit melebarkan matanya mendengar pengakuan Ralin.

"Maaf? Diusir?"

Kepala Ralin mengangguk lalu mengintip wajah Levi yang sudah tidak setakut tadi. Bocah tampan itu tampaknya sudah lebih tenang. Lalu Ralin kembali membujuknya. 

"Levi, Bu Ralin pamit dulu ya? Ini sudah malam. Besok ketemu di sekolah lagi? Oke?"

Levi justru makin memeluk Ralin dan mencengkeram erat bajunya. Dia juga mengintip takut pada Lewis. 

Melihat Levi seperti ini dan bagaimana Lewis mudah tersulut amarahnya, Ralin kembali memberi nasehat padanya. 

"Pak, maaf, bukan maksud menggurui anda sebagai Ayahnya Levi. Tapi anak seperti Levi memang memiliki keterbatasan mengutarakan apa yang dia rasakan. Bahkan dia sendiri kadang tidak bisa mengontrol dirinya sendiri."

"Tapi bukan berarti jika dia melakukan salah lalu memberitahunya dengan cara dibentak. Itu hanya akan membuat Levi trauma dan tidak nyaman bersama anda."

Lewis merasa tertampar dengan penjelasan Ralin dan menyadari kesalahannya. Dia harus lebih banyak belajar bersabar. 

"Terima kasih sudah menyadarkan saya, Bu Ralin."

Kemudian Lewis berpindah duduk di sebelah Ralin dan menyentuh pundak putra semata wayangnya. Tapi bocah tampan itu menggeleng dan semakin menyembunyikan wajahnya. Tangannya juga makin erat memeluk Ralin. 

"Levi, Ayah minta maaf."

Karena Levi seperti lem yang menempel erat pada Ralin akhirnya Lewis tidak memiliki cara lain. 

"Bu Ralin, bisakah anda ikut kami pulang? Untuk masalah penginapan Bu Ralin, saya akan menyuruh asisten untuk mencarikannya malam ini juga."

Ralin merasa tidak enak karena merepotkan Lewis. Tapi bagaimana lagi, dia tidak memiliki ide selain menerima saran Lewis. 

"Maaf, Pak. Saya jadi merepotkan."

"Tidak perlu dipikirkan, Bu Ralin. "

Akhirnya mereka sepakat untuk pulang ke rumah Lewis karena Levi yang tidak mau melepaskan diri dari Ralin. Bahkan Levi tidak mau berjalan sendiri karena takut pada Lewis.

Ralin menggendong bocah lima tahun itu sedikit susah payah. Sedang Lewis berjalan di sebelahnya sambil sesekali mengusap tangan Levi namun bocah itu menepisnya. 

"Levi, udah dong marahnya. Ayah minta maaf, Nak."

Permintaan maaf Lewis tetap tidak digubris Levi hingga mereka duduk di dalam mobil. Levi begitu nyaman dipangkuan Ralin dengan tatapan berpaling.

Tangannya terus menyingkirkan tangan Lewis yang mengusap rambutnya. 

"Sepertinya Levi bukan tipikal yang mudah memaafkan kalau sudah sangat sakit hatinya, Pak." Ralin berucap. 

"Iya. Dan saya benar-benar menyesal membentaknya."

Kentara sekali jika Lewis begitu menyayangi Levi dan menyesali perbuatannya tidak sengaja membentak Levi.

Ia kembali mengusap rambut Levi dan bocah itu tidak lagi menyingkirkan tangan Lewis. Lalu Ralin mengintip wajahnya. 

"Levi tidur, Pak."

Lewis tersenyum lalu mencium rambut putranya itu dengan penuh kesungguhan. 

"Apa Bu Ralin itu guru idola Levi? Sampai dia begitu nyaman dengan anda?"

Ralin kemudian membawa Levi lebih nyenyak dalam dekapannya sembari mengusap punggungnya. 

