MasukMendengar perkataan Tirta, Lilian mengatupkan bibirnya dan membalas, "Benar juga. Kalau begitu, aku nggak tanya lagi."Dilihat dari sikap Lilian, dia pasti sangat penasaran. Tiba-tiba, Tirta bertanya, "Kamu liburan berapa lama di Negara Yumai?"Lilian bingung mendengar pertanyaan Tirta, tetapi dia tetap menjawab dengan jujur, "Mungkin sekitar empat hari. Kalau perjalanannya menyenangkan, mungkin sekitar satu minggu. Tapi, aku nggak terlalu suka dengan Negara Yumai. Seharusnya aku akan pulang setelah liburan empat hari."Tirta tersenyum misterius dan menanggapi, "Waktu empat hari juga sudah cukup. Mengenai pertanyaanmu tadi, seharusnya akan ada jawaban yang sempurna setelah empat hari."Lilian merenung sambil mengangguk dan menyahut, "Oke. Oh iya. Tadi pembicaraan kita dipotong perampok. Aku baru ingat ... Jawara, tadi kamu bilang aku akan mendapatkan sekelompok anjing hitam kecil setengah tahun lagi. Apa maksudnya?"Tirta berdecak dan berkata, "Maksudnya sudah jelas.""Maksudnya sudah
Lilian menyahut tanpa ragu, "Iya, Pak Jawara sangat terampil makanya kalian nggak bisa tahu ini barang palsu. Kalaupun ayahku yang melihatnya, seharusnya dia juga nggak bisa bedakan."Hasta dan pria paruh baya menunjukkan ekspresi iri. Mereka merasa Lilian benar-benar tidak tahu dia sangat beruntung.Hasta tertawa, lalu menanggapi, "Kalau begitu, kita nggak mau bicara panjang lebar lagi. Simpan saja kalau kamu suka.""Tenang saja, aku nggak akan membuangnya," balas Lilian seraya tersenyum.Brianna yang merasa tidak puas berbicara dengan bangga, "Kalian sudah dengar, 'kan? Lilian bilang kedua barang ini palsu. Tadi kalian malah bilang itu barang berharga. Sebenarnya siapa yang buta?"Mendengar ucapan Brianna, Hasta dan pria paruh baya hanya tertawa sembari menggeleng. Hasta mengomentari, "Cepat atau lambat kamu akan tahu nilai sebenarnya dari kedua barang ini. Kuharap nantinya kamu tetap bisa bersikap seperti sekarang ini."Brianna mencebik dan menimpali, "Cih, kalian bicara seolah-olah
"Ahli sudah meneliti sejak lama sebagian besar kandungan di dalam batu giok itu tremolit. Batu giok cuma kelihatan indah, tapi sebenarnya nggak ada kegunaan apa pun. Apalagi membuat hati orang terasa nyaman atau mengurangi perasaan gusar seperti yang kamu bilang," lanjut Kinsella.Kinsella meneruskan, "Kalau orang tuamu tahu kamu begitu percaya takhayul, mereka pasti mengkritikku nggak mengajarimu dengan baik. Aku rasa sebaiknya kamu kembalikan kedua barang ini. Kalau nggak, kamu buang ke tong sampah saja setelah turun dari pesawat. Takutnya kamu ditertawakan kalau ada yang lihat."Mendengar Brianna dan Kinsella memandang rendah kedua barang ini, sekarang Lilian merasa pemikiran mereka berbeda jauh. Perbedaan ini membuat Lilian merasa sangat tertekan. Dia tidak merasa santai seperti saat berada di samping Tirta.Lilian mendesah dan tidak berniat mengatakan apa pun lagi. Saat hendak menyimpan kedua barang itu dan kembali ke samping Tirta, tiba-tiba Hasta yang khawatir dan juga iri berbi
Lilian merasa lucu melihat Brianna terkejut dan juga malu. Dia berkata, "Sudah kubilang dia itu dokter. Tentu saja dia mendiagnosisnya dari wajahmu."Brianna tetap tidak percaya. Dia yang kepikiran suatu kemungkinan menimpali, "Itu ... juga nggak mungkin! Jarakku dengannya cukup jauh. Lilian, jawab aku dengan jujur ... apa kamu bilang begini karena ingin membela pria berengsek itu? Sebenarnya kamu yang memberitahunya, 'kan?"Brianna menambahkan, "Jelas-jelas aku menutupi hal ini rapat-rapat. Cuma kita berdua yang tahu."Lilian sengaja menunjukkan ekspresi muram, lalu mencubit Brianna dan menanggapi, "Brianna, mana mungkin aku memberi tahu hal ini pada orang lain? Masa aku begitu bodoh? Apa mungkin aku juga memberitahunya penyakit ambeien yang kuderita?"Brianna menyahut, "Benar juga. Kalau dia bisa tahu hal ini, itu berarti kemampuan medisnya memang hebat. Tapi, kalau kamu bilang tadi dia yang menghabisi para perampok itu, aku tetap nggak percaya."Saat bicara, Brianna memandang ke ara
Tirta tersenyum dan menambahkan, "Tapi, aku baru bisa buat salepnya setelah turun dari pesawat terbang. Aku harus cari bahan obat-obatannya dulu."Lilian hendak meminta bantuan Tirta untuk membuat salep dan dia akan membayarnya. Tiba-tiba, Brianna menghampiri mereka dengan ekspresi galak dan berkata, "Lilian, cepat ikut aku kembali ke kursimu. Pria berengsek ini begitu genit. Dia pasti berniat jahat."Brianna melihat Tirta mendekati Lilian dan berbisik di telinganya. Setelah itu, wajah Lilian langsung memerah. Bahkan Lilian juga berseru. Brianna mengira Tirta menggoda Lilian, jadi dia segera menghampiri mereka.Lilian berbicara terbata-bata, "Bukan seperti yang kamu pikirkan. Brianna, Pak Jawara tahu penyakitku. Dia mau bantu aku ...."Melihat sikap Lilian, Brianna menegaskan, "Ha? Dia bisa mengobati penyakit orang? Orang ini cuma pria berengsek yang pengecut. Dia pasti memperdayamu. Sia-sia saja kalau kamu terus menghabiskan waktu bersamanya, cepat ikut aku kembali!"Brianna langsung
Hasta membalas, "Aku ... maaf, aku yang pikun. Aku salah kenali orang. Nak, jangan perhitungan denganku."Hasta langsung meminta maaf agar bisa menyelesaikan masalah ini secepatnya. Namun, Tirta sudah memperhatikan Hasta dan rombongannya. Dia langsung bisa menebaknya. Rombongan ini pasti merupakan anggota Badan Perlindungan Negara.'Sepertinya Kak Saba tetap nggak tenang membiarkanku pergi ke Negara Yumai sendirian,' batin Tirta. Hal ini karena dia menemukan dua tetua Sekte Mujarab di antara rombongan itu.Walaupun mereka sudah menyamar, Tirta tetap bisa melihat jelas dengan kesadaran spiritualnya. Hanya saja, Tirta tetap mengalihkan pandangannya dan berpura-pura tidak melihatnya.Akan tetapi, Tirta harus memikirkan cara untuk menghindari mereka setelah turun dari pesawat terbang. Takutnya mereka terluka karena Tirta.Melihat Hasta sudah mengakui kesalahannya, Brianna mendengus dan menanggapi, "Asalkan kamu nggak mengungkit pria berengsek itu lagi, aku nggak akan membuat perhitungan de