Share

Syukuran

Author: Yuniartinoor
last update Huling Na-update: 2021-09-15 08:39:18

Azan Ashar aku sudah sampai di rumah, kembali dari kerja shift pagi. Kemarin aku sudah izin pada Ibu dan Ayah untuk menghadiri pengajian di rumah Saina.

"Harum sekali, Ibu buat apa?" tanyaku.

"Ibu buat brownis, pastel sama lemper. Nanti di bawa ya, lumayan buat cemilan setelah pengajian."

"Makasih Bu, Ibu memang ter-the best." 

Aku memeluk Ibu yang tengah menata pastel kedalam Tupper w***. 

"Sampaikan maaf Ibu gak bisa hadir, Ibu harus jaga sepupu mu, tante kan masih jaga mertuanya di Runah Sakit."

"Iya, Bu. Nanti Geeza sampaikan."

Selesai membuat kue untuk dibawa ke pengajian, Ibu memasak untuk makan malam kami.

Ibu sudah pergi ke rumah tante di antar Ayah, sekarang tinggal aku dan Abang yang stay di rumah.

Dreeet ... dreettt ...

Sebuah pesan masuk di aplikasi berwarna hijau milikku.

"[Assalamualaikum, Ageeza siap-siap ya, aku jemput. Sekarang on the way.]"

Ternyata pesan dari Mas Faiz.

"[Waalaikumsalam, hati-hati di jalan Mas.]"

Aku sudah berunding dengan Bang Gaza soal jadi model katalog, Abang kurang suka. Sesekali saja boleh tapi jangan dijadikan profesi, "kata Abang." 

Aku nurut saja, kalau keluarga gak mendukung ngapain juga.

Waktu menunjukan jam lima sore, suara klakson mobil terdengar dari halaman. Sudah pasti Mas Faiz, aku dibantu Abang membawa cemilan buatan Ibu keteras.

"Assalamualaikum, Bang," sapa Bang Faiz.

"Waalaikumsalam, ini ada sedikit cemilan buatan Ibu Mas. Maaf Ibu gak bisa hadir, Ibu sama Ayah sedang ada perlu ke rumah," sahut Abang.

"Gak apa-apa, Bang, jadi merepotkan Ibu begini."

Box makanan ditata rapi di jok belakang, aku duduk di depan bersama Mas Faiz.

"Abang jemput jam berapa, Dek?" tanya Abang.

"Gak usah Bang, jangan khawatir nanti Ageeza aku antar pulang."

"Oke kalau begitu, makasih ya! Hati-hati di jalan! Selow aja gak usah ngebut."

Kami sampai di rumah tepat Azan Magrib. Bude Aruna sudah menyambut di depan pintu.

"Terima kasih Suster sudah mau datang." 

Bude memelukku lalu aku mencium tangan bude takzim.

"Bude gak usah panggil Suster ini kan bukan di Rumah Sakit, panggil namaku saja."

"Ini kak, Ibunya Ageeza bikinin kue segala. Faiz jadi gak enak."

"Lumayan buat cemilan Bude, Ibu minta maaf gak bisa hadir soalnya jaga sepupu di rumah Tante."

Sebelum pengajian di mulai kami memutuskan untuk Sholat Magrib di Mushola sambil menunggu jamaah pengajian yang lain datang.

'Masha Allah'' melihat Mas Faiz setelah berwudhu membuat aku terpesona. Rambutnya yang sedikit basah dengan sisa air wudhu yang tersisa di wajah tampannya. Subhanallah ciptaan Allah yang maha sempurna.

Pengajian dimulai, antara jemaah laki-laki dan perempuan dipisah. Aku duduk bersama Bude Aruna dan dua anak gadisnya, sementara Mas Faiz di sebrang sana bersama suami Bude Aruna dan jamaah lain.

Sesekali aku mendapati mata Mas Faiz mencuri pandang ke arahku, aku jadi grogi dan berusaha membuang pandangan ke tempat lain.

Setelah pengajian selesai para jamaah menikmati jamuan dari tuan rumah.

"Kue buatan Ibu mbak Geeza enak ya Mah." 

"Iya sayang, ngomong-ngomong Mba Geeza punya pacar gak nih?" tanya bude Aruna.

"Hehe ... kenapa Bude tanya soal itu?" Aku malu.

"Ya kalau jomblo, 'kan Faiz ada kesempatan deketin mbak Geeza," celetuknya.