"Anak-anak spesial seperti ini butuh dukungan dan kasih sayang tanpa batas, Pak. Mereka tidak minta dilahirkan dengan kondisi seperti ini. Hanya kesabaran orang di sekitarnya yang bisa membuat mereka nyaman. Mereka butuh dipahami karena keterbatasannya."

Lewis menatap Ralin dengan seksama lalu mengangguk. Betapa kurangnya dia dalam memahami Levi yang terlahir spesial. 

Mereka kemudian membicarakan banyak hal tentang Levi. Lewis belajar banyak hal dari Ralin tentang pola asuh Levi hingga mereka tiba di rumah. 

Ralin melongo tidak percaya jika rumah Lewis begitu megah, luas, dan mewah. Dan Levi yang sedang dia pangku saat ini adalah keturunan konglomerat yang sesungguhnya. 

"Biar saya gendong."

Lewis hendak mengambil alih Levi namun Ralin tidak kuasa melihat wajah nyenyak tuan muda kecil ini bila terjaga. 

"Saya kuat menggendongnya, Pak. Nggak apa-apa. Dari pada nanti dia terbangun."

Kemudian pintu megah rumah bergaya arsitek Jawa itu dibuka oleh seorang asisten rumah tangga yang langsung menyambut majikannya dengan sangat sopan.

"Selamat malam, Den Mas Lewis."

Ralin sedikit tercengang mendengar Lewis dipanggil menggunakan gelar kebangsawanan. Dia mulai berspekulasi jika keluarga Levi bukanlah orang sembarangan. 

"Ikuti saya, Bu Ralin."

Ralin berjalan sambil melirik sekilas interior rumah mewah ini hingga matanya tertuju pada pigora foto besar yang memperlihatkan keluarga besar Lewis. Mereka berfoto mengenakan kebaya dan beskap yang membuatnya makin yakin jika Levi adalah keturunan darah biru. 

Setibanya di kamar, Ralin segera membaringkan tuan muda kecil itu dengan hati-hati. Lalu menarik selimut hingga sebatas perut. 

"Terima kasih banyak, Bu Ralin," ucap Lewis dengan suara berbisik.

Kepala Ralin mengangguk.

"Mari kita bicara sebentar di ruang tengah."

Lewis mempersilahkan Ralin dengan begitu sopan keluar dari kamar menuju ruang tengah. Di meja sudah tersaji dua teh hangat dan camilan sehat dan kembali berdiskusi tentang keadaan Levi. 

Malam makin larut. Ralin pun mulai lelah dan mengantuk.

"Tunggu sebentar ya, Bu Ralin. Asisten saya perjalanan kemari. Dia akan membantu Bu Ralin mencari penginapan. Anggap saja ini balas budi dari saya karena sudah menemukan Levi dan menjaganya."

"Saya juga berterima kasih banyak, Pak. Saya tidak tahu akan tinggal dimana kalau Pak ... eh ... maaf, siapa nama Bapak?"

"Lewis."

"Tanpa Pak Lewis, entah dimana saya akan bermalam hari ini," ucap Ralin tulus.

"Sama-sama. Semoga masalah Bu Ralin segera terselesaikan."

Ralin mengangguk dengan hati pedih mengingat pengkhianatan suaminya. 

"Saya akan segera menyelesaikannya di pengadilan, Pak Lewis."

Lewis sebenarnya tidak ingin mencampuri urusan Ralin namun sepertinya Ralin membutuhkan teman untuk mencurahkan masalahnya. 

"Maaf, yang mengusir Bu Ralin apakah suami sendiri?"

"Iya, Pak. Dia mengusir saya dibantu selingkuhannya."

Lewis menghela nafas panjang dan menatap Ralin penuh rasa iba. 

"Astaga."

"Ketika saya berjuang agar bisa hamil, dia menduakan saya. Ketika dia belum menjadi siapa-siapa, saya tetap setia menemaninya. Tapi, semua itu dia balas dengan pengkhianatan."

Ralin meraup udara sebanyak mungkin untuk menahan air mata agar tidak luruh. 

