Dokter Ganteng Itu Suamiku

Dokter Ganteng Itu Suamiku

Oleh:  Echa Chaca Chary  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
16Bab
2.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kisah Seorang CEO wanita yang mendominasi dan seorang dokter yang hangat mengubah hubungan palsu menjadi kenyataan karena suatu alasan. setelah saling menyetujui, mereka memulai kehidupan baru saat mereka saling belajar mencintai. Aleena adalah manager umum Mentari Group, sebuah perusahaan besar kosmetik. Aleena adalah wanita yang memiliki segalanya, berbakat, cantik dan kaya. mendekati usia 30 tahun, Aleena mengalah pada tekanan keluarga dan memutuskan bahwa dia sangat membutuhkan seorang suami yang dengannya ia akan memiliki anak. secara kebetulan, seorang dokter bedah Daffin muncul di hadapannya. Daffin yang tampan dan juga baik hati bisa membuat kandidat suami di mata Aleena. Aleena dan Daffin menikah, Aleena lambat laun menyadari kesalahannya dalam berusaha menjadi lebih baik. namun, mempertahankan pernikahan ternyata tidak semudah kelihatannya cover by pinterest

Lihat lebih banyak
Dokter Ganteng Itu Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
16 Bab
Chapter 1
Di sebuah pesta, dua orang pelayan membicarakan siapa yang akan menikah hari ini.Di ruang yang berbeda, Aleena sedang merias wajahnya. Tidak lama kemudian ia berjalan menghampiri pengantinnya. Setelah bertukar cincin ia menarik pasangannya dan mengumumkan kalau sekarang Daffin adalah miliknya.Flashback  dua minggu sebelum pernikahan.Aleena keluar dari mobilnya lalu berjalan masuk ke perusahaan dan langsung disambut oleh banyak karyawannya. Sambil berjalan, sekretarisnya membacakan jadwal untuk Aleena hari ini.“Presdir Aleena, ini jadwal kerja hari ini," kata Bagas sekretarisnya.Aleena mendengarkan semuanya sambil berjalan.“Pak Hendra bertanya padamu, kapan waktu luangmu agar bisa pergi kencan buta?” tanya sekretaris saat selesai membacakan jadwal kerja Aleena.Aleena langsung menghentikan langkahnya, ia berbalik arah dan menatap Bagas dengan tatapan misterius. Membuat Bagas sedikit takut dengan tatapan bos
Baca selengkapnya
Chapter 2
“Baiklah, kalau saya mengganggu istirahat anda. Saya pamit dulu,” Aleena membalikkan badannya untuk pergi.“Aku tahu, kamu ke sini karena demi voting! Tapi aku tidak bisa memberitahumu sekarang, aku memilih apa!” kata Alya.Aleena kembali berjalan mendekati Alya dan sedikit mengerutkan dahinya, tanpa sedikit bertanya apa maksud dari ucapan Alya.“Presdir Aleena, kosmetik yang akan anda luncurkan adalah produk untuk kalangan muda. Setahuku, dalam hidupmu tak ada yang lain selain pekerjaan,” cetus Alya.“Bagaimana bisa kau membuatku percaya pada orang yang tak punya minat? Bisakah mengelola produk seperti itu?” lanjut Alya dengan tegas.Hati Aleena sebenarnya sudah marah mendengar perkataan Alya yang sedikit menyakitkan. Namun ia menahannya, agar bisa mendapatkan hati dan voting baik dari Alya.“Maaf direktur, bolehkah saya bertanya pada anda?” kata Aleena. “Apa arti hidup bagi
Baca selengkapnya
Chapter 3
