Sekarang Tirta baru menyadari ternyata kertas emas bisa memurnikan lagi energi spiritual dari batu dan obat spiritual yang sudah cukup murni. Jadi, Tirta bisa menyerap kekuatan spiritual yang melimpah dengan mudah.Alhasil, Tirta yang baru memasuki tingkat pembentukan energi tahap keempat hampir melewati batas menuju tingkat pembentukan energi tahap kelima. Hanya saja, tubuh yang panas dan hasrat yang membara membuat Tirta tidak bisa fokus berkultivasi.Setelah berseru, Tirta langsung mengerahkan Teknik Menembus Dinding dan mendatangi kamar Bella di sebelahnya. Dia ingin meminta Bella untuk membantunya melampiaskan hasratnya."Hmm ... apa ini? Panas sekali!" gumam Bella. Dia yang sudah tertidur tiba-tiba bangun.Bella yang terkejut dan juga malu digendong Tirta. Dia disiksa Tirta dengan gaya yang luar biasa ........Keesokan paginya, Bella yang kelelahan tertidur pulas. Sementara itu, Tirta tidak tidur semalaman. Setelah menyerap kekuatan spiritual murni yang diberikan kertas emas dan
"Tenang saja, Bi. Biarpun kamu nggak bilang, aku pasti akan luangkan waktu untuk cari kamu. Bi, aku pergi dulu. Aku akan segera pulang setelah membereskan masalahnya," ujar Tirta.Tirta tertawa, lalu meremas dada Ayu. Kemudian, dia baru pergi. Ayu memandangi sosok Tirta seraya memarahi, "Dasar berengsek! Anak ini benar-benar genit!"Ayu merasa kesal dan juga malu. Dia pun mendesah, lalu kembali ke kamar. Elisa yang tertidur pulas baru bangun. Dia yang penasaran bertanya, "Kak, tadi siapa yang ketuk pintu?"Ayu merapikan bajunya yang menjadi berantakan karena Tirta. Dia berpura-pura tenang saat menjawab, "Oh, Tirta yang datang. Dia keluar untuk mengurus sesuatu, jadi dia datang untuk mengabariku."Ayu meneruskan, "Dik, kamu sudah bangun? Kalau masih mengantuk, kamu lanjut tidur saja. Aku cuci baju dulu. Kamu ambil bajumu juga, biar aku bantu kamu cuci."Tadi Ayu hanya bertemu Tirta sebentar dan dadanya diremas, tetapi Ayu merasa bajunya sudah kotor dan basah. Jadi, Ayu harus segera menc
Mendengar ucapan Selina, Mairah yang merasa paling canggung. Dia yang meminta bantuan Tirta. Alhasil, Selina yang diutus atasan malah meremehkan Tirta.Mairah menjelaskan, "Bu Selina, Pak Tirta memang masih muda, tapi dia pandai bertarung. Kemarin dia bisa menghabisi banyak orang Negara Yumai yang berniat berbuat jahat di Negara Darsia sendirian. Bahkan Kepala Keluarga Gomies ...."Hanya saja, Selina sudah menghentikan Mairah sebelum dia menyelesaikan perkataannya. Selina melirik Tirta sekilas, lalu menegaskan, "Kapten Mairah, kamu sudah menjadi polisi selama bertahun-tahun. Menurutmu, apa mengandalkan kemampuan bertarung sudah cukup untuk menangkap semua penjahat di dunia?"Selina meneruskan, "Yang bisa diandalkan untuk mengurus kasus dan menangkap pelaku kriminal itu otak yang cerdas. Selain itu, juga dibutuhkan insting yang tajam dan kerja sama dari tim profesional! Biarpun dia bisa mengalahkan semua petarung hebat di dunia, dia nggak punya pengalaman mengurus kasus. Dia pasti nggak
