Lea tiba di Pack Werewolf, Werewolf yang mengenali Lea adalah Luna-nya langsung membuka pintu gerbang. Lea dengan mudahnya masuk ke sana, dan ketika turun dari kudanya Lea harus melompat mengingat kuda itu lumayan tinggi.
"Apa Nicholas ada?" tanya Lea kepada salah satu warrior di sana seraya melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam.
"Alpha Nicholas ada di kamarnya, Luna." Warrior itu menjawab dengan kepala menunduk seraya memandu Lea ke kamar Nicholas. Istana Werewolf milik Nicholas lumayan besar walau tidak sebesar istana milik Lucas.
Istana Werewolf ini di dominasi warna hitam dan putih, hal itu membuatnya terlihat sangat elegan. Ditambah dengan bangunan yang luas, Lea suka berada di sini.
Langkah Lea semakin mendekati kamar Nicholas, dilihatnya pintu kamar Lucas sedikit terbuka. Aneh sekali padahal setahunya pria itu selalu menutup pintu.
"Kalau begitu saya undur diri, Luna." Warrior itu izin pergi
"Gabriel?!"Lea menatap seseorang yang sangat dikenalnya itu, sekarang Gabriel berdiri di hadapannya seraya memegang sebilah pedang yang terlihat sangat tajam. Sangat tajam hingga bisa memutus nadi harimau itu. Lea meneguk ludah ketika Gabriel mendekatinya."Huh?" Lea menatap bingung tangan Gabriel yang terulur di depannya.Gabriel menghela nafas, lalu menarik Lea. Membantu gadis itu berdiri. Lea tidak menolak saat Gabriel membantunya berdiri tegak, kini ia masih syok dan bingung kenapa Gabriel bisa berada di sini."Kau kenapa bisa ada di sini?""Nanti saja aku ceritakan, sekarang ikut aku. Di sini berbahaya." Gabriel melangkah lebih dulu, Lea yang melihat Gabriel mendahuluinya memutuskan untuk mengejar pria itDari belakang, Lea dapat melihat punggung tegap sahabatnya itu. Dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa pria itu ada di sini? Apakah ia juga di bawa seseorang? Atau apakah ia ma
Calista dan Lucas berencana akan pergi ke dunia manusia terlebih dahulu sebelum pergi ke gunung Alpan, Calista ingin memberi kabar kepada ibunya sekalian meminta izin untuk pergi ke gunung Alpan."Sudah siap?" tanya Lucas. Calista mengangguk, ia kembali memakai jubah bertudung yang Lucas berikan."Kalian ambil kudanya," titah Lucas kepada salah satu pengawal di sana untuk mengambil kuda. Mengingat kudanya yang satu lagi di pakai oleh Lea."Baik, Yang Mulia." Setelah mengatakan itu penjaga itu mengambil kuda di istal yang terletak di belakang istana.Drap DrapSuara derap langkah membuat perhatian Calista teralih, ia menatap dari mana sumber suara itu berasal. "Lucas, bukankah itu kuda milikmu?" Calista menunjuk seekor kuda yang berlari mendekati gerbang, di mana ia dan Lucas tengah berdiri."Ya, itu Maximus." Lucas membenarkan, itu memang kudanya yang ia beri nama Maximus. Tidak lam
"Kau hanya perlu mengikuti jalan ini, nanti kau akan keluar dari sini." Gabriel memberikan Lea petunjuk untuk keluar hutan dengan jalan yang aman, ia tidak mungkin mengantar Lea, nanti ia bisa ketahuan."Baik, terima kasih, Gab."Gabriel mengangguk. Lea berlari dari sana mengikuti jalan yang telah Gabriel tunjukan kepadanya, ia sungguh beruntung bertemu Gabriel tadi, jika tidak pasti ia sudah mati diterkam harimau.Gabriel memastikan Lea berlari dengan aman, setelah ia tidak melihat Lea, Gabriel melangkahkan kakinya untuk menjauh dari sana. Ia akan kembali ke gua. Ia harus kembali berlatih.Lae terus berlari, ketika melihat sebuah tanah lapang Lea tersenyum. Itu artinya ia telah keluar dari hutan. Lea berlari lebih cepat ketika tahu ia akan segera sampai, namun ia tidak menyadari jika ada sebuah kayu melintang yang dapat menyandung kakinya kapan saja."Akh." Benar saja, kaki Lea tersandu
Kini adalah hari keberangkatannya Calista dan Lucas ke gunung Alpan, puncak gunung yang di atasnya terdapat tanaman Bung Pelangi. Tujuan mereka bukan Bung Pelangi itu, tapi informasi tentang siapa yang mencari atau mengambil bunga itu.Jika sudah tahu siapa yang mencari atau mengambil bunga itu, maka sudah dipastikan orang itu yang membuat ramuan itu. Tapi ini masih proses pencarian. Mereka harus cepat."Kenzo kau jaga istana, perketat penjagaan dan jangan lupa terus awasi Putri Jingmi." Kini Lucas dan Kenzo berada di ruang rahasia mereka.Kenzo mengangguk begitu ia mendapat perintah dari King-nya itu. "Baik, Yang Mulia.""Ah, satu lagi. Bagaimana dengan pergerakan para Vampir itu?""Sejauh pengamatan saya, tidak ada yang mencurigakan, Yang Mulia. Ini masih penyelidikan jika ada yang mencurigakan saya akan segera melapor kepada Anda.""Baik, kau boleh pergi." Setel
