Share

7

last update Last Updated: 2024-05-01 18:05:00

Sementara Martin terus memperhatikan Mona terlelap. Dia masih di sini untuk beberapa saat lama. Tidak tahu mengapa, rasanya ingin menatap Mona tidur. Martin heran karena ini tidak biasa dia lakukan pada siapapun.

Sampai-sampai nalurinya mendorong dirinya mencium kening Mona. Martin terkejut tapi tetap dia lakukan. Tidak bohong, jika ada rasa sayang Martin pada Mona sebagai saudara.

"Martin, kamu habis ngapain dari kamar Mona?" Martin keluar menutup pintu berpapasan dengan mamanya.

"Aku hanya bicara dengannya. Sekarang dia sudah tidur," jawab Martin memang jujur dan tenang.

Mama hanya mengangguk berlalu. Dalam hati Martin merasa lega. Kemudian dia mendapat panggilan telepon dari Hana. Martin langsung pergi dari rumah untuk menemui kekasih tercinta meski sudah malam begini.

Dalam tidur Mona, dia bermimpi hal yang sama. Malam di saat Martin datang ke kamarnya lalu kejadian menyeramkan itu terjadi. Kening Mona mengeryit saat tidur, dan dia tampak gelisah dengan keringat dingin mengucur di pelipis.

Lalu mimpinya berganti dengan sosok Tom yang hangat. Mona merasa membaik saat ada Tom di sisinya. Lelaki yang diam-diam dia cintai ini. Namun tidak lama, Tom justru meninggalkannya pergi tanpa sepatah kata. Mona sedih dan dia sendirian.

Kesadaran Mona masih samar. Tapi dia dapat mendengar suara familiar dari kejauhan. Suara panik dari mama dan papahnya. Entah ini jam berapa, Mona segera membuka mata terbangun.

"Martin bagaimana ini, pah?" Mama terdengar cemas. "Kita ke rumah sakit." Papah mengambil mantelnya, tampak bersiap pergi.

"Lalu Mona bagaimana? Ditinggal sendirian di rumah?" tanya mama.

"Mona sudah besar. Martin lebih membutuhkan kita di sana," ujar papah.

Mona heran. Dia lantas mengecek jam. Rupanya jam enam pagi. Sebenarnya ada apa? Mona penasaran dan ingin keluar kamar. Lalu dengan perlahan dia menemui mamanya yang hendak pergi.

"Mama, mau pergi kemana pagi-pagi sekali?" tanya Mona dengan wajah masih mengantuk.

"Martin mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang," jawab mama, bagai petir di siang bolong. Mona terdiam membeku.

"Kami akan ke rumah sakit untuk melihat keadaannya. Mama harap dia tidak terluka parah," imbuh mama. "Kamu tetap di rumah, ya. Mama sudah siapkan sarapan roti, ada susu di kulkas. Kamu sekolah." Mama memberi perintah.

Mona terdiam bimbang. Sejujurnya dia juga khawatir pada keadaan Martin sekarang. Dia ingin mengetahui kondisinya di rumah sakit. Tapi apakah dia harus menunjukkan kepedulian pada pelaku pemerkosaan itu?

***

Mona tidak datang menjenguk Martin di rumah sakit. Dia memilih pergi ke sekolah daripada harus membolos untuk melihat keadaannya. Tapi setelah jam pulang sekolah, Mona tidak bisa mengabaikan hal ini; dia pergi ke rumah sakit naik taksi sebelum pulang ke rumah. Mona tidak membawa apapun untuk menjenguk pasien.

Toh yang menjadi pasien kerabatnya sendiri. Sehingga dia hanya membawa badan yang masih berbalut seragam sekolah serta menggendong ransel. Mona bertekad di sana dia hanya melihatnya saja tanpa ingin basa-basi dengan lelaki itu.

