/ Romansa / Dokter Cinta Pemikat Hati / Chapt 6: Double Trouble

공유

Chapt 6: Double Trouble

작가: Kennie Re
last update 최신 업데이트: 2022-12-24 01:35:03

Mendengar suara bariton berat yang dulu sempat sangat menghibur pendengarannya, Zanara mematung. Berharap bahwa apa yang terjadi saat ini hanyalah mimpi, ia ingin agar bisa terbangun segera jika memang pria yang berdiri di balik punggungnya adalah benar pria itu.

Tubuhnya bergetar hebat, tak ingin sampai bertemu mata dengan pria itu. Bukan takut hatinya akan lemah, melainkan tak ingin. Ia benci jika harus menatap pria itu lagi. Ia tak ingin bayang-bayang perselingkuhan Mark kembali bermain nakal di rongga kepalanya.

Namun, sial!

Ia bahkan tak mampu menggerakkan kedua kakinya untuk melarikan diri dari tempat itu. Jayme. Di mana pria itu? Apakah ia sudah pergi? Ataukah masih berdiri di tempat yang sama dan menanti kelanjutan cerita yang tengah dimainkan di depan matanya?

Setelah bersusah payah menelan jantungnya yang nyaris mencelus, Zanara pada akhirnya memutar tubuh. Sorot mata yang semula penuh kepanikan, kini berubah tegar seketika, seiring bertemunya dua manik dari kejauhan.

Benar, Mark yang sejak tadi berdiri di balik punggungnya. Memandang sosok yang perlahan memangkas jarak antara mereka, Zanara nyaris berada persis di hadapan Mark. Namun, dengan cepat Jayme menjadi penghalang antara keduanya.

Seolah bisa membaca keengganan di wajah Zanara akan kehadiran pria itu, Jayme sadar bahwa pria yang kini ada di hadapannya adalah pria yang telah menghancurkan hati wanita baik hati seperti Zanara, dan menjadikannya wanita yang dingin dan selalu menarik diri dari cinta dan perhatian yang ia berikan.

Tatapan Jayme jelas ditujukan untuk Mark. Dan pria itu tampaknya tak terima ada orang lain berada di sisi mantan istrinya.

Tidak. Mereka bahkan belum sama sekali menanda tangani apa pun mengenai perceraian. Mereka masih bisa kembali, andai Zanara mau memberi kesempatan kedua untuk Mark. Bagaimana pun, putri mereka membutuhkan sosok ayah.

"Apa tujuanmu datang kemari?" tanya Jayme, terdengar tenang. Namun, dalam hatinya sudah layaknya langit yang mendung dan penuh gemuruh yang bisa menggelegar kapan pun ia mau.

Akan tetapi, untuk saat ini, ia ingin berusaha untuk tenang, seperti apa yang dilakukan Zanara. Tenang, meski Jayme dapat melihat gejolak tak tertahan di hati wanita itu.

"Ini bukan urusanmu. Aku ingin bertemu dengan istri dan anakku. Kau minggirlah."

Mendengar jawaban Mark, Jayme terenyak sesaat dan nyaris tak berkutik. Namun, ia pria cerdas. Ia tahu bagaimana memainkan kartunya dengan baik.

"Tak bisakah kau lihat kalau dia tak ingin bertemu denganmu?"

Mark tampak tak suka dengan kehadiran Jayme. "Biar ia sendiri yang mengatakannya secara langsung."

Kalimat itu terdengar seperti sebuah tantangan. Seolah Jayme salah jika mengatakan bahwa Zanara tak ingin bertemu Mark.

Namun, Zanara tanpa mengangkat wajahnya, atau berusaha menatap wajah mantan suaminya, segera mengambil alih pembicaraan.

"Pria ini benar. Aku tak ingin bertemu denganmu. Sekarang pergilah!" Zanara memutar tubuhnya, dan nyaris melangkah pergi, tetapi sekali lagi urung ia lakukan.

"Aku sungguh ingin bicara denganmu, Zee. Kumohon."

Zanara mematung di tempatnya. Apakah pria itu tak dengar apa yang ia katakan? Bagaimana cara yang tepat untuk mengusirnya?

"Aku lelah, tak ingin bicara dengan siapa pun."

Mendengar kalimat yang terdengar tegas, Mark tak mampu memaksa, ia tahu bagaimana karakter wanita yang sangat dicintainya itu. Ia hanya mendesah pasrah, kemudian memandang ke arah Zanara yang masih tertutup oleh tubuh tegap Jayme.

"Baik. Aku tak ingin kau kelelahan dan sakit. Sebaiknya kau istirahat. Tapi besok aku akan datang lagi. Aku merindukan kalian, dan aku tidak akan menyerah mengejar dan meminta kalian kembali."

Zanara mendengkus, kemudian mengayun langkah meninggalkan Mark dan Jayme.

