Share

Bab 189

Author: Hazel
Tentu saja, Ehsan memilih kartu yang telah ditandainya.

"Tirta, bisa menang nggak?" tanya Nabila. Wajah Tirta terlihat tenang, tetapi Nabila dan Arum telah bermandikan keringat dingin.

"Sudah pasti menang! Kartuku ini pasti paling besar," kata Tirta sambil menunjukkan kartunya. Jumlahnya pas 21. Menurut perkataan Ehsan tadi, kartu ini sudah pasti menang.

"Mana mungkin seberuntung itu?" Hati Ehsan tersentak, dia hampir saja terjatuh dari kursinya. Kartu Ehsan hanya berjumlah 18. Dia kalah dari Tirta!

"Ah, kartumu lebih kecil, kamu kalah. Lanjutkan lagi," kata Tirta sambil terkekeh-kekeh. Dia terlihat tidak peduli setelah memenangkan dua miliar.

"Wah, Tirta beruntung sekali! Kalaupun kalah dua babak lagi, berarti cuma kalah dua miliar!" Nabila berteriak kegirangan.

"Ya, keberuntungannya bagus juga!" ujar Arum sambil menghela napas.

"Hehe, kalau babak ini beruntung, belum tentu selanjutnya juga kamu masih bisa beruntung. Kita teruskan permainannya. Orang yang tertawa di paling akhirlah pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
hans
***** semakin seru ini ceritanya isi / babnya jg semakin minim lanjut
goodnovel comment avatar
Eko Cahyono
busa gk babnya di panjangin
goodnovel comment avatar
AgeRoman
Please share more points Boss
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1677

    Devika memang membenci Tirta. Dia merasa tidak nyaman berbicara dengannya. Sekarang Devika tentu ingin membunuh Tirta setelah tahu Tirta melakukan hal seperti itu kepadanya.Melihat Devika hendak membuat perhitungan dengan Tirta, Marila yang panik segera mengejar Devika dan menghentikannya dengan ekspresi memelas, "Devika, jangan pergi! Aku mohon dengarkan penjelasanku! Pak Tirta nggak sengaja melakukan hal itu padamu. Dia mabuk makanya menganggapmu sebagai aku."Marila bertanya, "Apa kamu bisa menganggap hal ini nggak pernah terjadi?"Marila tahu keseriusan masalah ini. Begitu Gaurav tahu, dia pasti tidak akan mengampuni Tirta kalaupun Tirta adalah anak kandung Saba.Devika mendorong Marila dan menyahut dengan datar, "Marila, orientasi seksualku memang nggak normal, tapi aku ini wanita yang suci. Sekarang ... pria nggak berperikemanusiaan itu malah menodaiku! Mana mungkin aku bisa menganggap hal ini nggak pernah terjadi?"Devika menambahkan, "Marila, minggir! Masalah ini nggak ada hub

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1676

    Gaurav tetap berbicara sambil tersenyum tipis, "Nggak ada hadiah apa pun. Sebagai orang Negara Darsia, sudah seharusnya kamu berbuat begitu. Oh, aku hampir lupa. Kalau kamu menginginkan hadiah, kamu bisa menjadi pengawal pribadiku."Gaurav bertanya, "Menurutmu, bagaimana dengan hadiah ini?"Meskipun tahu Tirta tidak mungkin menyetujuinya, Gaurav tetap ingin mempersulit Tirta begitu teringat dengan kerugiannya yang disebabkan Tirta.Tirta tertawa sinis dan menyahut, "Biasa saja."Tirta tidak akan terima dirugikan. Dia membatin, 'Bajingan tua! Lihat saja nanti! Malam ini aku akan mengambil semua obat spiritualmu yang tersisa!'Melihat situasinya makin tidak beres, Bella segera mengalihkan topik pembicaraan, "Tirta, bukannya kamu datang untuk memperpanjang usia Kak Yahsva? Jangan habiskan waktu lagi, cepat mulai."Yahsva menimpali, "Iya, Tirta. Aku sudah nggak sabar menunggumu."Tirta juga tidak ingin lanjut meladeni Gaurav. Dia membalas, "Oke, Kak Yahsva. Kita mulai sekarang."Tirta lang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1675

