Home / Romansa / Don't Be Silly. It's Precious / Karena aku menginginkannya

Share

Don't Be Silly. It's Precious
Don't Be Silly. It's Precious
Author: hella is stronger

Karena aku menginginkannya

last update Last Updated: 2021-03-26 23:23:59

Pagi sudah datang. Tidak aku sangka aku sudah semalaman menatap layar ponsel ku. Yah, aku tau ini tidak sehat. Tapi sebenarnya ini jauh lebih baik daripada harus mendengarkan orang tua ku saling menyakiti di lantai bawah. Tidak ada hari tanpa ayahku yang tukang selingkuh dan ibuku yang suka sekali mabuk saling menyakiti baik secara fisik maupun psikis. Aku tidak mengerti kenapa mereka bisa menikah.

Hey, aku belum memperkenalkan diri, aku Ava. Agatha Vavreu. Aku lebih suka dipanggil Ava karena itu terkesan singkat, padat, dan jelas daripada Agatha. Jadi, aku tidak akan menoleh jika dipanggil Agatha maupun Vavreu. Aku siswi kelas 3 SMA dengan tinggi 163 cm dan berat 58 kg. Lumayan ideal untuk orang yang dapur rumahnya kosong. Orang tua ku senang bermain lempar tangkap menggunakan perabotan dapur. Aku hanya menggunakan dapur untuk memasak air karena hanya panci untuk memasak air lah yang tidak pecah. Aku selalu membeli makanan di luar atau memakai layanan delivery. Hey, walaupun mereka orang tua yang bodoh, tapi mereka tetap mengisi rekening ku. Keluarga ku memang orang yang berkecukupan. Ibu ku adalah seorang perancang busana yang sangat terkenal dan ayah ku adalah seorang pebisnis Real Estate dan pemilik perusahaan minyak yang sangat besar.

Hari ini hari Sabtu. Orang tua ku pergi sejak 15 menit yang lalu. Hanya saja aku tidak mengetahui kemana mereka pergi, karena mereka mengendarai mobil masing-masing. Aku rasa aku akan pergi keluar pagi ini, karena aku lapar. Aku lalu memakai sweater hitam ku dan mengambil dompet serta ponsel ku lalu mengendarai mobil ku menuju salah satu restoran cepat saji dan memesan makanan untuk persediaan sampai nanti malam.

Aku sudah berada di mobil 15 menit kemudian dan mulai mengendarai nya pulang. Aku merasa mengantuk. Mungkin karena aku belum tidur dan itu sudah sewajarnya aku merasa mengantuk sekarang. Aku pun mengendarai mobilku dengan menahan rasa kantuk.

Berbahaya, tapi bukan aku yang sedang dalam bahaya, melainkan pria yang sedang berdiri di tepi jembatan itu. Memandangi lautan yang terletak sangat jauh di bawahnya dengan tatapan kosong.

Sial, apa yang sedang dia lakukan. Aku menginjak pedal rem dan menghampirinya dengan setengah berlari.

“Hey, apa yang kau lakukan, bodoh!” teriakku.

Dia hanya menoleh lalu kembali menatap laut di bawahnya. Kaki kanannya sudah melangkah ke depan. Dia ingin mengakhiri hidupnya. Tak bisa di pungkiri, jembatan itu sangat tinggi. Kau tidak akan selamat jika kau terjatuh dari situ.

“Hey! Hentikan.” Aku sampai di belakangnya dan menarik kerah bajunya. Matanya yang menyorotkan kekosongan memandangi ku sambil berusaha melepaskan tangan ku dari kerah bajunya. Beberapa orang yang berhenti juga berteriak meminta agar pria itu berubah pikiran.

“Lepaskan,” katanya pelan

“Apa kau gila? Kau akan mati!” teriakku. Aku mencoba menariknya kembali dengan sekuat tenaga.

“Aku menginginkannya.” ucapnya.

“Kenapa kau bisa menginginkan kematian?.” Pertanyaan yang bodoh ku rasa

“Kau tidak akan pernah mengerti.” Jawabnya sambil masih berusaha melepaskan kerah bajunya yang aku cengkram dengan sangat kuat.