Edo bersih keras terus mencoba membuka tirai itu. Namun dengan makin kuat Daffin menahannya, sementara itu Aleena hanya tersenyum melihat adegan itu.“Ya sudah kalau begitu aku keluar dulu,” Edo berpura-pura meninggalkan ruangan, padahal ia hanya mondar-mandir di situTangan Daffin melepaskan tirai yang sedari tadi ia tahan, kemudian dengan usil Edo membuka tirai itu dan betapa terkejutnya ia melihat Daffin yang sedang berduaan dengan Aleena. Ditambah lagi kancing kemeja Daffin yang masih terbuka, membuat Edo menjadi salah sangka. Edo pun berpikiran kotor terhadap Daffin dan AleenaEdo pun menutup tirai itu dengan ekspresi wajah yang bertanya-tanya juga merasa bersalah, namun ia diam tanpa bertanya.“Ups … maafkan aku, aku mengganggumu,” Edo menaruh jadwal kerjanya di meja Daffin kemudian pergi meninggalkan mereka.“Temen kamu sudah pergi tuh,” kata Aleena sambil menahan tawa.Daffin tidak berkata a
Baca selengkapnya
Chapter 4
“Menggendong bayi tidaklah sulit. Aku akan punya anak,” kata Aleena pada diri sendiri.“Bayi laki-laki sepertinya lucu,” sambungnya sambil membayangkan.Keesokan harinya Aleena pergi ke aula untuk latihan wushu. Saat latihan, ia selalu menang. Pada latihannya yang terakhir, tiba tiba Dimas datang menghampiri Aleena.“Presdir, ini daftar kencan buta yang telah ku siapkan,” Dimas menyodorkan tabletnya kepada Aleena.Dimas bertanya apakah orang orang ini masuk kriteria Aleena. Dengan ketus Aleena menjawab bahwa semua orang yang ada di daftar kencan buta itu jelek dan tidak masuk dalam kriterianya.Dimas jadi serba salah di buatnya, ia bingung harus mencarikan calon suami seperti apa untuk bosnya itu.“Lalu seperti apa yang masuk kriteria presdir?” tanya Dimas sambil memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah.“Apa seperti saya kriteria presdir?” lanjutnya.Aleena tidak
Baca selengkapnya
Chapter 5
“Jika tidak ada lagi, kamu boleh pergi,” kata Daffin mempersilahkan.“Dokter Daffin, apa kau mau menikah denganku?” tanya Aleena tiba-tiba, membuat Daffin sedikit membelalakkan matanya.“Apa?” Daffin sedikit terkejut.“Oh, maksudku apakah kamu sudah punya pacar?” Aleena mengalihkan pertanyaannya dengan pertanyaan lain.“Ini adalah privasiku. Aku tak bisa menjawabnya.”“Artinya tidak punya kan?” Aleena terus mendesak pertanyaan kepada Daffin.“Aneh sekali. Kamu tampan, baik hati, punya kepribadian yang lembut, dan juga ahli bedah. Harusnya kamu sangat popular,” Aleena terus bicara membuat Daffin merasa risih mendengarnya.“Jika kamu sudah baikan silahkan keluar, aku harus bekerja. Terimakasih,” Daffin mempersilahkan Aleena pergi.“Baiklah, aku akan pergi. Terimakasih dokter Daffin sudah mengobatiku,” Aleena bersiap-siap me
Baca selengkapnya
Chapter 6
“Kamu sebaiknya membawanya ke rumah sakit secepat mungkin!” perintah Daffin.“Lakukan beberapa pemeriksaan rinci dalam bedah toraks dan penyakit dalam, jadi kamu bisa tau apa yang terjadi,” lanjut Daffin.“Aduh, sakit … sakit …” ayah Rosa mengeluh kesakitan.“Dokter Daffin apa seorang ahli bedah toraks atau penyakit dalam?” Rosa menggayuh lengan Daffin.“Aku dari department bedah umum.”“Lalu kapan biasanya kamu di rumah sakit?” Rosa mencoba menggoda Daffin.Daffin membelalakkan matanya merasa risih dengan pertanyaan Rosa dan sikapnya yang sedikit menggelikan itu. Aleena tidak mau kalah dengan Rosa, ia mencoba mengalihkan perhatian Daffin.“Dokter Daffin, kupikir kamu tidak dapat membantu apapun di sini. Jadi kamu boleh pergi!” Aleena mengusir Daffin secara halus.“Pak, ingatlah untuk pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan,&r
Baca selengkapnya
Chapter 7