"Lalu tadi pagi, dia mengusir saya tanpa memberi uang sepeser pun. Tanpa persiapan apapun. Apalagi di kota ini, saya tidak memiliki sanak saudara. Orang tua di kampung membenci saya karena dulu nekat ingin menikah dengannya."

Akhirnya Ralin menunduk sembari menyeka air mata yang tidak bisa dibendung lagi. Lewis hanya menjadi pendengar setia tanpa menghakimi takdir yang Ralin jalani. 

"Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih banyak, Pak Lewis. Terima kasih."

Kepala Lewis hanya mengangguk dan membiarkan Ralin menangis untuk melepaskan rasa sedihnya. Tapi tidak berselang lama, ponsel Ralin berdering nyaring.

Emran menghubunginya.

Ralin kemudian menghentikan tangisnya dan berdehem untuk menetralkan suara.

"Apa?!" 

"Sisa pakaian dan barang-barangmu aku taruh di halaman rumah. Buruan kamu ambil! Biar rumahku nggak kelihatan kumuh!"

Emran segera mematikan panggilan tanpa salam atau apapun. Hati Ralin pun makin sedih. 

"Kenapa, Bu Ralin?"

"Saya harus pergi, Pak. Karena mantan suami saya sudah mengeluarkan semua barang-barang saya di halaman rumah," ucapnya dengan suara bergetar.

Melihat guru putranya begitu terpuruk karena pengkhianatan, Lewis sebenarnya tidak tega. Namun itu bukanlah ranahnya untuk ikut campur urusan rumah tangga Ralin.

Dengan hati sedih dan pilu, Ralin hanya bisa memasrahkan jalan hidupnya pada takdir Tuhan. 

Dia terlunta-lunta di kota besar ini seorang diri dan merasa malu untuk kembali pulang ke rumah orang tuanya. 

Setelah ini, apa yang harus Ralin lakukan? 

Dengan cara apa dia akan melanjutkan hidupnya?

Juniarth

:-0

| 8
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
hmmmmmmakinpenasaran
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
hmmm, as author lagi reuni dg kegiatan setahun lalu,di jogja kah? untuk kisah ini.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Simpanan Om-Om

    Setelah menunggu kurang dari sepuluh menit, akhirnya seorang lelaki yang masih memakai kemeja kerja formal tiba di rumah Lewis. Dia kemudian menunduk dengan hormat pada sang tuan lalu memandang Ralin. Lalu mengeluarkan sebuah cardlock dari saku dan mengulurkan dengan begitu sopan menggunakan kedua tangan. "Permisi, ini cardlock kamar anda. Nanti anda cukup menunjukkan kartu identitas dan cardlock ini pada resepsionis."Ralin menerimanya dengan dua tangan pula lalu menatap Lewis."Terima kasih banyak, Pak Lewis. Semoga kebaikan anda dibalas berkali-kali lipat. Saya tidak tahu bagaimana nasib saya kalau tidak bertemu anda.""Sama-sama, Bu Ralin. Saya juga tidak tahu bagaimana nasib Levi kalau tidak ditemukan Bu Ralin."Karena hari semakin malam dan harus segera mengambil barang-barangnya yang telah Emran letakkan di halam rumah, Ralin segera undur diri. Dia menghampiri sopir Lewis yang masih berada di teras rumah lalu meminta bantuannya untuk menurunkan koper dari bagasi. Jam hampir

    Huling Na-update : 2025-01-27
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Cinta Boleh, Bodoh Jangan