Saat ini Lucas dan Calista masih berada di gua, gua tempat istirahat Calista. Ia sudah cukup lama tidur dengan posisi Lucas yang memeluknya hingga ia merasa tubuhnya terasa sangat hangat."Lucas," panggil Calista. Ia menatap Lucas yang menutup mata, apakah pria itu tidur?"Hm?" Lucas membuka matanya. "Kau masih kedinginan?" tanyanya.Calista menggeleng. "Tidak," katanya. Mana mungkin Calista kedinginan lagi disaat Lucas memeluknya erat, ditambah pria itu membuka bajunya untuk menyalurkan hangat tubuhnya. "Kita tidak melanjutkan perjalanan?" tanya Calista."Nanti saja, tunggu sampai kondisi kau benar-benar baik. Aku tidak ingin kau sakit lagi." Lucas kembali menutup matanya dan menarik Calista agar lebih dekat darinya, sangat dekat hingga Calista sedikit susah untuk bernapas."Lucas, aku baik-baik saja. Aku merasa sangat hangat sekarang." Calista tidak ingin menunda terlalu lama pencarian ayahn
"Apa? Lucas dan Calista tidak ada di istana?" tanya Lea pada Kenzo. Semenjak beberapa menit ia berkunjung ke istana Lucas bersama Nicholas, ia pikir Calista ada di sini. Nyatanya tidak. "Lalu kemana mereka?" tanya Lea lagi."Mereka ada perjalanan untuk menemukan petunjuk tentang ayah Queen Calista," jawab Kenzo."Kemana?" Lea tidak percaya Calista pergi begitu saja tanpa memberi tahunya, padahal ia juga ingin ikut. Ia juga ingin membantu sahabatnya itu."Ke gunung Alpan.""Gunung Alpan?" Lea baru pertama kali mendengar nama gunung itu, tentu saja karena gunung itu tidak ada di dunia manusia."Ya, Gunung Alpan. Gunung yang memiliki es abadi, di sana hanya ada musim dingin. Sulit ke sana karena akan ada badai salju yang siap menerjang kapanpun. Tapi King Lucas pasti menghadapinya dengan mudah." Nicholas menjelaskan kepada Mate-nya itu.Lea manggut-manggut. "Kapan mereka akan
Lucas mengajak Calista untuk kembali ke istana, soal tulang-tulang itu, Lucas menyuruh Kenzo dan prajuritnya untuk mengambil tulang itu. Lucas akan mengadakan pemakaman agar ayah Calista dikubur dengan Layak."Lucas, setelah pemakaman aku ingin kembali ke dunia manusia. Aku akan memberitahu ibu dan cincin ini ... Aku akan memberikan cincin ini kepadanya." Calista menatap cincin yang bertuliskan nama ibunya itu. Ia akan memberikannya kepada ibunya, ibunya berhak menyimpan ini.Lucas mendekati Calista yang duduk di ranjang, ini pertama kalinya Calista bersuara sejak ia mengajak gadis itu kembali ke Istana. "Ya, aku akan mengantarmu.""Terima kasih," kata Calista. Nada Calista terdengar sangat tulus dan memang seharusnya begitu. Lucas sudah banyak membantunya tanpa imbalan yang berarti. "Kau telah banyak membantuku, tanpa meminta imbalan."Lucas memberikan Calista senyum menenangkannya. "Sama-sama, tapi aku minta
Setelah beberapa masalah yang Calista lewati ia kembali berkuliah seperti biasanya, Lucas pun tidak tertinggal ia tetap ikut kuliah meski kegiatan itu tidak ia butuhkan. Ya, bisa kalian tebak untuk apa Lucas harus repot-repot ke Falcon University. Jawabannya adalah Calista."Astaga. Aku sangat merindukan Dimitri," kata Calista. Lucas yang tengah mengendarai mobil menoleh cepat ke arah Calista, apa gadisnya barusan bilang jika ia merindukan lelaki lain? Di hadapannya?"Kau tidak memikirkan perasaanku, ya?" Lucas berujar dengan datar, tapi Calista tidak terpengaruh. Ia benar-benar merindukan sahabat pirangnya itu, suasana kampus, bahkan dosen paling killer di kampusnya."Jangan mulai, Lucas. Dimitri hanya temanku, kau bisa melihatnya sendiri." Calista menoleh kepada Lucas, ia memperhatikan penampilannya Lucas yang sangat tampan. Seperti biasa, pria itu selalu membuat gadis-gadis di kampusnya terpesona. Tidak terkecuali dirinya sendiri