"Kamu ...," ucap Selina. Emosinya tersulut begitu mendengar ucapan Tirta. Selina menarik tangannya yang memerah. Dia terlihat sangat geram.Mairah segera membujuk karena takut Tirta dan Selina beradu mulut, "Bu Selina, jangan emosional. Pak Tirta nggak sengaja. Kalau dia mau ikut kita, Bu Selina izinkan saja. Mungkin Pak Tirta bisa membantu kita, aku juga takut nggak sempat lagi kalau terus mengulur waktu."Mendengar ucapan Mairah, Selina langsung melihat jam. Akhirnya, dia memelototi Tirta dan berbicara pada Mairah dengan ketus, "Oke, aku izinkan dia ikut. Aku mau lihat dia bisa bantu apa!"Selina menambahkan, "Kapten Mairah, jangan salahkan aku nggak mengingatkan kamu! Atasan sangat memperhatikan aksi kali ini. Kalau orang ini berbuat salah, kamu yang tanggung semuanya!"Sebelum Mairah bicara, Tirta melambaikan tangannya dan menimpali dengan acuh tak acuh, "Nggak apa-apa. Kalau ada masalah, aku yang tanggung jawab. Kapten Mairah, jalankan mobilnya.""Oke. Pak Tirta, pegangan yang era
Walaupun Selina sangat marah, Tirta tetap bersikap tenang. Melihat Selina mengentakkan kakinya, Tirta tertawa dan menanggapi, "Mereka cuma kabur ke gunung, untuk apa kamu begitu emosional? Bukannya tadi Bu Selina bilang punya insting yang tajam, otak yang cerdas, dan bisa bekerja sama dengan tim?"Tirta menambahkan, "Apa otakmu yang cerdas nggak bisa digunakan lagi setelah anggota Black Gloves kabur ke gunung?"Saat bicara, Tirta juga mengamati Gunung Kobud. Seketika dia menemukan keanehan dari gunung itu.Selina makin gusar saat melihat sikap Tirta yang acuh tak acuh. Bahkan, Tirta juga bergurau tentangnya. Selina mendengus dan membentak, "Memangnya kamu paham? Kamu sama sekali nggak memahami Gunung Kobud. Ini adalah pertambangan bijih besi yang akan digali pemerintah sehingga medan magnetnya sangat kuat.""Begitu masuk ke gunung, semua alat komunikasi, pesawat nirawak, dan radar nggak bisa digunakan. Masalah ini akan membuat tim reserse nggak bisa menggunakan kemampuan mereka. Selai
Tirta berencana menggunakan energi spiritual yang melimpah dari Gunung Kobud untuk membujuk Genta setelah menangkap anggota Black Gloves. Jadi, nantinya dia bisa meniduri Genta.Namun, Selina makin tidak percaya sesudah mendengar perkataan Tirta. Dia menegur, "Kamu bisa menangkap semua anggota Black Gloves dalam waktu kurang dari 1 jam? Kamu kira anggota Black Gloves itu bodoh?"Selina melanjutkan, "Apa anggota Black Gloves akan diam saja dan membiarkan kamu menangkap mereka? Memangnya orang yang pandai membual sepertimu bisa menangkap anggota Black Gloves?"Bahkan, sekarang Mairah juga tidak memercayai Tirta. Dia berkata dengan canggung, "Pak Tirta, Gunung Kobud sangat luas. Kamu bahkan nggak bisa menyusuri sepersepuluh dari Gunung Kobud dalam waktu 1 jam ....""Nggak masalah, Kapten Mairah. Kamu percaya padaku saja," timpal Tirta. Dia tersenyum santai, lalu berujar kepada Selina yang terus menyindirnya, "Bu Selina, apa kamu berani taruhan denganku? Kalau dalam waktu 1 jam aku bisa me
'Kak, bukannya kamu marah padaku? Ini Gunung Kobud, aku juga baru pertama kali datang ke sini. Tapi, aku lihat Gunung Kobud ini Formasi Integrasi Spiritual alami. Tempat ini sangat cocok untuk kultivasi, aku berencana menyuruhmu keluar untuk menyerap energi spiritual Gunung Kobud ini setelah mengurus kasus,' balas Tirta.Begitu mendengar suara Genta, Tirta pun teringat pemandangan indah di balik gaun Genta saat berada di dalam mimpi. Setelah meninggalkan mimpi semalam, Tirta baru paham kenapa Genta tidak mempunyai jembut.Mungkin karena naga memang tidak mempunyai jembut, jadi Genta juga tidak mempunyainya. Namun, lebih baik jika Genta tidak mempunyai jembut karena Tirta menyukainya. Tentu saja, Tirta juga tidak keberatan jika Genta mempunyai jembut.Ke depannya, Tirta bisa merapikan dan memainkannya saat bosan. Kala ini, perhatian Genta sudah teralih pada energi spiritual yang pekat di Gunung Kobud. Jadi, dia tidak memperhatikan Tirta yang sedang berpikiran kotor."Nggak disangka, di
