Share

Semuanya Hancur

Aвтор: Juniarth
last update Последнее обновление: 2025-02-06 20:25:10
Bukan maksud hati Ralin untuk memanfaatkan situasi. Bukan karena Ralin bisa mengatasi kondisi Levi lalu menggunakannya untuk memperalat Lewis.

Bukan!

Melankan Ralin bisa menebak dengan pasti bahwa Lewis bukanlah orang sembarangan dan ia memiliki kekuasaan berlimpah.

Ralin membutuhkan kekuasaan yang dimiliki pria itu untuk membantunya. Hanya untuk kali ini saja!

"Pak Lewis?"

"Ya?"

"Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada anda, bolehkah saya menolak hadiah yang Bapak berikan?"

Lewis mengerutkan kedua alisnya menatap Ralin yang masih setia memangku Levi dan mengusap sayang rambut serta punggung putranya itu.

"Apa hadiah ini kurang bagus?"

Kepala Ralin menggeleng dengan ekspresi sedih yang tidak dibuat-buat. Dia benar-benar bingung dan sedang tidak dalam suasana hati yang baik.

"Tanpa bermaksud buruk atau memanfaatkan keadaan, saya benar-benar membutuhkan bantuan Pak Lewis untuk membantu saya keluar dari masalah baru yang mengancam karir saya."

"Mengancam karir? Apa maksudnya, Bu Ralin?"

Juniarth

:-0

| 12
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Latest chapter

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Kita Perlu Bicara

    Ralin tidak tidur. Dia hanya memejamkan mata untuk menetralkan emosinya. Juga untuk menyiapkan mentalnya jika para istri teman-temannya itu ikut serta. Kemudian Lewis masuk ke dalam kamar mandi dan keluar dengan pakaian yang lebih baik. Lalu ponselnya berdering. "Oke, aku turun bentar lagi."Ralin mendengarnya tapi tetap memejamkan mata. Kemudian dia merasakan tangannya ditepuk Lewis. "Ayo turun. Temanku udah di bawah."Tanpa menunggu lama, Ralin segera bangun lalu keluar dari kamar Lewis. Dan sedikit membanting pintunya. Keputusan terberani Ralin. Dia masuk ke dalam kamarnya sendiri lalu mengambil jaket tebal yang Lewis belikan dan membelitkan syal di lehernya. Dia segera keluar dari kamar, membawa jaket Levi, dan bersamaan dengan itu Lewis juga keluar bersama Levi. Tanpa banyak berkata Ralin segera mendekati Levi dengan seulas senyum.Mengajak putra tirinya itu mengenakan jaket dengan kata-kata penuh perhatian dan cinta. Di dalam lift, Ralin dan Lewis kompak tidak berkata apa

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Ini Tidak Adil

    "Lew, ada laga sepak bola bagus. Mau ikut sama kami?" Itu suara Michael. Lewis memejamkan mata sejenak dan menghela nafas. Lalu melirik malas pada nakas, tempat jam kecil itu berada. Sudah pukul sembilan pagi rupanya. Kepalanya agak nyeri karena semalam tidak bisa tidur. Ingin memanggil Ralin tapi dia tidak yakin dengan keputusannya. "Dimana, Mike?""Cruijff Arena. Ayolah kawan! Kapan lagi kita bisa hora hore kayak gini kalau nggak begini? Jarang-jarang kamu ke Belanda.""Tapi aku masih ngantuk, Mike," ucap Lewis malas. Michael tertawa, "Apa istrimu terlalu agresif, huh?!"Guyonan Michael jelas salah kaprah. Karena nyatanya Lewis berada di kamar sendirian dan hampir tidur pukul dua dini hari. "Ngaco! Nanti laganya jam berapa?" Lewis mengalihkan pembicaraan. "Jam satu. Mau aku jemput?"Kemudian Lewis teringat Levi. Putranya itu sedikit tidak kooperatif jika diajak duduk lama. Pasti akan ada saja ulahnya. Lewis menceritakan hal itu pada Michael dan tidak bisa berjanji akan data

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Apakah Bulan Madu Ini Berhasil?