Sial, apa yang aku katakan. Dari belakang aku bisa melihat bekas luka sayatan di pergelangan tangannya yang mencoba untuk melepasakn cengkraman tanganku dari kerahnya. Aku tak pernah melihat pria ini sebelumnya. Dia terlihat sebaya dengan ku.

“Lepaskan,” katanya lagi.

“Tidak akan.” 

“Kenapa?” Sial, mengapa bisa terpikir olehnya untuk menanyakan hal  seperti itu? Aku merasa kesal

“Karena kau akan mati, bodoh,” ucap ku kepadanya. “Apa yang kau pikirkan sehingga mencoba melakukan hal seperti ini? Jangan konyol, Hidup mu berharga.” Mungkin setelah aku berkata seperti itu, dia akan berubah pikiran. Semoga saja.

“Apa peduli mu?.” Katanya dengan pelan. Kalimat barusan membuatku membeku. Apa peduli ku? Kau akan mati, bodoh. Mana mungkin aku membiarkanmu.

Dia menoleh kebelakang dan memandangi ku. Wajahnya pucat sekali. Dan matanya, matanya sangat menyakiti. Entah kenapa sorot matanya membuatku tidak bisa berkata-kata dan membuatku menebak-nebak apa yang sudah terjadi dengannya. Perlahan aku melepaskan tangan ku dari kerah bajunya. Entah kenapa aku melakukannya, tanganku seperti bergerak sendiri. Dia tersenyum. Air mata keluar dari kedua mataku. Dia melihat kebawah lagi dan melompat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Don't Be Silly. It's Precious   Seperti aku

    Aku bangun pagi ini dengan perasaaan segar dan bersemangat karena aku memiliki hal penting untuk dilakukan hari ini. Aku bergegas menuju ke kamar mandi dan mandi untuk membuat tubuhku semakin segar.Setelah mandi, aku pergi menuju ke ruang tamu dan mendapati ibuku yang tengah memasak sarapan. Dia tampak heran melihat aku yang masih pagi begini sudah mandi.“Mau kemana pagi-pagi sekali?” tanya ibuku.“Tidak kemana-mana, sedang ingin saja,” jawabku seraya tersenyum dan menunjukkan gigiku.Ibuku hanya menggelengkan kepala dan memasang ekspresi yang mengisyaratkan “terserah kau saja” di wajahnya.“Dimana ayah?” tanyaku.“Sepertinya di taman, bersama Finn,” jawab ibuku seraya membalik telur goreng.Semenjak Finn datang, ayahku selalu bangun sangat pagi dan menghabiskan waktu bersama Finn sampai waktu sarapan. Entah itu jalan-jalan pagi mengelilingi lingkungan rumah kami, atau hany

  • Don't Be Silly. It's Precious   Keributan di rumah

    Malam menyapa. Kegiatan bakti sosial itu berlangsung sampai sore dan kami semua melewatkan jam makan siang sehingga kami memutuskan untuk makan bersama di restoran. Aku melihat unggahan akun sosial media yayasan kami yang dikelola oleh Yura sebagai bagian dokumentasi.Semua komentar positif dilontarkan oleh para pengguna sosial media di tiap unggahan serta semua hati dan ibu jari yang berjumlah ribuan berada disana. Aku tersenyum bahagia, dan aku ingin sedikit berteriak mengetahui rasa senangku, tapi aku tidak ingin terlihat memalukan di restoran ini.“Haruskah kita melakukan rapat sekarang? Nyonya ketua?” tanya Mason seraya menyeruput es tehnya.“Entahlah, aku rasa kita bisa melakukannya di pertemuan berikutnya, aku memiliki semua hal yang perlu kita evaluasi, aku bisa melakukan pertemuan kapan saja, tergantung kepada kalian, mungkin ada yang sibuk? Atau tidak bisa datang? Karena itu, untuk menghindari hal tersebut, aku ingin agar kita menyesu