"Hah ...." Aku bingung dengan pertanyaan Bude. "Bude, aku kan jadi gak enak."

"Kenapa? Santai aja. Jujur, Arumi dan Bude suka sama Geeza. Kalau Allah mengizinkan kami ingin Faiz berjodoh dengan mbak," ucap Bude Aruna.

"Uhuk ... uhuk." 

Aku tersedak, dengan sigap Mas Faiz membawa segelas air putih untukku dari sebrang sana.

"Pelan-pelan makannya," ucap Mas Faiz sambil menepuk pelan punggung ku. Dari kejauhan terlihat Bude tersenyum kearah kami.

"Tuh kan, Kakak bilang apa. Kalian serasi sekali."

"Kakak!! Jangan bikin Faiz malu deh."

"Sudah saat nya kamu buka hati, Iz!" Bude melirik Mas Faiz sambil berlalu membawa nampan berisi piring kotor.

"Aku boleh pulang sekarang Mas?"

"Jadi gak enak, gak usah diambil hati kata-kata Kak Aruna. Dia dan Arumi memang pengen aku cepet-cepet dapat pasangan."

"Wajarlah Mas, mereka pasti ingin yang terbaik agar Mas bahagia."

Handphone Mas Faiz berdering ternyata panggilan dari Kak Arumi. Senang sekali mendengar perkembangan kondisi Saina yang perlahan membaik.

Tetiba Mas Faiz mendekat dan mengubah mode panggilan ke vidio call.

"Suster Ageeza juga ikut pengajian, Rum!"

"Alhamdulillah, terima kasih Suster sudah ikut mendoakan Saina," ucap kak Arumi dilayar pipih.

"Sama-sama, Kak, bagaimana kabar Kakak dan Bang Sakti sehat kan?"

"Alhamdulillah, Suster, kami baik."

"Udah Rum, Kakak mau anter Suster Ageeza pulang nanti kemalaman."

"Oke, Kak, hati-hati di jalan ya ... Assalamualaikum," pamit kak Arumi.

"Walaikumsallam."

Setelah berpamitan pada keluarga Mas Faiz, aku di antarkan pulang. Bude mengisi kembali tupper wa** milik Ibu dengan makanan buatannya, padahal sudah di larang tapi bude memaksa.

"Kata Arumi" Sekarang rambut Saina mulai rontok. "Aku gak tahu harus bawa dia berobat kemana lagi," keluh Mas Faiz

"Bukankah di Singapura itu Rumah Sakit bagus, Mas? Banyak orang kanker sembuh, berobat dari sana."

"Saina anak kecil, apa mungkin dia terus bertahan?"

"Kita berdo'a terus Mas jangan pernah putus, masalah hasilnya kita pasrahkan pada Allah."

"Terima kasih Geeza," ucap Mas Faiz.  

Pandagan Mas Faiz lurus ke depan sambil mengendalikan kemudi tanpa melihat ke arahku sedikitpun.

Abang sudah mondar-mandir di teras, dia tidak akan tenang kalau adik gadis nya belum pulang.

"Assalamualsikum,Bang, maaf Bang pulangnya kemalaman." Mas Faiz menyimpan barang bawaanku di atas meja.

"Terima kasih sudah antar, Mas, Geeza masuk duluan ya." Mas Faiz mengangguk.

  "Bisa ngobrol sebentar, Mas?" tanya Bang Gaza.

"Boleh," dua laki-laki dewasa itu duduk di teras sementara aku langsung masuk ke kamar.

"Maaf Mas Ageeza tidak bisa mengambil job pemotretan selanjutnya, kemarin karena mepet aja, gak ada model pengganti."

"Gak masalah Bang, aku tidak memaksa. Nanti biar aku yang ngobrol sama Pak Bachir, Abang jangan khawatir."

"Oke, makasih ya, Mas," ucap Bang Gaza.

"Sama-sama aku pamit Bang, sudah malam. Assalamualsikum."

"Waalaikumsallam, hati-hati di jalan Mas."

Malam ini udara terasa begitu dingin. Aku tidak mandi malam, hanya bersih-bersih sekedar cuci muka dan gosok gigi.

Setelah berganti pakaian aku mengambil handphone lalu membaringkan tubuh di tempat tidur.

"Duh kenapa lampu nya kerlap-kerlip? Apa rusak ya?" Aku mematikan sakelar tapi lampu kembali menyala. 