    Lewis menatap Ralin dengan ekspresi takut dan setengah kesal. "Kamu kenapa percaya sama omongan teman-temanku?! Aku nggak nyimpan foto Zaylin!"Dipikirnya, Ralin adalah anak ingusan yang baru kemarin mengenal cinta. Padahal dia itu sudah menjadi jadi satu kali. Lalu Ralin menengadahkan tangan kanannya dan menatap mata Lewis, "Boleh aku lihat isi ponselmu, Den Mas?"Kedua alis Lewis terangkat dengan wajah setengah ketakutan. Lalu matanya tidak sengaja melihat ke kanan dan terpampanglah pemandangan bawah yang mengerikan untuknya. Seketika ia merasa mual dan pusing lalu wajahnya berubah pucat. "Den Mas? Kenapa?"Lewis segera menutup kedua matanya dan tangannya berpegangan erat-erat pada kursi. Membiarkan sensasi diayun-ayun oleh kereta gantung yang membuatnya seperti begitu dekat dengan malaikat pencabut nyawa. Melihat Lewis seperti itu, Ralin memilih diam tidak mengganggu. Dia justru asyik dengan Levi melihat pemandangan yang begitu menakjubkan. Saat kereta mengalami sedikit gunca

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Foto Mantan Masih Tersimpan

    Ketika Ralin duduk sambil menemani Levi melahap makanannya, terdengar percakapan yang mengusik telinganya. "Aku nggak nyangka kalau istri baru Lewis itu perempuan biasa," ucap salah satu perempuan. Kebetulan Ralin dan Levi duduk agak di pojok. Setidaknya kehadiran mereka seperti tidak ada. "Beneran? Kamu nggak salah dengar?" Yang lain menyahuti. "Nggak salah lagi. Aku baru aja dikasih tahu suamiku kalau istri barunya itu sebenarnya mantan guru Levi lalu dinikahi."Kemudian terdengar suara terkejut, "Astaga, Tuhan! Mimpi apaan sih Lewis sampai mau nikah sama cewek rendahan kayak gitu? Padahal Zaylin udah paket komplit. Ngapain dicerai?""Itulah yang aku nggak tahu. Kayaknya Lewis emang sengaja nutup informasi lebih jauh."Ralin berdiri kemudian mendekat. Bersembunyi di balik tembok untuk mendengarkan obrolan mereka."Aku benar-benar nggak respect sama tuh cewek dari pertama kali ketemu. Lihat aja pakaiannya. Masak di musim yang masih dingin gini dia malah pakai jaket biasa. Nggak ke

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Istri baruku

    "Kamu banyak berubah, Lin. Apa karena kita nggak pernah komunikasi ya?"Ralin mengangguk dengan seulas senyum yang lebih memiliki makna : sedekat apa Lewis dengan Zaylin dulu hingga temannya ini mengenal mereka berdua?"Jo, kayaknya ... eh ... kita ke hotel dulu. Levi capek." Itu alasan Lewis. Walau sejujurnya Levi juga sudah merengek tidak nyaman ingin belarian. "Oke, aku pulang dulu untuk siapin makan-makan penyambutan yang luar biasa untuk kalian.""Ajak Gabrielle, Michael, beserta istri mereka.""Natuurlijk, Lew," balasnya dengan bahasa Belanda. Levi merengek karena kelelahan dan ingin berlari-lari. Dia merasa di penjara selama penerbangan. Bahkan ketika di dalam taksi yang membawa mereka menuju hotel pun Levi sempat membuat kegaduhan. Ralin hanya bisa menenangkan dan membujuk. Lalu Lewis berbicara dengan bahasa Belanda pada sopir taksi untuk mempercepat lajunya taksi agar segera sampai. Tidak jauh dari Bandara Schipol, Lewis menyewa dua buah kamar dengan fasilitas premium dar

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Senyum Tak Lekang Dari Bibir

    Ralin bertepuk tangan ketika Levi berhasil menyelesaikan puzzle raksasa bergambar mobil balap. Levi pun tak kalah bahagia bisa menyelesaikan tantangan itu. Saat Ralin mengajaknya untuk tos, pintu kamar Levi terbuka. Ralin segera mundur dan memberikan ruang bagi Lewis barangkali ingin bertemu putranya. Mengingat tadi pagi hubungannya dengan Lewis tidak baik-baik saja, Ralin memilih untuk menghindar. Dia berani bertaruh jika kehadirannya tidak diperlukan lagi di rumah ini sebentar lagi. Hanya tentang masalah menghitung hari saja. Ketika Lewis mencium pucuk kepala Levi, Ralin yang akan pergi kemudian dihadang Levi karena makan malamnya belum usai. Mereka terlalu asyik bermain puzzle."Levi bisa minta tolong sama Ayah. Oke?"Kepala Levi menggeleng lalu Lewis membujuknya dan berhasil. Ia menggenggam satu tangan Levi dan tangannya yang lain membawa piring berisi sisa makanan yang belum habis. "Tolong siapin baju-baju dan keperluan Levi ke dalam koper. Terutama pakaian tebal. Besok aku m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status