Share

Chapter 5

“Jika tidak ada lagi, kamu boleh pergi,” kata Daffin mempersilahkan.

“Dokter Daffin, apa kau mau menikah denganku?” tanya Aleena tiba-tiba, membuat Daffin sedikit membelalakkan matanya.

“Apa?” Daffin sedikit terkejut.

“Oh, maksudku apakah kamu sudah punya pacar?” Aleena mengalihkan pertanyaannya dengan pertanyaan lain.

“Ini adalah privasiku. Aku tak bisa menjawabnya.”

“Artinya tidak punya kan?” Aleena terus mendesak pertanyaan kepada Daffin.

“Aneh sekali. Kamu tampan, baik hati, punya kepribadian yang lembut, dan juga ahli bedah. Harusnya kamu sangat popular,” Aleena terus bicara membuat Daffin merasa risih mendengarnya.

“Jika kamu sudah baikan silahkan keluar, aku harus bekerja. Terimakasih,” Daffin mempersilahkan Aleena pergi.

“Baiklah, aku akan pergi. Terimakasih dokter Daffin sudah mengobatiku,” Aleena bersiap-siap meninggalkan ruangan Daffin, sebelum pergi Aleena mencoba menengok ke arah Daffin dan dengan sengaja menggoda Daffin dengan mengedipkan sebelah matanya.

Daffin yang melihat itu merasa sedikit terkejut dan membelalakkan matanya. Aleena yang melihatnya hanya tersenyum kemudian ia benar-benar keluar dari ruangan Daffin. Sementara itu, Daffin menghembuskan nafas panjangnya, hatinya merasa berantakan setelah Aleena mencoba menggodanya.

“Dimas, bantu aku mengecek informasi seseorang! Sekarang! dan saat ini juga!” ucap Aleena dari balik ponselnya kemudian segera menutupnya.

Aleena terlihat senang sekali bisa bersama dengan Daffin hari ini.

*

Pagi ini Daffin pulang ke kampung halamannya. Di perjalanan pulang, Daffin di sambut banyak orang. Di ujung jalan, Daffin bertemu dengan ibu dan bibinya. Namun ibunya sedang sibuk memberikan informasi kepada warga sekitar membuat Daffin kesulitan untuk menyapa ibunya.

“Bu” sapa Daffin dengan penuh senyuman bahagia.

“Anakku, ayo kita pulang! Kita makan siang bersama,” ajak Santi.

Di rumah, Daffin langsung menuju dapur untuk memasak. Santi terlihat asyik menonton sinetron favoritnya. Dari balik kamar, seorang anak perempuan keluar mengendap-endap menuju dapur. Perempuan itu adalah sepupu Daffin.

Lisa menarik lengan baju Daffin sambil mengerucutkan bibirnya.

“Ada apa Lisa?” tanya Daffin.

“Daffin, aku akan mati,” kata Lisa dengan raut muka yang sedih.

“Hah? Akan mati kenapa?” Daffin merasa bingung dengan perkataan Lisa.

Lisa menceritakan pada Daffin bahwa ia mengambil sedikit property mantan suaminya sebelum bercerai. Dan Lisa melakukan investasi dan ia kehilangan semua uang di dalamnya. Lisa juga berhutang 40 juta dan sekarang pemberi hutang mendesak untuk mengembalikan uangnya.

“Daffin, jangan beritahu ibumu dan ibuku ya. Jika mereka tau, aku pasti mati,” rengek Lisa pada Daffin.

“Oke Lisa, kamu jangan khawatir,” Daffin mencoba menenangkan Lisa.

Sementara di ruang kerjanya, Aleena sedang marah besar.

“Apa? Jadi ada orang yang berhutang 40 juta padamu itu sepupu dokter Daffin?” Aleena menggebrak meja nya dengan emosi.

“Iya kak,” jawab Aldo ketakutan.

“Ayana memberitahuku bahwa ia memiliki seorang sepupu bernama Daffin dan bekerja sebagai dokter bedah di Rumah Sakit Kota. Ayana sangat baik, mungkin dia terpaksa melakukan itu untuk sesuatu yang mendesak,” Aldo mencoba menjelaskan pada Aleena.

“Diam!” Bentak Aleena.

Aleena marah besar pada Aldo, namun dia memiliki ide yang sedikit licik.

“Gimana?” tanya Aleena setelah melihat Aldo bertelpon dengan Ayana.

“Dia bilang kita bisa bertemu besok,” kata Aldo.

“Oke.”

“Kakak, apakah kamu memiliki pesan lainnya?” tanya Aldo dengan sedikit takut.

“Kalau sedang di perusahaan panggil aku presdir, jangan kakak,” perintah Aleena

“Siap kak, akan kulakukan.”