Setelah mendapat informasi dari resepsionis tentang ruang rawat Martin, Mona berjalan di lorong sepi menuju kamar rawat lelaki itu. Begitu menemukan papan nama Martin yang tertempel di plakat pintu kamar, Mona berhenti di sana. Dia berdiam diri tanpa membuka pintu untuk masuk. Rasa enggan menahannya di sini, dan ketika melihat siluet seseorang dari kaca pintu, Mona semakin mematung seolah ada tembok tak kasat mata di depannya.

Siluet itu adalah seorang wanita familiar, Mona pernah bertemu dengannya. Ya, tunangan Martin. Terlihat di dalam sana hanya ada Martin dan Hana. Melihat keberadaan Hana di sisi Martin, entah mengapa ada perasaan kesal sekaligus sedih di benak Mona. Mona mengepalkan tangannya.

"Kenapa aku harus datang ke sini?" gumam Mona, menyesali keputusannya. Martin di dalam ruangan itu tampak berbaring di ranjang, mengobrol dengan Hana yang duduk di sisinya. Wajah ceria Martin saat berbicara dengan Hana, menciptakan rasa aneh di dada Mona. Sebab lelaki itu tidak pernah selembut itu padanya.

Sekarang Mona tahu, sikap lembut Martin hanya ditunjukkan pada Hana. Tapi kenapa bukan pada dirinya juga? Mona juga adiknya kan? Kenapa sikap Martin harus secuek itu pada Mona? Mona merasa ini tidak adil. Akhirnya, dengan langkah yang berat, Mona beranjak dari depan pintu itu.

Dia berjalan menunduk sedih. Lambat laun lantai di bawahnya terlihat samar-samar. Kesadaran Mona mulai menghilang, tapi dengan cepat Mona menggelengkan kepala, berusaha mempertahankan diri. Dia tidak mau pingsan lagi seperti di sekolah waktu itu.

***

Luka Martin tidak parah. Setelah dirawat di rumah sakit selama sehari, lelaki itu kembali ke rumah diantar Hana dengan kondisi baik meski sedikit pincang jalannya. Di dalam rumah dia tidak mendapati orang tuanya, rumah tampak keadaan sepi.

Hana mengantarnya sampai ke dalam kamar. Memastikan Martin istirahat dengan benar. Wanita itu menjadi kekasih yang perhatian dan selalu ada untuk Martin. Bagaimana Martin tidak semakin mencintainya?

"Apa kamu butuh minum? Akan aku ambilkan," kata Hana tapi ditahan Martin yang memegang tangannya.

"Di sini saja, temani aku," kata Martin.

"Jam segini kemana biasanya orang tuamu pergi di weekend ini?" tanya Hana, duduk ditepi kasur.

"Entahlah, mereka sibuk dengan urusan masing-masing," jawab Martin seadanya.

"Aku tidak butuh mereka menyambutku kembali dari rumah sakit. Aku hanya butuh dirimu di sisiku," imbuh Martin seraya menarik tangan Hana mendekat. Hana balas dengan senyuman lalu memeluk Martin, bersandar di dadanya.

"Jadi kau kesepian jika aku tinggal sendirian di rumah ya?" gumam Hana diselingi nada manja, dia mendongak menatap Martin tanpa melepaskan pelukannya.

"Ya. Aku akan kesepian tanpa dirimu," akui Martin.

"Lalu bagaimana dengan adik perempuanmu? Di mana dia?" Tiba-tiba Hana menyinggung tentang Mona, seketika membuat Martin mengeryit tak suka.

"Mungkin pergi dengan pacarnya. Aku tak peduli." Martin acuh. Mau pergi kemana pun Mona, itu bukan urusan penting bagi Martin. Hubungan persaudaraan mereka tidak sedekat yang dibayangkan. Mereka masih orang asing, belum lama kenal.

"Jangan begitu pada adikmu. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya di luar? Kau sebagai kakak harus lebih menunjukkan kepedulian, Martin," nasihat Hana dengan lembut. "Aku suka lelaki yang penyayang keluarga." Sebaris kalimat ini seolah menegaskan Martin untuk belajar menerima keluarga baru.