"Kalau nggak bisa lihat jelas, pegang tanganku. Aku akan membawa kalian menangkap orang-orang dari Black Gloves."Tirta tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, jadi dia langsung mengalihkan topik pembicaraan. Dengan mata tembus pandangnya, penglihatannya sama sekali tidak terpengaruh dalam lingkungan seperti ini. Bahkan dalam jarak ratusan meter, dia bisa melihat dengan sangat jelas."Aku nggak bisa lihat jelas, Pak Tirta. Kalau kamu bisa melihat dengan jelas, pegang tanganku dan tuntun aku," ujar Mairah yang menggeleng dengan cemas. Dengan kabut yang semakin tebal, berjalan saja sulit, apalagi menangkap anggota Black Gloves.Namun, ketika Tirta mengulurkan tangannya, wajah Mairah tiba-tiba memerah. Dia lantas berbisik,"Pak Tirta, kamu salah pegang. Itu dadaku, bukan tanganku ....""Eh? Pantas saja rasanya lembut dan kenyal. Maaf, kabutnya terlalu tebal, aku juga nggak bisa lihat jelas, jadi salah pegang. Hehe. Kapten Mairah, jangan terlalu diambil hati ya."Tirta yang sengaja salah
Ayu membuka pintu kamar, lalu bergeser ke samping dan tidak lupa berpesan, "Kalau Tirta sudah pulih, kalian berhenti sebentar dan kabari aku. Biar aku nggak khawatir.""Tenang saja, Bi Ayu. Kalau Tirta sudah pulih, aku akan langsung keluar untuk mengabarimu," sahut Agatha. Dia yang masuk ke kamar terlebih dahulu.Kemudian, Susanti, Naura, dan Aiko juga masuk. Tentu saja Nia adalah orang terakhir yang masuk ke kamar.Terdengar suara pintu ditutup dari dalam. Ayu juga tidak lupa mengunci pintu kamar dari luar. Setelah itu, Ayu dan Elisa sama-sama menunggu di sofa ruang tamu dengan perasaan gelisah.....Saat Agatha, Susanti, Naura, Aiko, dan Nia masuk ke kamar, mereka melihat Tirta berbaring di bagian tengah tempat tidur, Melati yang memakai lingeri renda berwarna hitam, Farida yang memakai lingeri berwarna putih, dan Arum yang memakai lingeri berwarna merah muda.Mereka bertiga yang cantik sedang bersandar di pelukan Tirta. Mereka terus menggunakan tubuh yang hangat dan ... untuk merang
Melihat Melati dan lainnya sama-sama masuk ke kamar Tirta, Ayu bertanya kepada Elisa yang berdiri di samping, "Dik ... apa kamu nggak keberatan melihat Tirta punya banyak kekasih?"Elisa menyahut, "Kak, tentu saja aku nggak keberatan. Dia memang pria berengsek! Waktu pertama kali melihatnya, aku sudah tahu sifatnya. Lagi pula, aku yang memberikan ide ini. Aku cuma berharap cara ini bisa membuat Tirta bangkit secepatnya."Elisa berpikiran terbuka. Selain itu, Tirta tidak menutupi dari Elisa tentang dirinya yang mempunyai banyak kekasih. Tentu saja Elisa bisa menerima.Mendengar ucapan Elisa, Ayu juga merasa tenang. Dia mengomentari, "Baguslah kalau kamu nggak keberatan. Aku khawatir kamu akan membenci Tirta yang punya banyak kekasih. Dik, setelah mereka selesai melakukannya dengan Tirta, kita berdua baru tidur dengan Tirta ...."Selesai bicara, Ayu hendak mengunci pintu kamar dari luar. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari tangga. Pada saat bersamaan, Susanti dan Agatha sama-sam
