Melelahkan, semua ini terasa melelahkan. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya dan itu melelahkan. Sam sudah mulai masuk ke kepalaku, namun, keberadaan Liam dengan mudahnya mengusir Sam yang sudah berada di pintu masuk kepalaku. Melelahkan.
Dansa sudah selesai dan para tamu undangan menikmati makan malam bersama. Ayah lalu memanggilku dan mengajakku untuk makan malam bersamanya. Aku lalu berjalan dengan sedikit terpaksa sekaligus memaksa senyuman di bibirku. Para tamu lain mulai menyantap makanan yang di hidangkan, begitu juga dengan aku yang mulai memotong steak
"Ada apa sayang? Kau terlihat murung," ujar ayahku yang menyadari senyum palsuku yang semakin menghilang.
"Aku tidak tahu, ayah," jawabku. Aku mencoba untuk kembali tersenyum, namun, sepertinya itu sia-sia karena ayahku saat ini ikut menunjukkan wajah murungnya.
"Ava, kalau kau memang tidak bisa menceritakannya, mungkin kau hanya butuh waktu untuk sendiri, kau hanya butuh waktu
Aku kembali ke pesta bersama Sam. Gaun yang kupakai sudah sedikit lusuh karena apa yang terjadi hari ini. Tapi, tidak apa. Pesta sebentar lagi berakhir. Aku mengambil segelas wine dan memiumnya."Sepertinya tuan putri telah kembali," ujar ayahku seraya menghampiriku."Ah semuanya terasa luar biasa, ayah," ujarku seraya meminum lagi wine yang kupegang."Sebagian besar tamu undangan sudah pulang, apa kau mau mulai menggila?" tanya ayahku."Apa maksudmu, yah?"Ayah lalu menarikku yang tengah menggandeng lengan Sam. Sam yang melihat itu hanya tertawa dan melambaikan tangannya. Ayah membawaku ke atas panggung dan meminta mic dari pembawa acara."Kau tahu lagu Sucker yang dinyanyikan Jonas Brother?" tanya ayahku.Aku mengangguk."Mainkan!" teriak ayahku kepada pemain musik.Ayah memberikan aku mic dan memaksaku untuk bernanyi. Aku menolah namun semua teman-temanku mendesak dan bergemur
"Sekarang kita bersulang untuk kelulusan kita!" teriak Mason seraya mengangkat gelas. Kami bersulang dan meminum minuman kami. Aku tersenyum melihat kebersamaan kami. Aku sedikit tidak percaya hal seperti ini ternyata akan datang di dalam hidupku yang berawal sangat suram.Semua terjadi sangat tiba-tiba. Kematian seseorang yang tidak aku kenal, pertemuan dengan cinta pertamaku, berada dekat dengan keluargaku hingga kematian orang yang aku sayangi. Seperti di dalam mimpi saja.Pria berambut pirang di sebelahku meminum minumannya seraya mengobrol dengan teman-temannya. Membicarakan tentang sepak bola seperti obrolan pria pada umunya. Pria berambut pirang itu menyadari kalau aku memperhatikannya sejak dari tadi dan mencium bibirku. Pria yang sedang berusaha membuatku mencintainya dan aku rasa, dia berhasil melakukannya."Ada apa denganmu? Kenapa memperhatikan sku terus?" tanya Sam.Aku menggeleng. "Tidak apa-apa," ucapku. Aku tersenyu
Aku mengantar ayah dan ibuku serta teman-temanku ke bandara. Aku dan 6 orang temanku yang laim tidak ikut pulang ke kota asal karena kami berencana untuk berkeliling menikmati Australia untuk beberapa hari lagi."Jika sudah puas, segera pulang ya, sayang," ujar ayahku. Aku hanya menganggu untuk mengiyakan dan melambaikan tanganku.Aku lalu menggenggam jari jemari Sam dan pergi ke mobil yang kami sewa untuk berlibur."Aku rasa, sebaiknya kita mencari dulu hotel, karena, jika kita menginap di penginapan di pulau Ava, kita terlalu jauh untuk menuju ke Sydney atau Melbourne, atau kota-kota terkenal lainnya," ujar Carla seraya melihat rekomendasi hotel.Aku hanya mengangguk dan bersandar di mobil. Aku duduk di samping Sam yang sekarang sedang mendapatkan giliran untuk mengemudi. Kami mengemudi secara bergantian meskipun aku tahu kalau pada akhirnya semua orang akan malas-malasan untuk mengemudi."Crown Towers Perth," ujar C
Aku membuka mata dan melihat Carla dan Yura yang masih terlelap di sampingku. Aku ingin membangunkan mereka berdua, namun, melihat wajah tidur mereka, aku memilih untuk memotret mereka berdua. Aku mengambil ponselku dan mengabadikan wajah lucu mereka.Aku bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Mengingat kembali pengalamanku bersama teman-temanku di negeri kangguru ini. Aku sedikit tersenyum dan menenggelamkan seluruh tubuhku ke dalam bathtub."Ava! Apa kau masih lama di dalam? Perutku sakit! Cepatlah!" teriak Carla dari luar kamar mandi seraya menggedor pintu kamar mandi."Masuk saja! Pintunya tidak aku kunci!" balasku."Maksudmu aku hari buang air besar di samping dirimu yang sedang mandi?" tanya Carla dengan nada kesal."Ada sekat kaca yang memisahkan kita, bodoh, kalau kau memang tidak tahan, masuk saja!" teriakku.Beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan Carla buru-buru menurun