"Dokter! Jangan iseng deh. Aku cape mau istirahat, jangan main-main."

"Aku cemburu, Za, kenapa laki-laki tadi terus memandang kamu? Ingin rasanya matanya ku tu**k, ngelihatin kamu sampai gak ngedip-ngedip."

"Ngelihatin aku di mana sih, Dok? jangan lebay, Mas Faiz kan Om-nya Saina. Gak mungkin dia suka sama bocah kaya aku."

"Di studio foto, dia terus memandang foto kamu dari layar komputer."

"Lucu, ya iyalah, Dok. Mas Faiz kan owner celana jeans yang aku pake photo shoot kemarin."

"Pokoknya kamu milik aku, gak boleh ada yang lain!" tegasnya.

"Apaan sih, dasar hantu posesif."

"Terserah Dokter sajalah. Bebas! ya hantu mah, mau kek gimana juga. Untuk saat ini aku sama Mas Faiz gak ada hubungan apa-apa begitupun dengan Dokter kan?" tekanku.

"Kamu penyelamatku, Za, kamu yang akan membangunkan tidur panjangku. Menyembuhkan semua lukaku," ujar dr. Doddy.

"Semoga aku bisa, sekarang biarkan aku istirahat ya?" pintaku.

"Tidurlah, aku selalu menjaga di sampingmu meskipun kamu tak selalu melihatku."

"Dasar dokter bucin!" ejekku.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ana Erliy
horor tp nggak serem, seru malah. Hai...aku hadir
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Mencoba untuk Ikhlas

    Setelah ini, Ageeza belum tahu untuk apa hidupnya. Gadis itu hanya berusaha untuk ikhlas dan bersahabat dengan takdir. Meratapi kepergian Mas Doddy begitu lama tak akan mengembalikannya. Ageeza masih bisa melihat makhluk lain yang kasat mata tapi entah mengapa ia tak pernah melihat Mas Doddy lagi? Dokter tampan itu seperti menjauh dan tak ingin menampakan lagi wujudnya pada Ageeza.Kekuasaan Sang Pencipta memang tidak akan pernah ada tandingannya, segala rencana dan mimpi Ageeza semuanya berubah seketika. Apalah artinya angan sepasang manusia dibanding Kuasa-Nya, bahkan bumi dan seluruh isinyapun bisa hancur dalam sekali tiupan saja.Hidup baru, semangat baru, mimpi dan harapan baru. Aggeza akan memulai lagi semuanya dari awal meniti kehidupan untuk mencapai semua asa yang selama ini ia angankan."Ceria sekali adik abang, mau kemana?" tanya Bang Gaza."Hari ini Geeza mau memulai semuanya dari awal lagi, Bang. Bukan Geeza melupakan Mas Doddy tapi Geeza mau

  • Dokter Tampan di Pavilliun   PoV Ageeza

    Entah berapa lama tak sadarkan diri, saat terbangun aku yang baru saja sadar tidak bisa melihat apapun. Sekeliling terasa gelap dan mata tak bisa melihat apapun. Aku berteriak histeris dan tidak bisa ditenangkan. Apa aku buta?"Istighfar, dek. Jangan teriak-teriak begini ... tenang ya, Abang disini jagain kamu." Bang Gaza berusaha menenangkan."Ibu mana, Bang? Kenapa Geeza gak bisa lihat Abang? Mata Geeza gelap, Bang, Geeza gak bisa melihat apapun," cerocosku."Ibu lagi Shalat dulu, benturan di kepalamu waktu kecelakaan sangat keras, Dek, syaraf yang ke mata terganggu jadi berakibat sama penglihatan kamu," terang Bang Gaza."Geeza mau ketemu Mas Doddy, Bang. Dia baik-baik saja, kan?" Aku penasaran.Bang Gaza tak menjawab, yang sekarang aku dengar malah suara Bang Reza. Bang Reza memeluk dan berbisik di telinga kalau aku tak perlu khawatir karena Mas Doddy baik-baik saja."Geeza gak bisa lihat, Abang!" keluhku pada Bang Reza, sambil men

