Share

Kematian, Surprise Tak Diinginkan

Happy Reading! semoga Suka ><

Kicauan burung di pagi hari terdengar seakan-akan burung itu bernyanyi. Matahari yang sudah terlihat bersinar pada pukul 07.00 WIB. 

Shea membuka jendela kamarnya lalu tersorot dengan sinar matahari, Ana dan Laila tiba-tiba terbangun karena terganggu.

"Sheaaa! Ganggu aja, lagi nyenyak nii!",  Protes Laila sambil menutup tubuhnya dengan selimut begitupun dengan Ana.

"Yaa Allah, bangun woy bangun! Udah pagi kebluk amat si, bukannya mandi abis shubuh malah tidur lagi, skrang tidur lagi.",  Perintah Shea pada kedua temannya itu.

"5 menit lagi Shea!", Pinta Ana yang masih mengantuk.

"Gak gak gak... Cepat banguunnn, abis itu kita sarapan!!! Ayoooo", Shea menarik selimut mereka dan menyuruhnya untuk bangun.

"Yaudaaa iyaaaa, baweel banget si Shea." Balas Ana dan Laila secara bersamaan, lalu mereka mandi satu persatu.

Setalah mandi, mereka bertiga lanjut sarapan di ruang makan bersama Mama Alina dan Arka.

Papa Darwin belum pulang dari kemarin-kemarin, katanya beliau mendadak pergi keluar kota, mungkin bulan depan baru bisa pulang. 

Arka sarapan dengan terburu-buru, karena hari ini semua calon dokter dikumpulkan untuk persiapan dua hari kedepan pembagian kelulusan. Ia memakai pakaian yang sangat rapi, baju kemeja putih dan celana juga sepatu berwarna hitam. Siapa si yang tak suka Arka, bisa kebilang Arka adalah sosok pria idaman perempuan dan yang mendapatkan hatinya kelak adalah orang yang sangat beruntung.

"Arka pamit ya, takut kesiangan assalamu'alaikum" 

"Buru-buru banget Arka, ati-ati nak", mama Alina.

"Wa'alaikumussalam", menjawab salam bersamaan.

"Dilanjutkan makannya, abisin ya" pinta mama Alina. 

Laila dan Ana mengucapkan terimakasih karena sudah dilayani dengan baik, seperti kepada anaknya sendiri. Laila tengah merindukan kedua orangtuanya yang jarang sekali ada di rumah, ia iri kepada Ana dan Shea karena mereka bisa berkumpul bersama keluarganya. Namun apalah daya Laila sangat paham bahwa kedua orangtuanya juga sangat menyayangi dia makanya tidak ada sedikitpun waktu untuk meluangkan kumpul keluarga, sibuk bekerja untuk anak satu-satunya, Laila.

Tiba-tiba ana mendapat telepon dari neneknya.

"Assalamu'alaikum An...Anaa" ucap didalam suara telepon dengan isak tangisnya.

"Wa'alaikumussalam, kenapa nek? Ada apa? Anak mulai kaget perasaannya tak enak.

"I...Ibu mu na, ibumuu"

"Ibu knapa? Jawab ana nek!! Hallo"

"Ibumu meninggal kecelakaan saat pulang"

Air mata Ana mulai menderas, tak tahan dengan apa yang barusan ia dengar, berharap ini adalah mimpi bagi Ana, ia belum lulus sekolah, kelulusannya ingin didampingi kedua orangtuanya. Namun Allah berkehendak lain, Allah lebih sayang ibunya Ana. Tangan Ana melemas, ponselnya hampir jatuh. Shea dan Laila yang tak paham ada apa dengan Ana.

"Innalilahi wa innailaihi Raji'un" ucap Ana dengan penuh Isak tangis.

"Kenapa na? Siapa?" Tanya Laila dan Shea.

"Ibu meninggalkaaan akuuu, ibuuu" 

"Innalilahi wa innailaihi Raji'un" ucap Laila, Shea, dan Mama Alina.

"Yang sabar nak, semua atas kehendak Allah, kamu kuat sayang ya" Mama Alina memeluk Ana dengan erat.

Mereka pergi kerumah Ana untuk melayat jenazah Ibu Ana. Sepanjang jalan Ana hanya menangis, berusaha tabah tapi ia tetap tak bisa menahannya. Siapa yang tak sedih ditinggal orang yang disayang untuk selama-lamanya, ia tak punya lagi sosok Ibu yang selalu membuatnya kuat. Sekarang Ana melemah karena yang membuat hatinya kuat sudah dipanggil sang ilahi.