    Ralin menatap keluar jendela mobil dengan hati hancur berkeping-keping. Bahwa Emran sama sekali tidak menyesal sama sekali telah mengkhianatinya.Empat tahun Ralin berpacaran dengan Emran semasa masih kuliah lalu mereka nekat membina rumah tangga. Susah senang banyak mereka lalui tapi pada titik ini, Emran memilih melepaskan Ralin demi wanita lain yang digadang-gadang bisa memberinya kebahagiaan dan keturunan.Ralin tidak habis pikir, mengapa Emran tidak mau bersabar dulu padahal usia Ralin masih muda. Masih memiliki banyak peluang untuk bisa hamil ketimbang Fayza yang sudah berusia empat puluh lima tahun.Air mata Ralin membasahi pipi dengan mulut terkatup rapat. Dia tidak ingin isak tangisnya didengar oleh Lewis.“Tisyu.”Lewis mengulurkan tisyu lalu Ralin menerimanya.“Terima kasih, Pak.”“Semua yang menikah dengan landasan cinta, pasti nggak mau bercerai gara-gara ada pihak ketiga, Bu Ralin.”Ralin melirik Lewis sembari mengusap air matanya yang terus meleleh.Bayangan Emran telah

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Menolak Hadiah

    "Tapi saya bisa jamin kalau itu bukan saya, Bu Karin. Foto ini editan." Ralin membela diri."Saya nggak tahu harus percaya siapa, Bu Ralin. Tapi kalau ini sudah menyangkut nama baik sekolah, saya juga tidak bisa tinggal diam. Reputasi sekolah yang akan jadi taruhan.""Ya Tuhan, siapa yang tega melakukan ini?"Ralin tidak ingin dikeluarkan dari sekolah karena hanya ini satu-satunya tempatnya mencari nafkah. Jika dia harus kehilangan pekerjaan, bagaimana bisa melanjutkan hidup?"Bu Karin, tolong beri saya waktu untuk mencari tahu siapa yang tega melakukan ini. Tolong jangan pecat saya. Hanya ini pekerjaan yang saya miliki." Ralin memohon. Dengan berat hati akhirnya kepala sekolah memberi Ralin kompensasi waktu untuk mencari tahu kebenaran foto itu. "Saya kasih kelonggaran waktu tiga hari saja, Bu Ralin. Karena saya khawatir nanti si pengirim foto akan melakukan aksi nekat mengunggah foto-foto ini di media sosial lalu membuat reputasi sekolah hancur."Tiga hari bukanlah waktu yang lama.

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Semuanya Hancur

    Bukan maksud hati Ralin untuk memanfaatkan situasi. Bukan karena Ralin bisa mengatasi kondisi Levi lalu menggunakannya untuk memperalat Lewis.Bukan!Melankan Ralin bisa menebak dengan pasti bahwa Lewis bukanlah orang sembarangan dan ia memiliki kekuasaan berlimpah. Ralin membutuhkan kekuasaan yang dimiliki pria itu untuk membantunya. Hanya untuk kali ini saja!"Pak Lewis?""Ya?""Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada anda, bolehkah saya menolak hadiah yang Bapak berikan?"Lewis mengerutkan kedua alisnya menatap Ralin yang masih setia memangku Levi dan mengusap sayang rambut serta punggung putranya itu."Apa hadiah ini kurang bagus?"Kepala Ralin menggeleng dengan ekspresi sedih yang tidak dibuat-buat. Dia benar-benar bingung dan sedang tidak dalam suasana hati yang baik."Tanpa bermaksud buruk atau memanfaatkan keadaan, saya benar-benar membutuhkan bantuan Pak Lewis untuk membantu saya keluar dari masalah baru yang mengancam karir saya.""Mengancam karir? Apa maksudnya, Bu Ralin?"

    Huling Na-update : 2025-02-06
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Pelakunya Adalah ....

    "Maaf, Bu Ralin, ini saya, baby sitternya Den Levi."Mendengar nama Levi, kesedihan Ralin berubah menjadi penasaran."Ya? Kenapa?""Maaf, Bu, Den Levi tidak mau makan dan mengacaukan isi rumah. Dari tadi Den Levi terus bilang bu guru bu guru terus. Saya tidak tahu harus minta tolong siapa kalau bukan Bu Ralin."Kemudian Ralin teringat akan janjinya tadi siang sebelum Levi pulang sekolah. Ralin berjanji akan datang ke rumahnya dan tidak menyangka jika bocah laki-laki itu menanti kedatangannya.Karena Ralin tidak kunjung datang lalu Levi melampiaskannya dengan mengacaukan rumah. Bayangan Lewis yang lelah sepulang bekerja lalu melihat rumah berantakan dan memarahi Levi membuatnya tidak tega. "Saya mohon, Bu Ralin. Tolong bantu saya menenangkan Den Levi."Lalu terdengar seperti sebuah benda dari kaca terjatuh.Pyar!"Astaga, Den Levi!" Teriak baby sitternya.Lalu baby siter Levi pergi dan membiarkan telfon tersambung. Entah apa yang terjadi karena samar-samar Ralin bisa mendengar kekacaua