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Keterpurukan

    Butuh waktu lama bagi Ageeza untuk sembuh, luka hatinya teramat dalam sehingga ia sulit untuk bangkit dan hidup normal seperti dulu. Ageeza yang begitu ceria dan cerewet kini cenderung lebih pendiam. Setiap hari setelah pulang bertugas ia lebih memilih mengurung diri di kamar dibanding berkumpul dengan keluarga atau teman-temannya yang lain. Seminggu sekali setiap hari jumat, Ageeza tak pernah absen datang ke makam Mas Doddy untuk mendoakan dan menaburkan bunga mawar putih kesukaan Ageeza di atas pusara laki-laki yang pernah ia sayangi itu."Sampai kapan kamu mau begini, Za?""Bang Reza!" Ageeza kaget melihat Bang Reza datang dan berjongkok tepat di sampingnya."Percayalah, Doddy tidak akan suka melihat kamu begini. Mana Ageeza yang Abang kenal? Ageeza yang cerewet, periang dan selalu ceria?"Ageeza tak menjawab sepatah katapun, gadis itu hanya menunduk sambil terus menitikan air matanya."Lihat Abang! Abang sayang sama kamu, b

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kenyataan yang Menyakitkan

    Telapak tangan Ageeza mengusap tanah merah itu, ini nyata, dia tidak bermimpi. Kedua Abangnya satu persatu dia pandangi dan spontan keduanya berhambur memeluk Ageeza dari kanan dan kiri."Kamu kuat, Dek. Jangan takut masih ada abang dan bang Reza yang akan menjaga dan menemanimu. Doddy sudah tenang, dia sudah bahagia di syurga," ucap bang Gaza, menenangkan.Ageeza meraba gundukan bunga yang sudah mulai mengering diatas pusara Mas Doddy, sambil sesekali ia usap nisan bertuliskan nama orang yang amat dia sayang itu.Remuk ... seluruh tulang di tubuhnya rasanya hancur. Semua rencana yang telah ia susun bersama Mas Doddy kini hanyalah sebuah angan, tak ada lagi pernikahan impian dan villa masa depan."Doddy tak seutuhnya pergi, Sayang ...," ucap Bang Reza.Ageeza berteriak! Tangisnya pecah, kenapa saat matanya bisa melihat harus ini yang ia lihat? Dia bahkan tak melihat Mas Doddy mengembuskan nafas terakhirnya.Hancur tak bersisa. Rasanya

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Kematian Mas Doddy

    Ageeza berteriak histeris, sampai Ibu dan Bang Gaza harus menenangkannya. Setelah memberi minum Bang Gaza menyeka keringat di pelipis Geeza."Kamu cuma mimpi, Dek. Gak usah khawatir Doddy baik-baik saja, sekarang tidur lagi, ya!"Dengan napas yang masih memburu Ageeza menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, entah kenapa Ageeza merasa semuanya begitu nyata dan bukan sekedar mimpi.Sayup-sayup suara Ibunya melantunkan Ayat Suci mulai menenangkan perasaan Ageeza,Abang Gaza begitu yang begitu perhatian kembali memasangkan selimut hingga batas dada adiknya lalu ia cium kening Ageeza penuh sayang."Bismillah ... berdoa dulu, jadi nanti gak mimpi buruk lagi!" titah Bang Gaza.Ageeza membalas dengqn anggukan.Lantunan Ayat Suci yang Ibu baca dan elusan tangan Bang Gaza dipucuk kepalanya, mengantarka Ageeza kembali ke alam bawah sadarnya.*******Aggeza sudah bisa pul

  • Dokter Tampan di Pavilliun   Gelap

    Dingin menusuk ketulang, kabut pagi ini juga begitu tebal karena gerimis. Jarak pandang jadi terganggu, belum lagi jalan arah Ciwidey yang relaif kecil. Sekitar beberapa kilo dari villa tiga motor yang mereka tumpangi masih beriiringan tapi setelah memasuki daerah yang lumayan berkabut mereka terpisah.Masih di kawasan jalan Kabupaten Bandung, entah masih mengantuk atau karena kabut tebal yang mengurangi jarak pandang. Motor yang Mas Doddy kendarai menabrak pembatas jalan dan terjatuh ke semak-semak yang berada tepat di bawah jalan raya.Saat itu Geeza berteriak sambil memeluk erat tubuh Mas Doddy sebelum mereka tergelincir kesemak-semak cukup dalam sekitar 5 sampai 6 meter dari atas jalan raya."Za ... Ageeza ....," panggil Mas Doddy parau.Mas Doddy terdengar beberapa kali memanggil nama Geeza sebelum akhirnya mereka berdua sama-sama tak sadarkan diri.Medan yang lumayan terjal dan kabut yang sangat tebal hari itu menyulitkan pe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status