  • Don't Be Silly. It's Precious   Diberkati

    “Ada satu tempat lagi yang harus kita datangi, ini sangat penting, jadi kau tidak boleh menolak, ajak saja Finn, mereka tidak melarang anjing untuk datang,” ucap Carla seraya menyeruput minumannya.“Kemana?” tanyaku ingin tahu.Carla tidak menjawab dan Finn mengonggong dari belakang. Dia tampak senang berada di dalam mobil, dan aku mengelus kepalanya.Kami lalu masuk ke sebuah komplek perumahan elit dimana banyak sekali rumah-rumah berukuran besar. Aku tidak pernah pergi kesini sebelumnya, jadi ini semua terasa asing untukku.“Ini mau kemana? Aku tidak pernah kesini,” ucapku kebingungan.Carla masih tidak menjawab, namun dia tersenyum riang dan kami kemudian berhenti di sebuah rumah mewah dengan banyak mobil terparkir di depannya. Carla lalu mengajak kami masuk ke dalam dan aku membukakan pintu untuk Finn. Ketika aku sampai di depan pintu, terdengar suara berisik dari dalam.“Hai Ava!” teriak s

  • Don't Be Silly. It's Precious   Finn

    “SELAMAT DATANG DI PET CONVENTION TAHUNAN!!”Seorang wanita menyambut kami yang tengah berjalan memasuki sebuah tanah lapang yang dipenuhi tenda-tenda dan balon-balon. Carla yang terlihat sangat bersemangat menarik tanganku menuju ke salah satu dari tenda-tenda itu.Aku melihat ke sekelilingku dan memang benar, ada banyak sekali binatang-binatang unik dan lucu disini. Aku menghampiri sebuah tenda yang memiliki beberapa ekor landak berwarna putih dan aku mengelus duri-duri di punggungnya dengan lembut. Landak itu terlihat menyukai perlakuanku kepadanya. Entahlah, dia memejamkan matanya dan terlihat santai, jadi aku berasumsi kalau dia menyukaiku.“Ava Ava!! Lihat ini, dia sangat lucu!” teriak Carla dari tenda disebelahku. Dia menggendong seekor anak monyet berwarna putih.“Ah kau benar, dia sangat lucu!” ucapku seraya mengelus rambut putihnya. Dia juga terlihat mneyukainya.“Dia spesies yang langka, negara t

  • Don't Be Silly. It's Precious   Solusi(?)

    Sesampainya dirumah, aku membaringkan tubuhku di atas ranjang empuk di kamarku dan memandangi langit-langit kamarku. Aku memperhatikan lenganku yang terlihat sedikit berisi dibandingkan beberapa bulan yang lalu.“Aku rasa aku sedikit gendut, sepertinya memang benar,” gumamku seraya meremas lengan kiriku dengan tanganku.Aku lalu berdiri menghadap cermin dan memandangi cermin. Memandangi tubuhku dan beralih menatap mataku sendiri yang juga menatapku di sisi lain cermin.Asap. Dimana-mana ada asap, dan cerminku mulai retak. Luka di wajahku yang sudah mengering, terkelupas. Kakiku bergemetar hebat. Aku sudah mengalami ini berkali-kali, namun, aku masih merasa takut. Di dalam hati, aku berteriak. Ketika aku mengalihkan pandangan ke tempat tidurku, disana terbaring tubuh Carla dengan darah berlumuran dimana-dimana.“AVA!!”Aku menoleh, mencari asal suara yang ternyata datang dari ibuku yang tengah memperhatikan aku dari pintu kam

  • Don't Be Silly. It's Precious   Urusan wanita

    Makanan yang kami pesan datang dan aku masih belum menyentuh steak yang aku pesan. Aku masih memikirkan semua yang Liam katakan seraya melihat ke arah ayah dan ibuku yang tengah bercanda bersama Ruby dan juga nenek Liam.“Beberapa jam sebelum makan malam, menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku yang menyenangkan ini,” ucapku dalam hati.Sejak awal bertemu dengannya, dia merubah hidupku. Dan aku rasa aku sudah mengatakannya ratusan kali. Gadis bergelimang harta namun sarat akan kasih sayang, gadis yang memiliki sebuah istana namun tidak bisa dianggap rumah, gadis yang bisa mendapatkan semua yang dia inginkan kecuali cinta yang tulus, semuanya berubah hanya dalam satu hari dimana aku memutuskan untuk mencari sarapan di pagi yang cerah dalam kondisi mengantuk.“Ava, sayang, kenapa kau tidak makan?” tanya ayahku yang tengah mengobrol dengan Liam. Dia melihatku dengan wajah khawatir.“Ah iya, aku hanya sedang memikir