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Untuk Apa Lari Dari Kenyataan?

    "Pelakunya adalah mantan suami anda, Bu Ralin."Ralin menatap David tidak percaya dengan hati hancur berkeping-keping. Kemudian memorinya berlari ke kejadian beberapa hari lalu saat Ralin mendatangi Emran ke kantor tempat pria itu bekerja.Dengan jelas dan masih dalam ingatan Ralin jika Emran berkata sudah tidak peduli dengan hidup mati Ralin sekalipun. Dia benar-benar ingin segera bercerai dari Ralin dan menikahi selingkuhannya demi mendapatkan keturunan. Tanpa bisa berkata apa-apa, Ralin kemudian menundukkan kepalanya dengan hati sesak.Meski Emran telah melukainya begitu dalam, namun sisa cinta yang ada di hati Ralin tidak secepat itu memudar. "Maaf, Bu Ralin," ucap David karena melihat Ralin begitu terpukul.Ralin kemudian mengangkat kepala dan menggeleng dengan senyum tipis terpaksa. "Saya justru yang berterima kasih, Pak David.""Sebenarnya, masih ada informasi lain terkait hal ini. Namun, bila Bu Ralin tidak ingin mengetahuinya, saya tidak akan mengatakannya.""Katakan saja,

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Mau Apa Lagi?

    "Saya turut bersedih atas apa yang menimpa Bu Ralin. Saya sudah mendengarnya dari David." Ralin melirik David yang berdiri di dekat Lewis. Rupanya, apa yang menjadi aib Ralin telah sampai di telinga Lewis. Sebenarnya itu cukup memalukan dan tidak perlu diumbar pada siapapun. "Saya juga mau mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih banyak Pak Lewis telah membantu saya mencari tahu siapa yang memfitnah saya hingga sekolah pada akhirnya mengeluarkan saya." Lewis sedikit terkejut mendengar pengakuan Ralin. "Dikeluarkan?" "Iya, Pak. Saya sudah resmi dipecat dari sekolah." Kemudian Lewis menatap Levi yang sedang asyik bermain trampolin seorang diri lalu ia kembali menatap Ralin. "Pantas saja, beberapa hari ini baby sitter bilang kalau Levi susah diajak bersekolah. Ternyata Bu Ralin sudah tidak mengajar lagi rupanya." Ralin pun sedikit terkejut mendengar penuturan Lewis kemudian menatap Levi yang begitu senang bermain meski seorang diri. "Sudah tiga

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Mengesahkan Pernikahan Kami

    [Pesan dari Emran : -foto-][Pesan dari Emran : Aku beruntung punya Fayza. Dan sekarang, dia udah sah jadi istriku meski masih siri. Proses perceraian kita udah aku daftarin ke pengadilan agama. Lalu aku bakal mengesahkan pernikahan kami.]Dengan sedih, Ralin memandang foto yang menampilkan Emran begitu tampan mengenakan kemeja putih dan Fayza dengan kebaya putih. Keduanya memamerkan cincin pernikahan dengan senyum lebar. Hati Ralin seperti dihujam belati bertubi-tubi hingga sakitnya menembus tulang. Mereka bercerai secara agama baru satu minggu yang lalu. Tapi kini Emran telah memamerkan pernikahan kedua dengan selingkuhannya. [Pesan dari Emran : Dan kamu bisa bebas jadi wanita murahan pemuas bos-bos! Aku jijik pernah punya istri kayak kamu, Lin!]Pesan terbaru Emran makin menyakiti hatinya lalu Ralin menutup riwayat percakapan. Dia tidak mau membalas pesan mantan suaminya atau pria itu akan membuat Ralin kehilangan sesuatu lain yang amat berarti untuknya.Cukup sudah Emran menghab