 “Eh maaf, sepertinya kami tidak pantas menerima ini,” Edo mengembalikan bingkisan kepada Rosa.“Ini memang bukan untukmu!”“Kalau begitu aku duluan, aku sebentar lagi ada praktek,” kata Daffin.Rosa terus berusaha menghalangi Daffin untuk tidak pergi.“Dokter Daffin, bisakah kita berteman?” tanya Rosa dengan genit.Daffin merasa risih, ia kemudian mencoba pergi dari Rosa. Namun Rosa merengek seperti anak kecil. Dan akhirnya Rosa beracting bahwa tangannya yang patah terluka.Edo dan Daffin sudah ingin kembali menolong Rosa, tapi datanglah Aleena mencegah itu semua.“Aleena, kenapa kamu di sini?” tanya Rosa.Aleena tidak menjawab pertanyaan Rosa, ia malah fokus menghampiri Daffin.“Kebetulan sekali! Perkenalkan aku Aleena dan ini Daffin kekasihku,” Aleena menggandeng lengan Daffin, namun Daffin mencoba menghindarinya.“Hah?” Ed
Baca selengkapnya
Chapter 8
“Duduklah,” perintah Rosa kepada ayahnya.“Tapi ini department bedah umum,” Daffin menjelaskan.“Kamu sangat hebat. Tentu saja, ayahku lebih mempercayaimu.”“Bukankah seperti itu, ayah?” tanya Rosa basa-basi kepada ayahnya.“Iya,” jawab ayah Rosa.“Baiklah, aku akan membantu bapak membuat janji untuk chek up. Dan kita akan tau department mana yang harus di tuju setelah hasil tes keluar.”“Oke, terimakasih dokter Daffin.”“Sama-sama.”“Dokter Daffin, aku membawakanmu secangkir kopi,” Rosa memberikan sebuah tote bag kepada Daffin.“Tidak perlu, terimakasih,” tolak Daffin.Rosa merengek seperti anak kecil. “Ini hanya secangkir kopi, ini mewakili hatiku. Apakah kamu tidak mau meneimanya?” tangisan Rosa semakin menjadi-jadi.“Baiklah, kamu bisa meletakkannya di sini. Terimakas
Baca selengkapnya
Chapter 9
“Aku sudah mencari kesempatan untuk berbicara denganmu,” ujar Arya.“Oh, untuk apa?”“Presdir Aleena, kamu menjalankan Perusahaanmu dengan sangat baik. Tapi wanita sepertimu, mungkin tidak mengerti tentang semua metode bisnis tersebut.”Aleena tidak menjawab perkataan Arya. Namun sesaat kemudian, pandangannya seakan halu. Ia melihat Daffin berada di café yang sama dengannya. Ia mencoba memalingkan pandangannya, Aleena juga memastikan apakah dia hanya halu atau benar melihat Daffin.Ternyata benar, Daffin berada di café yang sama dengan Aleena pada saat itu. Daffin menemui seorang lelaki tua.“Profesor,” sapa Daffin, lelaki tua itu hanya mengangguk.“Kita bertemu di rumah sakit setiap hari, tapi kamu memintaku untuk datang ke sini setelah bekerja. Apa ada yang ingin kamu katakana padaku?” Daffin menatap dengan serius.“Seharusnya kamu yang ingin mengatakan
Baca selengkapnya
Chapter 10
Aleena dan Daffin sampai di sebuah tempat.“Terimakasih,” ucap Aleena melepas sabuk pengaman.“Jangan makan makanan dingin!” kata Daffin.“Aku tau.”Malam itu Aleena bersama dengan rekan kerjanya melaksanakan meeting sekaligus makan malam. Sesekali Aleena terlihat memegang perutnya, sepertinya ia sedang menahan sakit.Usai meeting, Aleena dan rekan kerjanya turun dari ruangan menuju lobby.“Terimakasih atas jamuannya, nona Aleena?!” kata salah satu rekan kerjanya.“Sama-sama, terimakasih juga sudah hadir di meeting ini. Semoga kerja sama kita tetap berlanjut,” ucap Aleena.“Baiklah kalau begitu saya dan yang lainnya duluan ya,” pamit rekan kerjanya.“Siap, hati-hati.”Di lobby hotel, tiba-tiba Aleena merasakan sakit perut yang luar biasa. Aleena menjongkokkan tubuhnya dan mencoba menahan sakit perutnya.“Aleena, ini,&r
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status