Ana tak pernah menyalahkan takdir karena ibunya selalu berkata, bahwa setiap kematian, jodoh, rezeki sudah Allah yang Atur, bahkan ibunya selalu bilang jika diantara keluarganya ada yang meninggal duluan, Ana jangan menyalahkan Allah, Ana harus tabah, dan jangan pernah selalu menangis, cukup sekali, esoknya Ana harus tersenyum agar yang meninggalkan Ana juga bahagia.

Satu tahun yang lalu...

Ana ikut ibunya kepasar untuk belanja bulanan. Setiap kepasar Ana selalu dibelikan Bros bunga cantik oleh ibunya, bahkan sampai menumpuk.

Ana selalu membantu Ibunya mengangkat semua barang-barang yang telah dibeli di pasar tadi.

"Bu, sini biar Aja yang pegang." Ana menunjukkan tangannya.

"Jangan nak, berat sayang gapapa sama Ibu aja, kuat kok."

"Gapapa Bu, anak juga kuat, sini Bu"

"Yaudah ati-ati tapi ya, ana baikkk" Ucap ibunya Ana sambil mengecup dahi Ana.

Setelah selesai belanja, mereka mampir dulu untuk makan siang di sebuah warteg, itu adalah kebiasaan mereka saat pulang dari pasar, Ana makan sangat lahap mungkin karena lapar sekali. Ibunya hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis. 

Setelah selesai, mereka lalu pulang. Dan memasukkam semua barang-barangnya ke dalam bahasi mobil. Yang nyetir itu Mang Asep, supir pribadinya Ibu Ana.

Saat perjalanan, Ana dan Ibunya tertawa riang menceritakan hal lucu. Ana sangat bahagia sekali hidupnya sangat lengkap ketika ia bisa tertawa penuh bersama keluarganya.

"Anaa sayang ..." Panggil ibunya sambil mengelus kepala Ana.

"Kamu tau gak? Bahwa setiap kematian, jodoh, rezeki itu sudah Allah yang Atur."

"Iyaa Bu Ana tauu kokk"

"Naah.. Jika nanti diantara Nenek, Papa, Ibu ada yang meninggal duluan, Ana jangan menyalahkan Allah, Ana harus tabah, dan jangan pernah menangis terlalu lama, cukup sekali, esoknya Ana harus tersenyum lagi agar yang meninggalkan Ana juga bahagia."

"Kok Ibu bilang gtu?"

"Ibu tidak mau kalau kamu terpukul saat kematian menghampiri kita, Itu akan membuat kamu dosa dan membuat sedih yang meninggal sayang."

"Iyaa ibuu ana Paham."

"Baguusss, Sholehah Anak Ibu"

"Aamiin buuu" 

*******

Sesampainya di rumah Ana. Ramai sekali yang melayat, bahkan bendera kuning terpampang jelas dihalam rumah Ana. Ana selalu berharap ini hanya mimpi Ana, kemudian Ibunya memeluk Ana untuk menenangkan dirinya. Hatinya sangat hancur.

Tetangga-tetangga mengucapkan turut berdukacita, dan menyuruh Ana untuk tabah.

Saat memasuki Rumah, Ana melihat Ibunya sedang diselimuti oleh samping. Dan dibacalan Ayat Al-Qur'an. Ini tandanya benar bahwa Ana sudah ditinggalkan Ibu tercintanya. 

Papanya memeluk Ana dan menguatkan Ana, tidak ada yang tidak menangis dihari itu. Semuanya benar-benar merasa ditinggalkan oleh sosok Ibu Ana. Beliau juga sangat baik dan ramah kepada tetangganya.

Tak lama saat Ana datang, kita semua pergi untuk menguburkan jenazah Ibu Ana. 

Ana ada dipelukkan Mama Alina, bagi Ana Mama Alina seperti Ibunya setelah, Almarhumah Ibu Ana dan Neneknya.

Papa Ana mengangkat keranda jenazah Ibunya bersama Ketiga Paman Ana.

Jarak pemakaman dari rumah Ana sangat dekat, sudah sampai di pemakaman. Tak lama setelah itu jenazah Ibu Ana dikuburkan di bacakan ayat Suci Al-Qur'an.

"Ibu... Ana bakal jadi anak yang baik yang ibu harapkan, Ana gak bakal nangis lama-lama besok Ana bahagia lagi kok Bu, Ibu yang tenang disana ya, Ibu sering-sering datang kemimpi Ana kalau Ana rindu." Tak hanya Papanya, Shea, Laila dan semua yang dipemakaman menangis ketika Ana berbicara seperti itu.

"Sabar Sayang..." Ucap nenek Ana.

Ana memeluk makam Ibunya dengan Isak tangisan Ana yang tak tertahan.

Kematian itu Surprise yang gak Ana sukai Bu... Ucap Ana didalam hati.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ  ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

kullu nafsing zaaa-iqotul-mauut, summa ilainaa turja'uun

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan."

(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 57)

******

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status