Share

Bab 2– Pilihan Sulit

'Sial, aku akan kesana! pastikan Rayna jangan sampai melihatku!!'

Deris mematikan panggilan teleponnya begitu saja. Setelah itu Axel kembali masuk ke dalam. Dia meraih tangan Rayna membawanya menuju ke gudang tempat kuda peternakan berada. "Kau gila!! aku tidak mau disini! kau samakan aku dengan kuda-kuda itu heh?! sungguh tidak berperasaan" caci Rayna pada Axel.

Axel tidak bergeming, dia melempar tubuh Rayna masuk kemudian menutup pintu besinya dan menguncinya disana. "Tidurlah dengan nyenyak, sebentar lagi makanan akan datang! nikmatilah hidupmu disini dokter!!" kata Axel dengan nada mengejek.

"Dasar pria jahat! tidak berperasaan, biarkan aku keluar sekarang, kembalikan ponselku!!" teriak Rayna sembari menendang tumpukan yang berada dibawah kakinya dengan kesal.

Sementara itu, di luar Deris tengah sampai di peternakan. Begitu mobil berhenti dia segera keluar, dan bergegas masuk ke dalam. Dia ingin memastikan sendiri kondisi Teddy, dan juga memaksanya untuk membuka mulutnya dimana bukti-bukti seluruh kejahatannya itu.

"Dimana dokter itu?" tanya Deris begitu bertemu dengan Axel.

"Ada di gudang, dia aman kau tenang saja paman" jawab Axel dengan expresi datar.

Deris berjalan masuk ke rumah, tempat dimana Teddy berbaring. Tatapannya tajam menatap Teddy, yang terbaring lemah. "Kau benar-benar tidak tahu malu! Aku sudah memberikan kemewahan dan segalanya untukmu! Tapi ini balasanmu padaku hah?!" bentak Deris dengan menahan amarah.

Teddy menatap Deris dengan sayu, tetapi wajahnya tampak angkuh tidak peduli. "kau pengkhianat Teddy!!" geramnya sembari menodongkan pistol kearah Teddy.

Sementara itu di gudang, Rayna tidak habis akal. Dia tidak akan menyerah begitu saja dengan berdiam diri. "Dasar pria sadis, lihat saja apa yang bisa kulakukan nanti. Aku akan meminta kakakku untuk tidak melepaskanmu!! brengsek!!" ocehnya sembari menyapu pandangan matanya mencari celah agar dia bisa kabur.

Rayna menatap keatas, ada sebuah lubang yang bisa dijadikan jalan untuk dia bisa kabur melarikan diri. Rayna tersenyum senang. Dia mencari pinjakan agar dia bisa naik keatas dan keluar dari tempat ini segera mungkin. Dengan hati-hati dia melangkah naik, hingga akhirnya dia berhasil keluar dari penjara itu tanpa ada kesulitan.

Rayna berdiri sembari menepuk-nepuk telapak tangannya membersihkannya dari tanah yang menempel. Dia menghela nafas lega, lalu segera berjalan dengan mengendap-endap mencari jalan keluar.

Ketika tiba di sebuah rumah, Rayna mengintip. Dia bersembunyi terlebih dulu karena disana tampak banyak orang yang berjaga. Rayna berjongkok sembari menutup mulutnya dengan telapak tangannya agar tidak mengeluarkan suara. Sesekali dia berdiri mengintip untuk memastikan. 

Rayna terkejut, melihat seseorang yang dia kenal sedang menodongkan pistol kearah Teddy. "Astaga! Tuan Deris" ujarnya lirih tidak percaya. 

dorr....dor...dorrr

Suara tembakan terdengar, membuat Rayna terlonjak kaget bercampur ketakutan hingga menimbulkan bunyi membuat Deris menatap ke arah sumber suara. Deris terkejut mendapati Rayna mengetahuinya menembak Teddy. Dia segera menyuruh Axel untuk menangkap Rayna dan memerintahkannya untuk membunuhnya.

"Bunuh dia, Axel" perintah Deris dengan tatapan dingin. mendengar itu, Rayna segera berlari berusaha untuk kabur dari tempat itu. Namun, sayangnya rasa takut yang membuat tubuhnya bergetar membuat tubuhnya seakan kaku untuk bergerak. Air matanya menetes, Axel berhasil menangkapnya.

Axel menyeret lengan Rayna, membawa gadis itu melangkah keluar peternakan masuk ke dalam Hutan. Dengan kasar Axel melepaskan Rayna melemparkan tubuh Rayna hingga Rayna sedikit menjauh darinya. Dengan wajah dingin tatapan tajam, Axel mengarahkan pistol ke kepala Rayna.

Rayna mengatupkan kedua tangannya sembari menangis dengan tubuh bergetar ketakutan. "Tolong jangan bunuh aku, please!! kumohon lepaskan aku!!" pintanya dengan suara tercekat.

"Kau bodoh dokter, aku sudah memintamu untuk diam. kenapa kau masih saja tidak mendengarku!! itu salahmu sendiri" kata Axel dengan menatap tajam Rayna.

"Maafkan aku, tolong biarkan aku pergi. Aku tidak akan mengatakan masalah ini pada siapapun. Aku janji, aku akan mengunci mulutku" kata Rayna masih terus memohon.

"Aku tidak peduli" jawab Axel dingin.

"Kau tahu, kakakku seorang polisi jika kau membunuhku kau akan dalam masalah besar. Dia aka mencariku begitu aku tidak ada dirumah, ayolah tuan biarkan aku pergi" ujar Rayna.

"Aku tidak takut" jawab Axel singkat. Dia perlahan menurunkan pistolnya, tampak berpikir.

"Apakah kau ingin hidup?" tanya Axel kemudian mengernyitkan dahinya menatap Rayna.

" Ya, ya tentu saja, tolong jangan bunuh aku. Apapun itu asal kau tidak membunuhku akan kulakukan" kata Rayna tidak berpikir panjang. Yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana dia bisa selamat.

"Menikahlah denganku" jawab Axel dengan ringan.

Rayna membeo, dia terkejut mendengarnya. Rayna memegang dahinya sendiri tampak frustasi.

"Apa kau gila? kenapa harus menikah?" tanya Rayna.

"Karena hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa menyelamatkanmu. Setelah menikah kau akan menyandang nama belakangku. Dengan begitu tidak akan ada yang bisa menyakitimu bahkan membunuhku. Keluargaku tidak akan menyakiti anggota keluarga lainnya, termasuk pamanku sendiri" jelas Axel dengan tegas, wajahnya masih tampak dingin.

Rayna menggelengkan kepalanya tidak percaya, dia dalam pilihan yang sulit. Namun, sepertinya memang tidak ada cara lain lagi. Dia hanya ingin segera keluar dari tempat ini dan bisa pulang kerumah dan bekerja. Banyak orang yang sedang menunggunya dirumah sakit, mengharapkan pertolongannya.

Rayna memejamkan matanya, mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan lalu berkata, "Baiklah, aku akan menikah denganmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status