    Huling Na-update : 2025-02-09

Pinakabagong kabanata

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Masih Mencintai Yang Lain

    "Mau cerita sekarang?" Tanya David. Kepala Ralin menggeleng dalam dekapan lelaki itu. "Oke."David selalu dewasa dan tidak memaksa Ralin untuk bercerita sampai wanita itu sendiri yang mengatakannya. "Vid?""Apa, Sayang?" Balas David dengan tetap memeluk Ralin."Aku mau aktif kursus lagi. Lalu nyari kerja.""Good idea. Aku suka.""Jangan tinggalin aku ya, Vid."David mendengus geli dan menggeleng sambil menumpukan dagunya di kepala Ralin. "Nggak lah. Kecuali kamu yang nyuruh aku pergi."Jika Ralin sedang berusaha mati-matian melupakan bahkan menjauh dari Lewis, maka berbeda hal dengan pria itu.Begitu tiba di rumah, Lewis segera menggandeng tangan Levi menuju rumah. "Zaylin dimana, Bu Tatik?""Den Ayu di kamar, Den Mas."Dengan menggandeng tangan Levi, Lewis menuju kamarnya dan mendapati Zaylin sedang duduk di kursi meja rias dengan segelas anggur merah di hadapannya. Lewis kembali menutup pintu kamar lalu menuju dapur. "Bu Tatik, tolong ganti baju Levi.""Baik, Den Mas."Lewis t

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Jangan Cium Aku

    Untuk sesaat Ralin membeku tidak percaya jika ia kini berada di dalam dekapan Lewis. Pria yang masih menjadi suaminya yang mati-matian ingin dilupakan. Ia ingin membalas pelukan Lewis namun tahu jika ini adalah mimpi. Yang mungkin sebentar lagi akan berakhir. Mimpi yang tidak boleh terlalu dituruti.Akhirnya Ralin hanya bisa mengepalkan kedua tangannya ketika tangan Lewis mendekap punggungnya agar pelukan itu terlihat natural di depan Luis. Benar saja, pelukan beberapa detik yang mendebarkan itu akhirnya harus usai ketika Lewis melepaskan dekapannya. Kedua mata Lewis dan Ralin saling tatap. Seperti ada komunikasi nonverbal yang Lewis sampaikan dan Ralin mengetipkan mata sebagai jawaban bahwa ia paham. Lalu terdengar suara tawa lirih Luis yang membuat Ralin dan Lewis menoleh. Kemudian kembaran Lewis itu bertepuk tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Nice drama, Dek."Lewis hanya memandang Luis. Menunggu apa yang akan dikatakan kembarannya itu. "Kamu mungkin

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Lagu Untuk Seorang Spesial

    Tangan David berada di pinggang Ralin dan baru melepasnya ketika mencapai pintu salon. Kemudian dia berjalan di sisi Ralin dengan begitu sopan layaknya bodyguard pada sang nyonya dan membuka pintu mobil Lewis. Aroma wangi dan sejuk keluar dari dalam kabin mobil mewahnya. Lewis sedang duduk dengan memangku Levi. Pria itu dan Levi memakai batik dengan corak dan warna senada. Rambut keduanya disisir sangat rapi. Dan itu cukup mencuri pandangan Ralin sekian detik namun ia segera mengalihkannya. Ia tidak akan membiarkan Lewis mengira dirinya masih menaruh cinta.Tidak! Kemudian David mempersilahkan Ralin menaiki mobil. Seakan-akan Ralin adalah nyonya dari tuannya. Lalu menutup pintu mobil dan ia berjalan memutar lalu menaiki kursi penumpang sebelah sopir. Ketika mobil mulai berjalan, Ralin hanya duduk dengan mata memandang keluar jendela. Dia tidak tertarik mengucapkan salam pada Levi atau Lewis. Dia benar-benar ingin menjaga jarak dengan keduanya. Namun, keadaan berubah ketika Lewi