    Tirta tidak tahu Devika mencari Marila untuk menanyakan kejadian semalam. Kalaupun sekarang Tirta tahu, dia juga tidak bisa menghalangi Devika.Setelah Tirta menggendong Bella masuk ke vila, ada orang yang menyambutnya dan membawanya ke halaman belakang vila. Tirta melihat Saba dan Yahsva di gazebo. Mereka berdua sering bermain catur di tempat ini.Tirta menyapa, "Kak Saba, Kak Yahsva, selamat pagi."Saba dan Yahsva tersenyum. Saba membalas, "Tirta, Bella, kalian datang pagi sekali. Kenapa nggak tidur lebih lama?"Tirta menimpali sembari tersenyum, "Kami sudah tidur cukup lama. Jadi, kami datang lebih awal biar bisa menyelesaikan masalah Kak Yahsva secepatnya."Melihat Gaurav yang duduk di tengah, Tirta bertanya dengan ekspresi terkejut, "Eh ... Pak Gaurav, kamu juga di sini?"Amarah Gaurav tadi pagi sudah reda, sepertinya suasana hatinya cukup bagus. Dia tersenyum dan menanggapi, "Kenapa? Nak, apa maksudmu aku nggak boleh datang?"Tirta merasa Gaurav berniat jahat. Dia yang mulai wasw

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1674

    Devika tidak tahu tujuan Tirta mencegah Bella bicara. Dia berbicara kepada Tirta dengan ekspresi marah.Tirta sama sekali tidak memedulikan Devika. Dia mencium Bella selama 8 menit lagi sampai-sampai Bella tidak bisa memberontak. Tirta baru mengakhiri ciumannya.Sekarang Bella sudah kehabisan tenaga untuk bicara. Bibir dan lidahnya yang lembut diisap oleh Tirta sampai bengkak.Tirta baru merasa tenang. Dia menjilat bibirnya, lalu berkata kepada Devika, "Aku mendengarnya. Tapi, maaf. Bu, aku nggak bisa memenuhi semua persyaratan yang kamu ajukan tadi."Tirta melanjutkan, "Alasannya karena pertama, aku nggak pernah berpikiran untuk menaikkan status dengan mengandalkan Bu Marila. Kedua, aku juga nggak pernah menipu Kak Saba. Sesimpel itu. Kalau nggak ada urusan lain lagi, aku mau masuk ke vila untuk memperpanjang usia Kak Yahsva."Selesai bicara, Tirta langsung menggendong Bella yang napasnya tersengal-sengal. Dia berjalan ke dalam vila.Namun, Tirta terlalu meremehkan rasa penasaran Bell

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1673

    Namun, Tirta berpikir itu tidak mungkin. Bagaimanapun, Teknik Akupunktur Menghapus Ingatan yang dikuasainya tidak pernah bermasalah.Saat Tirta sedang merenung, Devika yang sudah hilang ingatan mengamati Tirta dengan saksama. Dia bertanya, "Kamu Tirta?"Sementara itu, Marila belum bangun karena semalam dia terlalu lelah. Marila belum pulih, jadi dia tertidur lagi. Devika ingin menggertak Tirta. Tentu saja dia tidak membangunkan Marila."Benar, aku memang Tirta. Kamu siapa?" sahut Tirta. Melihat respons Devika, dia langsung yakin Devika belum mengingat kejadian semalam.Jika Devika tidak mengingat Tirta, Tirta tentu harus berpura-pura tidak mengenal Devika. Jika tidak, Devika pasti curiga.Namun, Tirta tiba-tiba memelotot saking kagetnya. Hal ini karena dia bisa merasakan esens yang ditinggalkannya di dalam mulut dan tubuh Devika.'Sialan! Semalam aku cuma menggesek kemaluanku dan nggak memberinya esensku! Dari mana dia mendapatkannya? Apa dia mencium Bu Marila setelah aku pergi!' batin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1672

    Semalam Gaurav berpikir kelak dia harus menahan emosinya setiap bertemu Tirta. Dia juga akan menyuruh Devika untuk bersikap sungkan pada Tirta. Namun, Gaurav tidak tahan melihat tindakan Tirta yang keterlaluan.Siapa yang berani makan buah obat spiritual Gaurav di depannya secara langsung? Akan tetapi, Tirta berani melakukannya!Untung saja, Gaurav tidak tahu semalam Tirta hampir menguasai putri kesayangannya dan menjadi menantunya. Kalau tidak, Gaurav pasti akan kesal setengah mati.Tirta menelan buah obat spiritual. Dia yang tidak tahu malu tersenyum dan berujar, "Benar juga. Pak Gaurav, aku masih ada urusan. Nanti kita baru berbincang lagi kalau ada kesempatan. Aku pergi dulu, sampai jumpa!"Selesai bicara, Tirta tidak memberi Gaurav kesempatan untuk bicara lagi. Dia mengerahkan Teknik Pengendali Angin dan langsung kabur."Anak sialan, lihat saja nanti! Jangan kira aku nggak punya cara untuk memberimu pelajaran!" ucap Gaurav dengan geram.Gaurav sakit hati melihat obat spiritual yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status