Izma menangis kesakitan ketika pipi manisnya telah Azam tampar dengan keras.
"Aku benci kamu brengsek, pergi kamu dari sini, kamu datang hanya untuk menyakitiku saja!" Teriak Izma dengan jeritannya. Azam merasa sangat menyesal karena telah membuat Izma kesakitan
"Sa-sayang, Izma sayang, tolong maafkan aku, aku hanya kelepasan!" Ucap Azam merengkuh tubuh sang istri dengan lembut. Namun Izma dengan segera mendorong Azam dengan keras. Izma merasa sangat sakit ketika Azam menamparnya. Bukan rasa sakit pada pipinya. Tetapi sebuah rasa sakit pada hatinya.
Izma merasa Azam terlalu menindasnya. Azam membuatnya bekerja lembur semalaman dan kini Azam mengakhirinya dengan sebuah tamparan. Izma merasa batinnya bergejolak. dia semakin benci terhadap Azam jika Azam bersikap seperti itu.
"Sayang, maafkan aku!" Azam kembali memeluk tubuh Izma yang masih berbalut selimut karena memang mereka masih belum mengenakan sehelai baju pun.
"Jangan sentuh aku, jangan sentuh
"Sayang punya PS tidak?" tanya Azam."Ada," Izma beranjak dan mengambil PS yang dia simpan di lemari."Punya siapa?" sahut Azam."Punya Rico.""Si Rico berengsek itu, apa sudah pernah masuk ke sini?" Azam sedikit berteriak karena kesal. Dia masih cemburu dengan pria temannya Izma itu."Tidak!" sanggah Izma sambil memasang PS-nya dan bersiap bermain."Lalu?" Azam masih dalam mode cemburunya. Dia duduk di belakang Izma. Dan menyeret tubuh Izma agar menempel kepadanya. Azam sekarang jadi lebih posesif. Dia memeluk Izma dari belakang dan mengambil stik PS tersebut."Dia meminjamkannya padaku, kenapa, cemburu?" tanya Izma dengan wajah datarnya. Dia sudah mulai memainkan PS-nya. Dan Azam juga mulai bermain."Iya!" Azam berbisik lembut tepat di telinga Izma dan diapun mengecup pipi sang istri tercintanya.(Lihat betapa mesranya mereka bermain PS)Sesaat Izma terkejut. Azam mengakui rasa cemburu
Hari sudah mulai sore. Azam seharusnya sudah bersiap untuk penerbangan terakhir. Butuh waktu lima belas jam untuk Azam bisa sampai di Indonesia. Tetapi Azam masih menempel kepada sang istri. Beberapa kali dia memfoto kebersamaan mereka berdua. Bahkan di dalam sebuah kamar mandi. Dan itu membuat Izma sedikit kesal.Izma risih karena Azam selalu mengikutinya kemanapun.Ini saat Izma nonton Tv tetapi ujung ujungnya Azam malah meluk Izma dengan erat.Dan ini saat Azam sedang memantau keadaan rumah sakit. Dia bahkan tidak mau melepaskan Izma dari pelukannya.Izma tidak bisa menolak. Azam akan menghukumnya ketika ada sebuah penolakan dari sang istri."Sudah sore Azam, apa kamu tidak mau pulang?" ucap Izma pelan. Mereka sedang melihat indahnya sore hari dari dalam kamarnya."Aku masih ingin bersamamu, sayang." Azam mengecup kening Izma dengan lembut."Aku tidak mau kamu terus disini!"&nbs
Setelah ciuman hangat Azam berikan kepada sang istri. Azam menatap Izma dengan penuh kasih sayang. Seolah Azam tidak bisa hidup jika tidak ada wanita itu di sampingnya. Izma hanya bisa terdiam menstabilkan degupan jantungnya. Azam memang selalu memberikan dia serangan dadakan. Membuat dirinya begitu berdebar.Izma menatap mata Azam yang redup. Lalu Izma menyandarkan kepalanya di bahu Azam dan Izma menutup matanya."Aku tidak mau jatuh cinta padanya, Tuhan!" Izma berkata dalam hatinya. Sambil menutup kedua matanya. Izma merasa sangat bingung dengan perasaannya. Di awali sebuah kebencian. Kini dia malah merasakan sebuah getaran yang tidak bisa dia Artikan. Apalagi Azam selalu memanjakan dia selama dua hari ini.Rasa bencinya dalam dua tahun hilang dalam dua hari. Betapa Azam pandai membuat magic untuk sang istri. Tiba-tiba saja Mobil pun berhenti di tempat yang sudah Azam janjikan. Azam dan Izma pun keluar dari taxi tersebut. Izma melihat langit sudah
Dokter Azam dan Izma kini sedang menikmati makan malam mereka. Izma tampak lahap memakan menu yang ada Azam pesan."Kamu suka makanannya?" tanya Azam sambil memperhatikan Izma yang sedang mengunyah makanannya."Lumayan.""Lumayan, apa suka?""Yang pasti aku lapar, makan saja cerewet." ucap Izma dengan mulut yang manyun.Azam terkekeh melihat sikap sang istri seperti itu. Apapun jawaban Izma dan apapun reaksi yang Izma Perlihatkan Azam selalu suka dan takjup. Wanita itu kini sudah menjadi sesuatu hal yang sangat berharga di hidupnya Azam. Azam mungkin kini sudah tidak sanggup lagi jika harus hidup terpisah dari Izma."Kenapa ponsel kamu selalu mati, Azam Bagaimana kalau Aliza ada kepentingan?" tanya Izma sambil meneguk minumannya."Aliza tidak tahu aku datang kesini, Aliza tidak tahu aku bersamamu, Aliza tahunya aku datang ke pesta profesor Daniel. Jika Aliza tahu aku sedang bersamamu di sini, maka dia akan kesini mengejar ku dan kita