Karena Hana tahu selama ini Martin dilahirkan sebagai anak tunggal. Sehingga kedatangan orang baru dalam hidupnya membuat Martin tidak mudah beradaptasi, terlebih dia secara mendadak statusnya berubah menjadi seorang kakak. Martin masih punya sisi ego yang kuat karena tumbuh sebagai anak tunggal.

"Mona sudah dewasa. Dia bisa mengurus dirinya sendiri. Kenapa kamu mempedulikannya?" Martin mendengus. Sebab setiap kali membahas Mona, itu mengingatnya pada kejadian terlarang. Itu cukup mengesalkan.

"Bukankah aku harus dekat dengan keluargamu? Mona calon adik iparku kan?" sahut Hana. Martin tak lagi berbicara, dia menoleh ke jendela.

Pada saat yang sama, Mona melihat mereka dari pintu saat kebetulan lewat. Dari sudut pandang Mona, pasangan itu terlihat sangat dekat. Mona tertunduk muram kemudian berlalu. Dia ke kamar dan menelepon Tom.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosa Rahasia Kakak Tiri   23

    "Tandatangani kerjasama denganku kalau kau ingin adikmu baik-baik saja.""Siapa yang sudi bekerja sama dengan pecandu sepertimu! Yang ada bisnisku merugi!""Oh? Tidak mau? Kalau begitu biar adikmu saja yang bekerja sama denganku." Pria baya itu langsung mendorong jatuh Mona ke tanah.Kemudian dia mendudukinya dengan membelakangi Martin. "Kau begitu cantik. Aku ingin memeriksamu apakah tubuhmu mulus atau rusak.""Tidak! Jangan!" Mona memberontak. Namun kedua tangannya diikat di belakang membuat dia tidak berdaya. Akhirnya kancing seragamnya berhasil dibuka oleh pria baya itu."Tidak ada kecacatan di tubuhmu yang mulus," komentar Sellon setelah melihat tubuh bagian atas Mona yang hanya mengenakan bra.Mona merasa sangat malu. Lebih malu daripada di hadapan Martin. Oh sial. Perasaan macam apa ini!"Hentikan! Jauhkan tangan kotormu dari Mona!" teriak Martin. Giginya menggeram. Sementara diam-diam dia memotong tali di pergelangan tangannya menggunakan pisau lipat yang dia siapkan sejak tad

  • Dosa Rahasia Kakak Tiri   22

    "Mona, kakakmu menjemputmu." Tom melihat dari jendela lantai dua di perpustakaan."Aku tidak mau pulang dulu. Tom, bisakah kamu membantuku? Please.""Membantu bagaimana? Kamu ingin kabur dari kakakmu? Tapi ini sudah malam loh. Apa tidak dicariin orang tua di rumah? Pikirkan lagi." Tom bingung.Mona menunduk murung. "Pulanglah duluan, Tom. Jika dia bertanya keberadaanku, katakan saja aku sudah pulang naik bus.""Aku tidak tahu ada permasalahan apa di antara kalian. Baiklah, aku pulang duluan." Tom tanpa rasa curiga pada Mona, pamit pergi dari sekolah. Saat itu waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Kelas tambahan sudah bubar setengah jam lalu. Masih banyak anak murid di dalam sekolah walau tidak seramai saat siang hari. Rata-rata mereka menghabiskan waktu untuk belajar di kelas tambahan demi mendapat nilai memuaskan.Mona mengintip dari jendela. Memperhatikan Tom yang berjalan mendekat ke arah Martin menunggu di pos.Sesuai dengan dugaan, Martin menghentikan Tom. Mereka tampak berbic