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   I Love You, My Heart

    Lewis berjalan lebih dulu kemudian diikuti Ralin. Sedang David berjalan di sisinya dan berbisik. "Semuanya akan baik-baik aja. Ingat, aku selalu ada di belakangmu, Lin."Ralin tersenyum dan mengangguk. "Thanks, Vid."Kemudian David kembali berbisik, "I love you."Blush!Ralin tersenyum dan salah tingkah dengan perbuatan David yang selalu manis dan di luar ekspektasinya. Lelaki itu nampak tegas, menakutkan, dan kurang bersahabat ketika mendampingi Lewis.Namun berubah tiga ratus enam puluh derajat jika bersama Ralin. David membukakan pintu untuk Ralin kemudian keduanya masuk ke dalam rumah. "Aku males ngadepin drama ini, Vid.""Aku nggak akan pulang sampai nganter kamu ke tempat yang baru."Kemudian Ralin menoleh, "Kamu yang cariin tempat itu?"Kepala David mengangguk, "Memangnya siapa lagi?""Kenapa kamu nggak bilang ke aku sebelumnya?""Karena aku tahu gimana kesalnya kamu kalau disuruh kembali kemari.""Lalu gimana caranya Den Mas tahu kalau aku pulang ke rumah orang tua?""Beliau

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Ketahuan!

    "Lewis bilang kalau dia kelepasan bicara karena emosi. Makanya dia nyusul kamu kemari karena mau minta maaf. Ya sudah, kalian bicara dulu aja. Masalah rumah tangga harus diselesaikan. Jangan berlarut-larut."Setelah Ayahnya pergi, di ruang tamu hanya menyisakan Ralin, Lewis, dan David. David duduk di sebelah Lewis dan terus memandang Ralin dengan sorot datar. Mulutnya diam tak berbicara sepatah kata pun. Namun tatapan matanya penuh makna menatap Ralin.Dia tahu jika saat ini Lewis lah yang paling berkuasa pada Ralin. "Vid, tolong tinggalkan kami." Perintah Lewis.Dengan patuh, David pun mengangguk. Meski hati dan kakinya seperti enggan meninggalkan keduanya. Ia hanya bisa menunggu di teras tanpa tahu apa yang akan Lewis katakan.Lalu Ralin menatap Lewis tanpa rasa takut karena tidak merasa bersalah. "Aku pikir kedatanganmu kemari ingin menyelesaikan kesepakatan pernikahan kita, Den Mas."Lewis hanya menatap Ralin lekat tanpa berbicara sepatah kata pun."Apa kita akan diam terus kaya

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Siap Dan Akan Menerimanya

    Lewis tidak berani menatap Ralin karena rahasia pernikahannya dengan Zaylin telah terbongkar. Padahal ia ingin menyembunyikan rahasia pernikahan itu sampai semuanya tepat untuk diutarakan. Namun Zaylin menyalahi kesepakatan. "Sekarang kamu udah tahu kan siapa aku?! Aku adalah Nyonya Lewis! Nyonya di rumah ini!" ucap Zaylin dengan bersedekap sombong. "Jadi, kamu jangan mbantah atau ngelawan ucapanku! Posisimu di rumah ini cuma baby sitter! Pengasuhnya Levi! Inget itu baik-baik!"Ralin kemudian mengangguk dengan hati terpatah-patah."Yang! Kita udah sepakat mau jaga rahasia ini, kan!?" Lewis mengingatkan. Padahal Lewis tidak mau Ralin terus dikonfrontasi tentang status pernikahan Lewis dan Zaylin."Kamu ngerasa nggak sih, Mas? Ralin tuh baby sitter yang nggak patuh sama majikannya. Sama kamu aja dia berani ngelawan kayak tadi. Gimana sama aku?""Kalau dia nggak dikasih tahu kita udah nikah, dia pasti jauh lebih berani! Udah bener aku kan kalau dia mending dipecat aja? Kamu malah ngga