  • Don't Be Silly. It's Precious   Pikir lagi

    Kakiku tidak bisa berhenti bergemetar karena makan malam bersama Liam yang akan dilangsungkan beberapa jam lagi. Ayah dan ibuku sudah siap, begitu juga dengan aku. Tapi, aku benar-benar merasa takut yang tidak wajar, padahal aku hanya akan pergi makan malam di luar bersama keluargaku.“Sayang, apa kau benar-benar se-takut itu?” tanya ibuku yang sepertinya melihat kegelisahan di wajahku.“Entahlah, tapi, aku tidak bisa selamanya menghindar bukan?”“Kau benar, tapi kau tidak perlu buru-buru,” ujar ibuku lagi.“Tidak apa-apa, ini hanya makan malam, lagipula, aku tidak tahu kenapa aku harus merasakan ini, padahal aku sempat mencintai orang lain setelah aku dan dia tidak lagi saling menghubungi, jadi, aku berkesimpulan kalau rasa takut ini hanya rasa takut untuk sementara waktu, setelah beberapa saat aku di meja makan, tentu saja aku akan baik-baik saja,” jelasku.Ibuku hanya tersenyum dan kami meninggalka

  • Don't Be Silly. It's Precious   Karena beriita pagi ini

    Aku membuka mataku setelah semalaman tertidur di depan televisi. Semalam, aku memutar film Titanic untuk membantuku tidur, karena itu film yang sangat membosankan dan benar saja, aku bisa bangun pagi ini karena aku berhasil tidur semalam.“Selamat pagi, sayang,” ucap ibuku seraya membuka gorden dan mematikan lampu yang masih menyala.“Pagi, bu, apa ayah belum bangun?”“Belum, dia masih tidur sekarang, apa kau mau sarapan duluan?” tanya ibuku.“Boleh, aku ingin sereal milik ayah, sepertinya enak,” pintaku kepada ibuku.“Beberapa hari yang lalu kau meledek ayah karena makan sereal itu, tapi sekarang kau menginginkannya,” komentar ibuku seraya menahan tawa.“Ah sudahlah, semalam ada iklan tentang sereal itu dan itu benar-benar menggugah selera,” ucapku seraya memanyunkan bibir.“Kalau begitu kau cuci dulu wajahmu, agar terlihat lebih segar,” ucap ibuku de

  • Don't Be Silly. It's Precious   Tidak butuh uang

    Pertemuanku dengan orang tua Michael Pattertson kemarin, sejujurnya masih membuatku bingung. Sudah ada beberapa orang di dalam hidupku yang menganggap kalau uang akan memberiku kebahagiaan, padahal, tidak seperti itu.Jika aku ceritakan ulang, aku baru merasa bahagia ketika seseorang mau mengerti akan diriku, ketika aku merasa di cintai meskipun pada akhirnya itu hanya kebohongan dan juga kegagalan, ketika aku bisa bersama keluargaku, bersenda gurau bersama mereka, ketika aku bisa menceritakan berbagai masalah kepada teman baikku, aku sudah cukup bahagia.Aku rasa, kebahagiaanku tidak melulu soal uang, karena sebelum aku bertemu dengan Liam, aku juga belum paham bagaimana bahagia menurut orang-orang, dan ternyata, mereka hanya berpikiran kalau ada uang, maka akan bahagia.Liam dan Sam, membuatku merasa bahagia. Mereka membuatku merasa di cintai, namun, keduanya berakhir dalam kegagalan, dan yang kedua membuat semuanya menjadi runyam. Kebohongan, ancaman, dan ras

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status