Home / Romansa / Dosenku Calon Suamiku / Ternyata Memiliki Kekasih

Share

Ternyata Memiliki Kekasih

Author: Atma Anatya
last update Huling Na-update: 2023-11-21 16:55:21

Berapapun jumlah angka yang menjadi status jawaban kala pertanyaan 'berapakah umurmu?', orang-orang merasa bahagia mengerubungi kala kepadatan sehari tersisihkan. Contohnya saat ini dimana seluruh gedung fakultas merasakan pesta dadakan. Bukan dikarenakan suatu perayaan di masing-masing jurusan, ulang tahun dosen, ataupun teman sekelas. Melainkan kampus mengadakan rapat merata yang wajib dihadiri seluruh dosen.

Mahasiswa-mahasiswi rasanya dibuat menangis bahagia, karena akhirnya masa dirindukan kala sekolah kembali terjadi di universitas. Kemerdekaan mahasiswa-mahasiswi dan murid adalah waktu pulang awal yang tentunya selain jam kosong. Jam memang baru menunjukkan saat makan siang. Sedangkan rapat akan berlangsung dari jam 12 hingga jam 3 sore. Lama? Ya itulah alasan kelas yang dimulai pukul 12 siang hingga 3 sore diganti jadwal.

Beberapa kursi aula yang dijadikan ruang rapat telah diisi beberapa dosen. Tak seperti dosen lain yang menunggu dengan tenang, sembari bermain handphone menarikan jari ke sana kemari, terlelap mencari bab mimpi, atau melamun. Arion memilih menatap gedung seberang, dimana seberang aula adalah gedung parkiran para mahasiswa-mahasiswi. Tangan lebarnya memang bertumpu pada kaca. Orang-orang mungkin mengira dia si perfeksionis kebersihan, tetapi kotornya luar kaca aula tak Arion pedulikan nyatanya.

Gadis berkuncir kuda dengan warna dark blue, yang tampak baru diwarnai itu tampak mencuri seluruh atensi Arion. Selagi gadis semalam lusa lalu dirinya hubungi, itu masih bersandar malas pada dinding parkiran. Maka Arion rela lebih lama menunggu rapat yang tak kunjung dimulai ini. Tak peduli dirinya kini telah dikerumuni karena tak duduk, melainkan berdiri dengan menatap kosong jendela yang mereka terka mengamati parkiran.

"Hai, bukankah gedung seberang biasa saja selain hanya parkiran seluruh mahasiswa-mahasiswi saja?"

"Menurutku pun demikian, hanya... Tampaknya ada hal luar biasa yang diamati Pak Ari."

"Benar begitu bukan, Mas Arion?"

"Ya benar."

Arion mengernyitkan dahi sekilas. Jawabannya tak ada yang salah, tetapi otaknya merasa berbanding terbalik. Arion membalikkan badan, lalu terbelalak kala tiba-tiba saja pandangannya ditutup kedua dosen lelaki dan dua dosen perempuan. Walau telah menghadap keempat teman dosen yang lebih muda, tetapi tak membuat ujung mata Arion tidak menatap area parkiran. Ntah apa yang dinanti gadis mirip mendiang sang istri, hingga wajah gadis tersebut tampak kesal bak singa betina.

"Pak, apakah penjaga parkiran gedung sebelah mengeniti anda? Jangan tergoda Pak, pilih saja salah satu mahasiswi yang menyukai Bapak!"

Tak seperti dosen perempuan yang seringan kertas mengatakan hal seperti tadi. Salah satu dosen lelaki terlebih dahulu, menimang-nimang perkiraan penerkaannya. "Pak, mahasiswi itu menarik ya?"

"Eh, kau benar. Ntah mengapa aku pernah melihat wajah itu di handphone Bang Ari. Jangan-jangan itu putri Bang Ari yang dirahasiakan? Atau keponakan istri anda, Pak?"

Tolong siapa, dimana, dan bagaimanapun caranya, sampaikan pada Arion jawaban yang tepat dan jujur. Sedangkan dia saja ragu dengan ketidaksengajaan atau kesengajaan ini. Bak benda sulit tenggelam tetapi kekeh ingin di tenggelamkan. Jungkat-jungkit bukan? Ya, begitu pula penerkaan penuh misteri, mengalahkan mengisi teka-teki silang bagi Arion.