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Sudah Menikah

    Begitu bel pintu apartemen berbunyi, Ralin langsung melepas celemek dan membukanya. "Hai, Vid.""Hai." David balas menyapa dengan wajah bingung.Setelah David masuk, Ralin segera menutup pintu lalu menuju dapur kembali. Waktunya menuangkan air panas ke dalam cappucino yang sedang ia buat. David memperhatikan meja makan mini yang sudah tersaji tiga jenis menu makanan yang menggugah selera beserta minumannya. Juga memperhatikan mimik wajah Ralin yang tidak terlihat sendu. Melainkan ada seulas senyum yang tersungging di bibirnya."Selesai. Kamu mau makan sekarang, Vid?"David justru menarik kursi dan menatap Ralin. Ia masih mengenakan kemeja kerja."Tumben kamu belum pulang, Lin? Ini hampir jam tujuh malam.""Kamu nggak suka aku di apartemenmu lebih lama?""Kalau bisa kamu di apartemenku aja setiap hari. Nggak usah pulang ke rumah Pak Lewis."Ralin tertawa lirih mendengar pengakuan David yang mirip sebuah rayuan gombal. "Oke, aku akan pulang sekarang."Ketika Ralin akan menuju sofa, D

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Lebih Baik Melepaskan

    "Masuk, Lin."Ralin datang dengan membawa beberapa camilan dan minuman ringan. Meletakkan kantong plastik itu di meja depan televisi. "Soft drink. Mau?"Kepala David mengangguk dengan terus menatap Ralin. Kemudian tangannya menangkap kaleng soft drink itu. "Tumben nggak berangkat kursus mendekati jam masuk, Lin?" Tanya David lalu meneguk minuman itu. "Di rumah sepi, Vid. Aku nggak punya teman ngobrol. Den Mas pergi liburan sama Zaylin dan Levi."Kepala David mengangguk membenarkan. "Sekarang, aku merasa kesepian gara-gara Levi nggak boleh sering-sering ketemu aku. Mending aku main ke apartemenmu aja."Ralin kemudian meneguk soft drink miliknya. "Apa kamu juga pengen liburan?"Kemudian Ralin menatap David. "Liburan kemana?""Dieng barangkali. Disana bagus."Belum pernah Ralin pergi ke tempat itu kemudian David menunjukkan pemandangan bagus Dieng melalui ponselnya. Seketika membuat Ralin berbinar namun senyumnya kembali pupus. "Aku kan ada jadwal kursus, Vid. Mana bisa?"Kemudian

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Satu Kamar Bersama

    "Masuk!"Kemudian Ralin menutup pintu ruang kerja dan berjalan mendekat. Lewis, pria itu sedang bersandar di meja kerja dan menatap Ralin tanpa keraguan. Begitu juga dengan Ralin, dia balas menatap Lewis seakan-akan tidak takut. "Kenapa kamu keluar dari kesepakatan?""Kesepakatan yang mana?"Lewis mendengus geli lalu berdiri di depan Ralin dengan wajah serius. Dan Ralin pun membalas tatapan mata tajam Lewis tanpa mundur satu langkah pun. "Jangan jadi kacang yang lupa sama kulitnya, Lin. Aku nyelametin hidupmu setelah diusir dan diperlakukan Emran dengan cara yang nggak baik. Aku kasih kamu tumpangan di rumah ini dan gaji yang lebih dari cukup setiap bulannya karena merawat dan mendidik Levi.""Terima kasih, Den Mas.""Tapi kenapa kamu lalai sama tugasmu? Kenapa kamu biarin Levi berubah nggak terkontrol?! Kenapa kamu biarin Zaylin kelimpungan sendiri ngurus Levi, heh?!"Jadi, Zaylin masih membiarkan Lewis tenggelam dalam kesalahpahamannya. Atau justru dia makin membuat Lewis salah pa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status