JakartaHari ini Aliza pulang ke rumahnya setelah selesai tindakan kuretase. Wajahnya begitu pucat karena dia begitu kehilangan banyak darah saat kemarin dia keguguran. Proses kuretase tidak sesakit yang dibayangkan, tetapi hatinya yang teramat sakit lebih dari apapun.Aliza kini duduk di dalam kamarnya dan dia melihat ke sekeliling kamar yang sepi. Wanita itu begitu pedih dan pilu merasakan kesakitan dalam hatinya ketika sudah 4 hari ini sang suami tidak memberikannya kabar. Saat dirinya berjuang untuk mempertahankan buah hatinya sang suami malah menghilang dan mematikan ponselnya.Aliza tersadar bahwa memang Azam sekarang sedang bersama istri mudanya. Tangannya mengepal sangat kuat dia begitu kesal dan begitu marah kepada perempuan yang bernama Izma Sania. Perempuan yang telah merebut suaminya dan membuat hidupnya menjadi hancur.Rumah tangganya yang dibangun begitu indah kini sudah tidak ada lagi keindahan, semenjak kehadirannya. Perempuan yang menurut A
Seminggu sudah Azam berada di New York city bersama Izma. Selama seminggu pria itu menghabiskan waktu bersama sang kekasih hati dengan sekuat tenaganya. Azam begitu senang bisa menikmati seminggu nya bersama sang istri. Tapi kini Azam harus kembali ke Indonesia karena harus mengurus bisnis dan rumah sakit. Azam sudah berkemas dengan koper besarnya sedangkan Izma ia menatap koper itu dengan tatapan Sendu.Entah apa yang ia Izma rasakan saat ini yang pasti dia benar-benar merasa kosong ketika Azam mempersiapkan koper untuk kepulangannya. Azam melihat raut wajah Izma yang berubah ketika Azam berkemas untuk pulang. Terlihat bahwa Izma begitu Sedih ketika Azam mengatakan bahwa dia harus pulang.Izma mengatakan kalau Izma sangat membenci Azam dan selalu mengatakan bahwa Izma ingin bercerai dari Azam. Tapi kali ini hati Izma berkata bahwa Izma butuh Azam bersamanya. Apalagi dia sangat yakin kalau kali ini dia akan mengandung bayinya Azam. Karena pada saat seminggu berhubung
"Sayang jangan berkata seperti itu lagi, aku sudah memantapkan hatiku mencintaimu, Aku tidak seperti itu, untuk sekarang aku tidak mungkin menceraikan Alisa, karena dia telah mengandung bayi kami." Azzam memeluk Izma dengan penuh kelembutan. Dia ingin menenangkan sang kekasih hati sebelum dia kembali ke Indonesia."Kalau kamu sudah memiliki bayi lain dari istri yang lain, untuk apa kamu meminta bayi kepadaku, kamu hanya akan membuat aku tambah tersakiti dengan melahirkan anakmu.""Karena aku akan sangat bahagia jika bisa memiliki bayi bersamamu, seseorang makhluk kecil memanggil ku dengan sebutan Papi. Memanggilmu dengan sebutan Mami. Seorang yang sangat mirip dengan kita berdua. Apa kamu tidak menginginkan hal itu, hidup kita akan terasa tenang dengan kehadiran seorang bayi di samping kita," tutur Azam sambil meluk Izma dengan posesif. Tidak henti pria itu mengelus lembut rambut sang kekasih, lalu mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang."Cukuplah Azam. Pe
Azam sudah menentukan sebuah pilihan bahwa dia akan tetap berpoligami dan akan membagi waktunya dengan adil kepada sang istri. Azam akan membujuk istri yang sedang merajuk, setiap istri yang merajuk akan dibujuk dengan baik. Seperti halnya Azam yang kini sedang menenangkan Izma.Pada saat ini memang hati Azam telah condong untuk Izma. Tetapi entah apa yang terjadi jika sampai Azam pulang dan tahu bahwa Aliza sudah keguguran. Apakah Azam akan terus seperti ini. Bersama dengan Izma terus-menerus atau bahkan mungkin menemani Aliza yang sedang bersedih.Entahlah Apa yang akan terjadi pada Azzam Selanjutnya Azam memang begitu egois tidak mau melepaskan salah satu istrinya.Muhammad azam Pov.Pagi itu aku akan segera pulang ke Indonesia. Aku tidak menyangka bahwa perpisahan seperti ini membuat hatiku itu sakit, aku benar-benar tidak tega melihat istri mudaku menangis seperti itu, jujur ku akui aku sudah sangat jatuh cinta kepada wanita ini, wanita yang be