Tertawa miris kala putara kalimat diutarakan dokter, beberapa tahun silam kala kembali terbesit di benak. "Allah tak menakdirkan saya memiliki malaikat kecil. Bahkan... Saya saja heran mengapa mahasiswi itu duplikat mendiang istri saya. Apakah istri saya merengek pada Sang Pencipta, agar mempertemukan saya pada gadis yang mirip?"

Tatapan gelap, sunyi, dan penuh kesepian itu terlihat jelas serta jujur tanpa disembunyikan sedikitpun. Mereka berempat mampu melihat jelas, bahkan ujung mata Arion sangat terhipnotis mengamati keindahan Zelin. Asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan profesor telah memasuki aula secara bersusul-susulan. Rapat dimulai tepat kala lektor mewakilkan memberi salam.

Perdebatan di gedung seberang aula untungnya tak terusik, dikarenakan gedung aula yang benar-benar tertutup dengan perendam suara. Walau jarak gedung parkiran hanya beberapa jengkal. Azelina tak henti-henti mengumpati sang sahabat sedari sekolah dasar, yang katanya berjanji mengantarkan karena banyak hal dikatakan. Tetapi nyatanya sang sahabat tak kunjung menampakkan batang hidung, hingga kakinya kesemutan dan punggung lelah bersandar.

"Vierra?"

Zelin menoleh ke sana kemari mencari sumber suara. Tatapan bahagia pulang awal, lelah menanti, menjadi tatapan datar yang tertutup kekesalan. Zelin menunggu mahasiswa beda jurusan tersebut menghampiri dirinya.

"Maafkan aku. Tadi aku hendak menemuimu tetapi kekasihku meminta ditemani ke ruang organisasi."

Zelin menganggukkan kepala mengerti. Kata orang bersahabat antara cowok dan cewek, itu pasti selalu terselip rasa. Ntah salah satu dari mereka, keduanya sama-sama suka lalu sempat menjalin asmara, atau sama-sama suka tanpa hubungan lebih dari sahabat. Sedangkan bagi Jaladri dan Azelina hal tersebut hanyalah angin lalu. Nyatanya mereka tak pernah memiliki rasa walau seujung kuku pun. Keduanya kompak menepati perjanjian persahabatan.

"Lantas bagaimana dengan kekasihmu? Apakah tak apa-apa kau benar mengantarku? Apabila kekasihmu tak mengizinkan, kita bicara di cafe belakang kampus saja bertiga.*

Jaladri Béntang atau akrab dipanggil Jala ataupun Adri, lelaki itu menggelengkan kepala. Kekasihnya terlalu sibuk, tetapi dia jadi berjuta-juta persen apabila sang kekasih paham. Tak sebatas paham dengan hubungan dengan Zelin, melainkan juga percaya bila hanya sebatas sahabat sejak kecil.

"Vier, aku telah mengenalmu karena kita bersama sedari SD, SMP, SMA, hingga kini. Kita tak melewati waktu secara terpisah karena satu almamater, tetapi kau tak lupa Kak Xavier bukan? Ingat. Kabarnya beberapa bulan atau secepat-cepatnya beberapa bulan lagi kakak tingkat itu kembali. Kuyakin tak mungkin dia tak geram bila tahu kau hanya dijadikan bak gadis pemuas si dosen baru yang tua itu."

Zelin mengernyitkan dahi tak suka dan terima. Baiklah dia paham. Perkataan itu bermaksud untuk menasihatinya, tetapi mengapa kalimat yang terucap cenderung ke arah penghinaan? Apakah persahabatan mereka telah tiba di titik jenuh? Atau ini hanya efek sebagai mahasiswa semester awal dengan tugas setumpuk?

Api harus dipadamkan dengan air, bukan justru disiram dengan minyak membuat api kian menyebar. Zelin menghela nafas, mengontrol emosi tak mendominasi diri.