  • Dosa Rahasia Kakak Tiri   21

    Mona keluar dari sekolah saat langit sudah gelap. Malam pukul sembilan setelah selesai mengikuti kelas tambahan.Dijemput Martin yang sudah menunggu di depan sekolah. Mau tak mau Mona masuk ke dalam mobil dan membisu.Lambat laun gadis itu ketiduran saat dalam perjalanan pulang. Tidak mendengar suara yang diucapkan Martin yang sedang fokus mengemudi."Mona, apa kau sudah makan? Papah dan mama sedang ke luar kota hari ini. Di rumah tidak ada makanan, bagaimana kalau kita mampir." Lalu Martin menyadari kalau gadis itu sudah terlelap.Setibanya di rumah, Mona terbangun tanpa sempat dibangunkan. Dia membuka sabuk pengaman, dan tanpa mengatakan apapun pada Martin lantas masuk ke dalam rumah."Mona, jangan lupa mandi dan makan malam dulu!" Suara Martin di belakang, diabaikan Mona yang menaiki tangga.Dengan inisiatif tinggi, Martin menyiapkan makan malam sederhana di dapur. Kemudian dia membawanya ke kamar Mona.Ketukan pintu tidak dijawab oleh Mona di dalam sana, membuat Martin membuka pin

  • Dosa Rahasia Kakak Tiri   20

    "Kak Martin! Mau kemana!" Mona panik ketika ditinggalkan pria itu."Tetap di sini, aku mau menyapa tamu lain." Martin pergi begitu saja. Ini menyebalkan bagi Mona. Seakan dirinya dicampakkan."Hai cantik. Kenapa ada anak sekolah di sini?" Seseorang menyapanya dengan senyum genit."Siapa kamu?" Mona mendelik tajam. Menjaga jarak."Aku salah satu tamu di sini. Di mana orang tuamu?"Mona kesal dengan orang yang sok akrab. Terlebih wajah pria baya itu melihatnya dengan tatapan mencurigakan.Lantas Mona pergi lewat pintu masuk tadi. Tiba-tiba tangannya dicekal pria baya itu dari belakang."Jangan dingin begitu dong, cantik. Katakan, di mana orang tuamu? Atau kamu datang sendirian?" Pria baya itu memaksa saat Mona berusaha melepaskan diri."Apa yang kau lakukan padanya?" Suara Martin akhirnya datang. Menyelamatkan Mona sesaat dari pria baya yang mesum itu."Aku hanya mengobrol dengannya. Apakah kalian pasangan?" tanya pria baya itu melihat Martin dan Mona bersama."Kami bersaudara," tegas

  • Dosa Rahasia Kakak Tiri   19

    "Mona, karena nilaimu bagus, maukah kau mengikuti kompetisi olimpiade eksak?" Wali kelasnya bicara empat mata dengan Mona di ruang guru.Mona terkejut mendapat tawaran tersebut. "Bagaimana dengan pelajaran sehari-hariku kalau aku fokus belajar untuk olimpiade?" balas Mona membutuhkan kejelasan."Setiap peserta akan dapat kompensasi pelajaran. Nilaimu tidak akan dikurangi meski tidak hadir dalam kelas karena harus mengikuti kelas intensif nanti," jelas wali kelas itu."Aku bersedia," pungkas Mona tanpa keraguan.Sejak saat itu, jika murid lain sudah pulang sejak sore hari, Mona bersama peserta olimpiade lain masih berkutat di dalam sekolah. Mona jadi lebih sering pulang larut malam, sekitar jam sepuluh baru keluar dari sekolah.Untungnya hal tersebut diperbolehkan orang tuanya karena alasan yang dimaklumi. Padahal alasan Mona yang sebenarnya mengikuti kelas intensif ini hanya ingin menghindari Martin. Juga, dia tidak suka berada di rumah. Meskipun rumah yang ditempatinya mewah, namun k

  • Dosa Rahasia Kakak Tiri   18

    MonamasihterkurungolehtubuhbesarMartin yang shirtless. Mona dan Martinsalingberhadapandengantatapanpenuhemosiyangtakterungkap.Suasanadisekitarmerekabegituhening,hanyaterdengarhembusanburungberkicauyangberasaldaritamanrumahyangdamai. Diamerasakandenyutanjantungnyaberdetaktidakkaruan,sepertimembenamkandirinyadalamsamudraemosiyangtakterduga."Apa yangkamurencanakan?"desisMonadengannadageram.Matanyamemancarkanapiyangmenggelora,menunjukkantekadnyauntuktidakterperangkapdalampermainanyangtak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status