Ayah dan ibuku menjemputku di bandara. Aku memeluk mereka dengan sangat erat ketika melihat mereka."Cuma 2 hari?" tanya ayahku."Luke, Harry, dan Mason harus berlatih sepak bola, yah, jadi kita pulang, sebenarnya aku masih ingin di Australia," jawabku.Aku lalu berpisah dengan teman-temanku dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka."Kau sudah makan?" tanya ibuku ketika kamu sudah berada di dalam mobil."Ah, aku justru sangat lapar sekarang, aku ingin makan di Wendy's," jawabku."Sepertinya ibu sudah lama tidak makan di Wendy's, kalau begitu, ayo kita kesana," ucap ibuku.Ayahku hanya tertawa ringan dan menginjak pedal gas lebih dalam untuk menuju ke restoran cepat saji itu dengan lebih cepat. Wendy's adalah tempat yang bersejarah untukku. Disana lah aku mendengarkan cerita Liam dan berbaikan dengan ayahku. Hal-hal baik terjadi padaku ketika aku di Wendy's."Ayah yang pesan," perintahku
Aku dan ayahku masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah lama kami, maksudku, rumah sebelum kami pindah ke rumah ibu baruku. Aku dan ayah sudah berniat untuk pergi kesana untuk memilah barang-barang yang akan disumbangkan dan yang akan di simpan."Oke, jadi, silahkan pisahkan barang-barangmu, ayah tidak memiliki banyak barang disini, karena... ya begitulah," ucap ayahku.Aku hanya menghela napas dan pergi ke lantai 2 tempat dimana kamarku berada.Aku membuka pintu kamar dan melihat sekeliling kamarku. Meja rias, lemari, meja belajar, dan sebuah tempat tidur dan kamar mandi dalam ruangan. Tidak ada boneka ataupun dekorasi yang biasanya ada di kamar seorang gadis SMA. Aku rasa tidak ada yang bisa aku sumbangkan selain baju-bajuku yang sudah menumpuk di dalam lemari. Aku selalu memakai pakaian yang aku cuci sendiri dan tidak pernah menyetrikanya, itu merepotkan.Barang-barang pentingku seperti paspor dan kartu tanda penduduk sudah ada di rumah ibuku. Aku rasa
Aku sebenarnya tidak tahu harus berkata apa. Hanya saja, aku tahu kalau ayahku memang hebat. Aku tidak merasa ayah adalah sampah karena masa lalunya. Aku rasa aku sedikit mengerti dengan kehidupan yang dia pilih. Ayah seorang yang kuat. Namun, aku tidak tahu bagaimana mengatakannya kepada ayah. Aku hanya memandanginya yang tengah melanjutkan kegiatannya memasukan baju-bajuku ke dalam kardus."Ayah rasa sudah selesai, apa masih ada yang ingin kau masukan ke dalam kotak ini?" tanya ayahku."E-eh, sepertinya sudah," jawabku.Raut wajahnya kembali menjadi murung. Ayah lalu mengangkat kardus berisi pakaianku ke mobil. Aku hanya berjalan mengikutinya dan masuk ke mobil dan menunggu.Tidak lama kemudian, ayahku masuk dan memandangiku sejenak dan menyalakan mesin mobil meninggalkan rumah lama kami. Aku masih terdiam, tapi, kepalaku kosong, aku tidak benar-benar memikirkan sesuatu. Ayah adalah manusia yang hebat, sungguh."Mau membeli sesuatu dulu sebelum pulang?" ta
Renovasi rumah ibu sudah selesai. Besok tinggal membersihkan puing-puing dan semuanya sudah siap. Benar kata ayah, tidak akan sampai satu bulan untuk merenovasi rumah ini, atau mungkin karena ayah membayar lebih banyak pekerja? Entahlah, seingatku, ada lebih dari 20 orang yang bekerja merenovasi rumahku.Tidak banyak yang di renovasi, hanya menambahkan sebuah taman yang lumayan luas di belakang rumah dan menodifikasi garasi sehingga bisa langsung menuju ke taman belakang rumah.Selama satu bulan itu juga, aku banyak berdiskusi dengan ayahku dan juga teman-temanku yang mau membantuku mendirikan The Chevron Foundation. Kami juga sudah sepakat untuk menggunakan rumah lamaku sebagai 'markas' dan ayah juga sudah siap menggelontorkan dana untuk menambah kamar dan juga dapur. Rumah itu akan selesai sekitar 2-3 bulan lagi dan aku sangat bersemangat untuk itu."Oke, kalau begitu, aku akan mulai mencari donatur selain ayahmu besok, kau temani aku, ya," ujar Sa