Ia tak peduli, entah Jayme maupun Mark, tak ada satu pun dari mereka yang bisa menggoyahkannya. Tak ada cinta yang sungguh di dunia ini. Mereka—para pria—pada akhirnya akan memberi luka saja.

Ia tak ingin hatinya kembali rapuh, karena ada Marion yang harus ia jaga dan nantinya akan ia ajarkan menjadi kuat sepertinya agar tak mudah tergoda oleh pria mana pun.

Zanara tiba di apartemennya. Mengunci pintu dengan tergesa dan bersandar pada pintu yang tertutup.

"Mama? Kenapa mama terlihat ketakutan? Apakah papa marah-marah?" tanya Marion dengan polosnya. Zanara tertegun sesaat ketika Marion muncul dan melontarkan pertanyaan yang ia tak tahu harus menanggapi dengan jawaban apa.

Zanara berjongkok demi menyejajarkan tubuhnya dan Marion. Ia menatap dalam manik hazel gadis kecil di hadapannya. Wanita itu meraih kedua tangan putrinya, mengecupnya dengan penih cinta.

"Paman Jayme tidak marah-marah, sayang. Mama juga tidak sedang ketakutan. Mama hanya ... hmm ... apa, ya, namanya?" Zanara tampak berpikir. Mencari kalimat yang mudah dipahami oleh anak sekecil Marion. "Tergesa. Ya. Mama hanya tergesa, itu yang membuat Mama sekarang kehabisan napas. Bolehkah aku masuk sekarang, detektif?"

Marion membulatkan maniknya kala mendengar Zanara memanggilnya dengan sebutan 'detektif' karena barusan ia bertingkah seperti seorang detektif yang menginvestigasi raut wajah ibunya.

Gadis itu tertawa."Maksud Mama aku seperti detektif? Aku jadi dapat ide untuk bermain detektif-detektifan bersama Melika." Ia kemudian mengecup pipi Zanara dan berlalu meninggalkan wanita yang kini mendesah lega karena bisa menghindar dari pertanyaan kritis putrinya.

Zanara melangkah gontai dan masuk ke kamarnya, menghempaskan tubuh di atas ranjangnya. Bolehkah jika ia beristirahat sebentar saja?

Berurusan dengan satu pria saja sudah menguras energinya, ini justru ia dihadapkan pada dua pria, dan satunya datang dari masa lalu yang sungguh sangat ingin ia hindari.

Terlebih setelah sekian lama berhasil lari darinya, kini harus bertemu lagi dengannya seperti sebuah mimpi buruk.

"Kenapa kau harus kembali, Mark? Tidak cukupkah wanita itu, dan juga anakmu darinya?" Zanara bermonolog, geram akan apa yang dilakukan pria dari masa lalunya itu.

Setiap kali mendengar nama Mark, segala kenangan buruk selalu datang berkelebatan di rongga kepalanya, tanpa kendali. Dan Zanara sungguh tidak menyukai kenangan itu. Dadanya sakit tiap teringat akan hal itu.

Namun, kehidupan memang seringkali menguji kesabarannya. Tak cukup dengan apa yang baru saja ia alami, ponselnya berdering nyaring dan membuat Zanara malas ketika tahu siapa yang menghubunginya.

Sekali berdering, ia hiraukan. Hingga sebuah pesan teks masuk di nomornya.

[Tolong terima panggilanku.]

Dari sebuah nomor terblokir yang baru beberapa jam lalu ia buka blokirnya. Siapa lagi kalau bukan pria kesayangan Marion. Jayme.

Zanara tak ingin terpengaruh dengan pesan, maupun panggilan dari pria itu. Namun, ia terganggu juga ketika satu pesan lain masuk lagi.

[Please.]

Lalu disusul dering yang kali ini tidak ia abaikan. Zanara menerima panggilan itu, tetapi tak ingin mengucap apa pun. Ia biarkan Jayme yang memimpin percakapan. Ia sedang malas berurusan dengan pria-pria itu karena baginya, baik Jayme maupun Mark sudah memberi banyak masalah di kehidupannya.

"Zee ... aku sedang di depan apartemenmu sekarang. Aku ingin bicara."

Zanara enggan, tetapi tak bisa mencegah atau pun menolak kedatangan Jayme. Maka dengan hati-hati ia membuka pintu, tak ingin Marion menyadari kehadiran pria favoritnya yang mungkin akan membuat urusan menjadi lebih rumit dan memakan waktu lama.

Jayme telah berdiri di depan pintu, dengan ponsel masih menempel pada telinga kirinya. Menatap manik hazel milik wanita cantik di hadapannya, yang tengah menanti hal apa lagi yang ingin dibicarakan pria itu.

"Bolehkah aku masuk?"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 133: Happy Ending (2)

    Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 132: Happy Ending

    Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 131: Kenneth or Brandon? (2)

    Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 130: Kenneth or Brandon?

    Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 129: Tertangkap!

    “Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 128: Pria di Balik Tudung

    Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status