"Topik apa yang kita bahas, Dri? Kak Xavier atau Pak Rion?"

"Lihat! Bahkan kau memiliki nama sebutan khusus."

Zelin mengigit bibir tak tahan hendak melemparkan Jala ke aula. "Mari mempersingkat waktu saja karena tugas telah menanti di rumah. Perkiraan kalian semua hanyalah kesalahan belaka. Aku tak tahu alasan Pak Arion menghubungi lusa lalu."

Merasa percakapan telah berakhir dengan penjelasan sebaik mungkin. Tanpa mendengarkan kemungkinan penawaran pulang bersama, kilahan jawaban atau pertanyaan Jala, Zelin menuruni area parkiran. Arion kini mengikuti arah pergerakan Zelin, yang menuruni jalan melingkar menuju ke luar kampus. Raganya memang sepenuhnya di aula, netra fokus sedari awal mengamati parkiran walau semu-semu tapi pasti, telinganya mendengarkan tetapi pembahasan rapat.

Otak dan hati Arion saat ini berperang. Interaksi beberapa menit lalu sangatlah terlihat akrab. Paras dan postur tubuh sejoli itu juga cocok bagi Arion. Ntah apa yang dibahas tetapi ekspresi kesal Zelin menarik rasa penasaran Arion.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dosenku Calon Suamiku    Acara Di Bar

    Grup chat tak henti-henti diisi ramainya diskusi mengenai kepastian acara malam nanti. Sekitar pukul delapan malam, asisten dosen mengundang seluruh kelas Azelina untuk menuju ke bar. Katanya sih untuk perayaan penyambutan Robert. Semula para mahasiswa tak minat, karena budaya mereka tidaklah seperti orang luar. Ya, walau tempat tinggal mereka beberapa diisi orang luar negeri juga.WhatsApp grupFakultas Management C+62 822 6156 3013| Guys, ini nanti jadinya jam berapa?+62 822 1665 0331| Udah tanya Mr. Robert?+62 822 3103 6516| Mr-Mr kayak judul lagu aja.| Panggil Pak aja nggak sih? Toh, beliau juga di Indo bukan luar.+62 813 0642 0652| Iya kita darah lokal bukan luar berasa anak bule.+62 813 6024 6025| Pada belum tanya, ya?+62 813 2560 2460| Eh iya, gue lupa masukin grup Pak Richard.| Kita buat grup baru yang isinya ada Pak Richard

  • Dosenku Calon Suamiku    Asisten Dosen Baru

    Suasana kelas Azelina hari ini terlihat memanas. Ada umpan ada mangsa begitulah perumpamaan judul kelas hari ini. Desas-desus beredar membuat semua penasaran membuncah. Penasaran fisik, paras yang menjadi sebagai asisten dosen. Sekaligus mengapa dosen wanita itu dengan jenaka, baru beberapa saat pergantian semester tapi telah mengajukan cuti.Tak sebatas mengambil cuti ntah sampai kapan. Tetapi mengapa bisa dosen itu langsung mendapatkan, gambaran asisten dosen menggantikan selagi tak mengajar. Tak bisakah diganti dengan jam kosong atau tugas semata? Ntah mengapa pernyataan seseorang di internet yang pernah berkata 'Semakin jauh semester mahasiswa atau mahasiswi, mereka sering dibuat merasa salah pilih jurusan. Tetapi saat selesai skripsi barulah merasa bangga.'"Hari ini beneran udah diganti si dosen pengganti, Bu Ketu?" Berganti semester maka kelas Azelina juga sepakat, mengganti ketua kelas jadi perempuan."Kabarnya s