Aiko juga ingin melihat Naura disiksa oleh Tirta hingga tidak bisa turun dari tempat tidur. Jadi, Aiko menghentikan langkahnya. Dia berdiskusi dengan Susanti, "Bu Susanti, benaran? Aku ... ikuti saranmu saja."Aiko melanjutkan, "Tapi, aku malu karena terlalu ramai. Apa aku boleh minta giliran terakhir tidur dengan Tirta?"Susanti pasti tidak keberatan. Dia menimpali, "Tentu saja boleh. Kami sangat menghargai Bu Aiko yang mau merangsang Tirta bersama kami. Siapa yang duluan atau terakhir nggak penting."Kemudian, Susanti membawa Aiko kembali ke kamar untuk mengganti pakaian. Naura mempunyai firasat buruk saat melihat Aiko dan Susanti berbincang berduaan. Namun, dia merasa Susanti dan Aiko tidak akan mencelakainya.Naura memikirkan nanti dia bisa tidur dengan Tirta dan merasakan kenikmatannya. Dia mengganti celana dalam yang lebih terbuka supaya lebih leluasa, begitu pula dengan branya ....Melihat tindakan Naura, Susanti, Agatha, dan Irene juga tidak mau kalah. Mereka mengganti lingeri
Irene dan Agatha sudah menduga Naura dan Aiko akan bergabung dengan mereka. Jadi, Irene dan Agatha tidak terkejut saat melihat Naura dan Aiko mengikuti mereka mengganti lingeri. Sebaliknya, mereka membantu Naura dan Aiko untuk mencari model lingeri yang cocok.Susanti yang penasaran bertanya, "Bu Naura, Bu Aiko, jangan-jangan ... kalian sudah ditiduri Tirta sebelumnya?"Aiko tidak terlalu mengenal Susanti, jadi dia merasa malu untuk bicara setelah mendengar pertanyaan Susanti. Akhirnya, Naura mengambil lingeri renda yang diberikan Agatha sambil menyahut dengan tenang, "Ha? Aku ... belum. Tapi, Kak Aiko sudah ditiduri Tirta.""Kapan Bu Aiko .... Sudahlah. Berdasarkan kemampuan Tirta, hal ini sama sekali nggak aneh," timpal Susanti.Susanti terkejut sejenak, lalu menerima kenyataannya. Kemudian, dia yang makin penasaran bertanya, "Tapi ... Bu Naura, kalau kamu belum ditiduri Tirta, kenapa kamu mau ikut kami tidur dengan Tirta? Kamu nggak takut sakit?"Agatha yang sudah selesai memilih he
Awalnya, Ayu mengira setidaknya Tirta akan sedikit bersemangat setelah melihat banyak wanita yang familier. Memang tidak mungkin Tirta bisa langsung bangkit. Namun, sekarang Tirta tetap terlihat tidak fokus.Tirta berucap dengan lesu, "Bi, aku lelah sekali. Kamu bawa aku istirahat di kamar saja."Bahkan, Tirta malas menyapa Melati dan lainnya. Melihat kondisi Tirta, Ayu merasa cemas lagi. Dia segera bertanya kepada Elisa, "Dik, menurutmu ... apa cara kita nggak berguna?""Belum bisa dipastikan. Aku merasa seharusnya kondisi sekarang nggak menarik, jadi nggak bisa merangsang Tirta," timpal Elisa.Elisa berpikir sejenak, lalu menemukan cara lain untuk merangsang Tirta. Dia melanjutkan, "Oh iya, bukannya Tirta suka lingeri? Nanti suruh Bu Susanti dan lainnya pakai lingeri untuk merangsang Tirta. Mungkin kondisi Tirta bisa membaik."Begitu Elisa melontarkan ucapannya, Melati segera berteriak sebelum Susanti menyetujuinya, "Eh ... itu ... kami sudah pakai lingeri. Langsung bawa Tirta ke kam
Begitu mendengar kata-kata Agus, amarah Betari malah makin memuncak. Dia langsung mengambil gelas arak di depannya dan menyiramkan sisa minuman di dalam ke wajah Agus.Kemudian, Betari memaki dengan penuh amarah, "Dasar kamu orang tua gila! Kamu pikir itu masih pantas disebut omongan manusia?""Mana ada orang tua yang akan dengan sadar mendorong anaknya masuk ke lubang api begitu? Aku rasa, kamu pasti sudah kemaruk uang sampai hilang akal ya?" tanya Betari."Pokoknya nggak bisa. Aku nggak akan pernah biarkan anakku terlibat dalam urusan seperti itu. Biarpun si Tirta mati hari ini, aku juga nggak akan izinkan Nabila pergi melihatnya walau cuma sebentar!" tegas Betari.Melihat kedua orang tuanya nyaris akan bertengkar lagi, Nabila buru-buru menyeka air mata. Dia berdiri, lalu berbicara dengan suara serak yang diselingi isak tangis, "Bu ... Ayah ... kalian jangan bertengkar lagi ya?"Nabila bertanya, "Gimana kalau kalian membiarkanku pergi melihat Tirta? Meski nanti kami nggak lagi bersam