“40 juta apa kamu pikir itu uang sedikit? Apa kamu tau kalau kakakmu ini kerja keras?” amarah Aleena kembali memuncak.

“Kak, aku tau aku salah. Aku akan kembali sekarang juga,” Aldo merasa ketakutan, namun ia menyadari bahwa ini memang salahnya.

“Aku janji akan melakukan yang terbaik dan menebus kesalalahanku kak,” Aldo memohon kepada Aleena.

“Keluar dari ruanganku!” bentak Aleena.

“Tapi kak, bolehkan aku mendapatkan kartu kreditku kembali?” tanya Aldo dengan raut muka sedih.

“Keluar aku bilang!” Aleena menunjuk ke arah pintu.

“Oke kak, aku akan keluar,” kali ini Aldo benar-benar keluar dari ruangan Aleena.

Aleena mendudukkan tubuhnya di kursi kuasanya. Ia mulai membuka map yang berisikan informasi Daffin. Aleena tersenyum bahagia saat membaca semua informasi itu.

Keesokan harinya Daffin datang ke kantor Aleena.

“Aleena, manager umum Mentari Group. Adikku bernama Aldo dan sekaligus kreditur sepupumu, Lisa. Akulah yang menjadi tanggung jawabmu!” Aleena memperkenalkan dirinya kepada Daffin.

“Nona Aleena, aku bersedia atas nama Lisa untuk menanggung semua tunggakan. Tapi karena jumlahnya yang memang relative besar, jadi mungkin butuh waktu beberapa saat untuk melunasi semuanya,” kata Daffin menjelaskan.

“Aku sangat mengerti.”

“Jadi bisakah aku menunda waktu pembayaran?” tanya Daffin dengan ragu-ragu.

“Aku mengundangmu datang ke sini memang untuk masalah ini. Dan aku memiliki rencana yang menguntungkan kita berdua, bagaimana?” tawar Aleena.

Daffin tidak menjawab pertanyaan Aleena, ia hanya mendengarkan alur yang di maksud oleh Aleena.

“Jadi mari kita jadikan 20 juta sebagai dana asosiasi sukarela, tapi kamu harus menikah denganku hanya untuk satu tahun. Dan 20 juta hutang kamu bisa di imbangi dalam setahun. Kamu tidak perlu berterimakasih kepadaku secara resmi,” Aleena menjelaskan maksud dan tujuannya.

“Aku butuh pernikahan untuk menangani keluargaku,” Aleena berdiri dari kursinya, tersenyum licik merasa dirinya menang.

Namun Daffin menolak tawaran Aleena. Dan Aleena dengan kemampuan merayunya, ia pantang menyerah untuk membujuk Daffin.

“Kalau begitu aku pamit dulu, aku akan memikirkan kembali tawaranmu!” ujar Daffin dengan tegas.

“Tunggu! Tunggu!” Aleena mencoba mencegah Daffin untuk pergi.

Namun dari luar ruangan, Rosa berteriak-teriak memanggil Aleena.

“Aleena, kamu harus meminta maaf!” protes Rosa seenaknya sendiri.

“Ini adalah ruang kantor, dan selebriti online tidak di terima disini!” ujar Aleena.

“Aku bukan selebriti online, tapi aku seorang bintang!” Rosa tidak terima dengan ucapan Aleena.

Aleena tersenyum meledek.

“Jangan sombong lagi padaku!” Rosa menuding Aleena.

“Atau aku akan meminta ayahku untuk tidak memilihmu!” ancam Rosa.

“Bodoh amat,” Aleena tidak peduli dengan ucapan Rosa.

Aleena memanggil satpam, namun yang datang malah ayah Rosa. Ia mengajak Rosa untuk keluar dari ruangan Aleena, tapi Rosa masih mengelak untuk pergi. Dengan segala bujuk rayu, ayahnya pun berhasil mengajak Rosa pergi. Daffin yang tidak jadi pergi hanya melihat situasi itu dengan sedikit heran.

Saat akan pergi dari ruangan Aleena, tiba tiba dada ayah Rosa sakit. Dan Daffin langsung membawa ayah Rosa untuk duduk dan memeriksanya.

“Pak, apakah anda merasakan nyeri di dada bagian atas atau ujung bawah?” tanya Daffin.

“Atau anda merasa agak kaku dan menekan?” Daffin melanjutkan pertanyaannya.

“Aku tidak bisa tidur nyenyak,” jawab ayah Rosa.

Aleena mengambil 1 botol air mineral dan kemudian memberikannya kepada ayah Rosa.

“Dokter Daffin, gimana keadaan ayah saya?” tanya Rosa khawatir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status