  • Dosenku Calon Suamiku    Pergantian Semester

    Suasana sarapan terkesan membosankan bagi gadis itu. Dia rasa lebih baik makan berdua saja dengan sang pria, tetapi hari terasa indah dan bersemangat sebangun tidur. Daripada demikian sudah hari ini pergantian semester, Arion tak bisa mengantar harus mengambil dokumen walau akan bertemu di kampus, sang kakak sibuk bekerja di perusahaan papa mereka. Uh, rasanya dia sangat ingin sekali melompati hari ini saja."Dek lo sakit, ya?"Azelina yang membisu walau diberi pertanyaan Valko, seketika membuat sang kepala keluarga meletakkan sejenak sendok dan garpunya untuk menyentuh dahi Azelina. "Kamu lagi ada masalah, Vi?"Masih membisu semata membuat ayah dan anak itu kompak saling pandang. Sang Mama menepuk lengan putrinya. "Nak, kamu kenapa? Sakitkah? Atau lagi ada masalah?"Bahkan walau sebatas lirikan pun tak terjadi. Azelina sebatas menatap hidangan sarapannya masih utuh. Dia menunduk tanpa merasakan pega

  • Dosenku Calon Suamiku    Kerja Kelompok

    "Jangan lupa ya hari ini ada kerja kelompok di rumahnya Bu Arion!""Loh jadinya di rumah si Azel?"Kelompok dibentuk dengan masing-masing terdiri dari lima orang. Tak ada yang memilih sendiri, melainkan dosen memilih secara acak sehingga tak terjadi pengasingan. Tak sebatas kelompok saja dibentuk, tetapi masing-masing ketua kelompok juga sang dosen yang menentukan. Protes dalam hati sebatas terpendam di masing-masing mahasiswa-mahasiswi semata.Gadis semula sibuk menghubungi kakaknya untuk meminta dijemput, apabila tengah di kampus seketika terhenti mengetikkan pesan. Atensi pada benda kotak pipih itu berganti menjadi, menatap kedua lelaki dan dua gadis di depannya. Ekspresi menyebalkan mampu Azelina baca dengan jelas. Sepertinya api akan membakar, apabila melihat jenis minyak dipegang Azelina.Gadis itu menghela nafas. Sebenarnya dia malas apabila status tetangga dan kekasih dirinya dan Arion terkua

  • Dosenku Calon Suamiku    Berangkat Bersama

    Bagaikan semut dan makanan, orang-orang itu seketika berkerumun. Perumpamaan layaknya semut saja terasa kurang, karena lisan itu menjelma bak hewan rayap. Rayap memakan kayu, dan orang-orang memakan orang secara hidup-hidup. Tidak-tidak dengan membunuh memakai senjata tajam, tetapi lisan dan netra mengalahkan senjata tajam dan racikan racun menjadi senjata."Eh, itu yang baru parkir bukannya mobil Pak Ari?""Loh bukannya keluar udah nggak jadi dosen, ya?""Ngarang lo kata adik gue sekelas sama Azel cuma cuti soalnya dinas kerjaan.""Eh, tapi bukannya pas kemarin kapan itu wajah Pak Ari yang masuk berita kota?""Kayaknya kalau gue nggak salah ingat sih iya. Tapi masak keliatan nggak sadar sama darah gitu tapi masih hidup?""Heh! Namanya juga tangan Tuhan siapa yang tahu?""Bisa aja kemarin itu bukan wajah Pak Ari.""Ma

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuliah dan Kerja

    Gadis itu menatap datar dan malas layar handphone-nya. Rentetan kalimat rayuan itu terasa hambar, terkalahkan dengan pahitnya akhir kalimat. Helaan nafas berat dia lakukan. Ntah salah ekspetasi atau kejamnya realita pun membingungkan diri.WhatsApp notifikasiPak Ari-Arion off| Gadisku.| Apakah masih memilih pakaian?| Perlu bantuan memilih?| Menurutku kamu memesona dalam pakaian apapun.| Dua tiga ikan lele, jangan kelamaan le. Nanti malam kita kemalaman buat makan lele.| Canda Neng. Ya kali bidadari dikasih makan lele sama raja.| Ayo cepat sedikit Zel, keburu kelasmu di mulai. Aku tidak bisa memaklumi loh apalagi aku masih cuti dan akan sibuk bekerja di perusahaan.Singkat, padat, mengesalkan sekali jelasnya. Masih cuti... Dua kata utama sukses membuat harinya terasa memburuk. Wajah gadis itu semula cerah seketika kembali masam. Padahal perkiraannya adalah tumpukan tu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status