Irene berujar, "Aku ... aku juga bisa kok. Meskipun sebenarnya aku nggak pernah terpikir buat benar-benar bersama Tirta. Bagaimanapun, aku dan dia sudah punya ikatan perasaan sejak dulu. Aku juga berharap dia bisa cepat pulih. Hanya saja, orangnya banyak banget. Aku takut ... takut nanti aku ...."Irene melontarkannya dengan wajah memerah. Nada suaranya terdengar agak canggung dan tak terlalu alami.Setelah beberapa hari tak bertemu, hawa dingin yang dulu selalu terasa dari tubuh Irene pun seolah mulai memudar. Kini, dia justru makin memancarkan pesona khas seorang wanita.Kalau saat ini Tirta dalam kondisi sehat, pasti dia bakal langsung memeluk Irene dan mengajaknya untuk bercinta sampai puas.Agatha membalas, "Kak Irene, kita ini sama-sama wanita. Kamu nggak perlu malu. Aku bisa lihat kok, dari kesediaanmu untuk datang ke sini saja sudah jelas. Hatimu memang sungguh-sungguh sayang sama Tirta.""Daripada terus menyimpannya dalam hati, kenapa nggak sekalian jujur saja? Mari kita melay
Bip, bip, bip!Dalam perjalanan pulang, sebuah mobil Mercedes Maybach putih yang sama persis dengan mobil mereka juga melaju kencang di jalan, nyaris seperti terbang!Mobil itu hampir saja menabrak mobil yang sedang dikendarai oleh Naura. Untung saja di detik-detik terakhir, kedua pengemudi serentak menginjak rem sekuat tenaga.Dua mobil itu akhirnya berhenti dalam jarak yang sangat dekat, bahkan tidak sampai 10 sentimeter. Situasinya memang sangat berbahaya, tetapi akhirnya bisa lolos tanpa kecelakaan besar.Naura memaki, "Hei, kamu bisa bawa mobil nggak sih? Kenapa buru-buru banget? Kamu tahu nggak, kamu itu sudah lawan arah barusan!"Naura yang memang sedang terburu-buru ingin mengantar Tirta kembali ke Desa Persik, tidak sempat turun dari mobil.Begitu melongok dari jendela, Naura langsung memarahi pengemudi mobil Maybach dengan nada kesal, lalu bersiap menyalakan mesin dan berbelok untuk melanjutkan perjalanan.Untung saja, Susanti yang duduk di kursi belakang memiliki penglihatan
Saat Farida mengucapkan kata-kata itu, wajahnya terlihat jauh lebih malu dibandingkan Arum. Di antara semua wanita Tirta, usianya memang yang paling tua. Dia bahkan lebih tua satu atau dua tahun daripada Ayu.Akan tetapi, Farida malah tidur bersama Tirta yang masih muda belia karena gagal mengendalikan diri. Saat harus mengakuinya di depan Melati dan Arum, rasa malu di hatinya tentu jauh lebih besar."Eh? Ini .... Kak Farida, kamu juga begitu tergila-gila sama Tirta?" Mendengar cerita Farida barusan, Melati dan Arum benar-benar tak bisa menahan keterkejutan mereka.Bagaimanapun dalam bayangan mereka selama ini, Farida selalu dikenal sebagai wanita yang sangat anggun dan penuh wibawa. Dia juga selalu menjaga sikap.Farida tidak berani menatap mata Melati dan Arum. Tatapannya terus menghindar, lalu akhirnya malah menatap ke arah jendela saat memberi tahu, "Um ... aku dan Tirta sebenarnya sudah janji. Nanti setelah dia pulang, kami akan tidur bareng lagi. Tapi sekarang Tirta lagi kena mas